Hujan

23 2 0
                                    

Suara ketukan pintu berganti dengan suara decitan pintu, tanda pintu telah terbuka. "Bu, Jenderal kehujanan" Katanya.

"Apa aku peduli karo sampeyan?" Ibu melirik sekilas pada Jenderal yang basah kuyup akibat diguyur hujan deras yang melanda daerahnya.

"Bu, mas pergi dulu ya" Kata Juan, kakak laki-lakinya yang entah sejak kapan berdiri di samping dirinya. Ibu menoleh, "loh, mau kemana toh mas? Masih hujan itu lho."

Juan tersenyum, "main bu, udah ditunggu masa temen-temen mas, mas pake jas hujan kok" Ibu berkacak pinggang dan hanya berdecak. Lalu ibu mengizinkan Juan pergi. "Yowes, hati hati loh ya, jangan pulang kemaleman"

"Ibuu, adek buat kapal terbang!" Sang adil, Jaya, berlari menghampiri ibu dan menyodorkan kapal terbang (pesawat) yang baru saja ia buat, memamerkannya pada ibu. "Wess, apik tenan iki, hebat kamu dek!"

Jenderal yang masih diam di dekat pintu dengan bajunya yang basah akibat hujan lantas berdecak. "Aku dicuekin, yang lain diperhatiin"

Setelah berkata seperti itu, Jenderal berlalu meninggalkan kedua orang itu di ruang tamu, dan pergi menuju kamarnya. Saat sampai di kamar, ia langsung mengganti pakaiannya yang basah dengan baju kaos dan celana pendek miliknya.

Jenderal duduk termenung di balkon kamarnya, menghela napas dan berkata "Salahku opo toh? Ibu engga suka aku segitunya, andai bapak tau perilaku ibu ke Jenderal selama ini"

Alih-alih beristirahat, Jenderal justru overthinking. Di saat yang sama, suara kericuhan Jaya menggelegar seantero rumah. Jenderal menggeram, dan raut wajahnya terlihat kesal. Dahinya yang mengkerut dan kata-kata yang keluar dari bibirnya menandakan bahwa dia sangat kesal.

"Jancok! Bisa engga sih bocah kecil itu diam sekali aja? Pengang telingaku kalo begini terus"Jenderal yang awalnya kaget sebab Jaya yang tiba-tiba membuat kericuhan kini kembali melanjutkan acara overthinkingnya itu.

"Bapak, Jenderal capek" Tiba-tiba saja ja mengeluh bahwa dirinya lelah, ya tidak salah sih memang hidup ini melelahkan sekali.

"Bapak lagi apa pak disana? Ora kangen Jenderal toh pak?" Jenderal berkata dengan suara lirihnya sembari menatap awan mendung yang menghiasi langit biru kala itu.

Ah iya, dua minggu lagi sudah memasuki pekan ujian. Para siswa tingkat menengah atas akan melaksanakan Ujian untuk masuk ke Universitas yang diinginkan. Begitu juga dengan Jenderal, ia sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkan beasiswa yang diadakan oleh pemerintah untuk berkuliah di salah satu universitas ternama di kota Bandung.

"Ya Allah sirahku mumet tenan, biasanya kalau lagi begini bapak selalu bawain kopi item" Jendera memijat pelipisnya dan kepalanya ia tidurkan di atas meja.  "Pak, andai bapak masih ada, pasti ibu masih peduli sama Jenderal "

"Sedikit lagi udah ujian, habis itu lulus, semoga bisa masuk kampus yang bagus" Setelah berkata seperti itu, Jenderal berjalan masuk kembali ke dalam kamarnya, dan duduk di meja belajar miliknya.

Ia membuka beberapa buku dan membacanya. "iki bener-bener sebanyak ini materi yang harus dipelajari? otak ku rasane udah mau buyar" Hingga 2 jam lamanya, Jenderal masih belum berkutik dari buku buku itu. "iki materi opo seh? mumetnya itu lho, haduh." Rasa kantuk mulai mendera dirinya, seringkali dia menguap dan mengusap matanya.

"Wes ga bisa ini, tidur aja." Jenderal berdiri dari kursinya, dan berjalan ke kasur. Lalu merebahkan tubuhnya disana, memeluk guling kesayangannya dan memejamkan matanya.

Tiba-tiba saja petir menggelegar, mengejutkan Jenderal yang sedang menuju alam mimpinya. Jenderal terkejut, dan terjatuh dari kasurnya. "juancok!" Jenderal memegang pinggangnya yang sedikit sakit karena terpentok ujung kasur.

"petir sialan, kasih aba aba dulu gitu lho, jantungan aku" Jenderal berdiri dan duduk di tepi kasur, sekarang kantuknya sudah hilang. Entah apa lagi yang harus ia lakukan sekarang. "ngapain yo? bosen aku, mabar aja lah wes" Jenderal mengambil telepon miliknya dan menelepon salah satu teman kelasnya.

Jenderal bermain game online dengan temannya hingga larut malam, dan jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. "lho? perasaan aku main sebentar, kok udah jam segitu aja?"

Setelah berkata seperti itu, Jenderal menaruh telepon nya di meja. Lalu dia merapihkan kasurnya dan berbaring disana. Selang beberapa waktu, Jenderal sudah tertidur pulas.





yeayy! double update (づ ̄ ³ ̄)づ

to be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

They're my homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang