pegangan tangan

1 0 0
                                    

"sialannn, kenapa rasanya panas banget muka gw, jantung gw. ohh! siall😵‍💫😵‍💫"

Reyna dapat merasakan detak jantungnya yang berdetak tak normal, ia mencoba menormalkan nya dengan menarik nafas pelan lalu menghembuskan nya secara perlahan juga.

tangan Reyna yang ada di dalam saku hoodie serasa di elus, ia menoleh ke arah Ghaez yang hanya diam sedari tadi tak mengeluarkan sepatah kata apapun lagi.

Reyna kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Dalam diam, Ghaez mengukir senyumnya saat merasakan betapa lembutnya tangan yang sedang ia genggam di dalam saku hoodie itu.

"kamu ngga dingin?" Ghaez bertanya dengan cara berbisik, Reyna menggeleng sebagai jawaban, ia tak berani menoleh karna posisi wajah Ghaez dan dirinya sangat dekat. Dan bila ia menoleh, bisa saja bibir... eee... kalian tau lah.

Ghaez mengangguk lalu menjauhkan wajahnya dari sisi wajah Reyna, matanya menatap ke kaca untuk melihat jalanan yang baru saja terguyur oleh hujan.

Bus pun berhenti, Ghaez dan Reyna berdiri secara bersamaan dam berjalan ke arah pintu dengan tangan yang masih saling menggenggam. Ghaez turun lebih dulu, namun tak melepaskan tangannya pada tangan Reyna.

Keduanya berjalan bersama sembari sedikit menggoyangkan tangan yang saling menggenggam, hujan sudah reda dan jalanan sedikit becek karna ada genangan-genangan.

Dua wanita asing yang sedang berjalan di belakang Ghaez dan Reyna terkekeh, mereka sama pelajar. Reyna yang sadar bahwa orang di belakang mereka seperti menertawakan mereka langsung menoleh ke belakang.

"udah, jangan di ladenin" kini Reyna beralih menatap Ghaez yang juga menatap ke arahnya, mendongak kan kepalanya karna dirinya lebih pendek dari Ghaez.

"mereka kayaknya ngejek kita" bisiknya pada Ghaez, namun tanggapan Ghaez hanya memberikan kekehan.

"jangan berburuk sangka, siapa tahu mereka gemes liat kamu" ucapnya sembari melanjutkan langkahnya. Reyna kebingungan.

"hah? kenapa gemes liat gw?" lagi-lagi Ghaez terkekeh, Reyna semakin bingung di buatnya. Ghaez memberhentikan langkahnya dan otomatis Reyna juga ikut memberhentikan langkahnya.

"liat diri kamu, kecil kayak botol Yakult"

BUG!

"Ngga usah ngejek gitu ya lo!"

Ghaez tertawa kecil sembari mengusap lengan atasnya yang terkena tinjuan dari si kecil, yang kecil melipat tangannya di depan dada dengan raut wajah yang terlihat kesal. Ghaez merangkul tubuh yang lebih rendah darinya itu dan mengajaknya untuk kembali berjalan.

Sepanjang perjalanan Reyna terus memasang wajah cemberut, sampai akhirnya ia memberhentikan langkahnya karna tempatnya untuk beristirahat sudah ada di depan mata. Ghaez menatap bangunan yang lumayan besar itu kemudian tersenyum dan berbalik ke arah Reyna.

"saya pulang ya" Ucapnya sembari tersenyum, badannya sudah hendak berbalik dan melangkah, namun sebuah tangan menahannya membuatnya mengurungkan niat untuk mengambil langkah.

"Ghaez, makasi" Mengangguk lalu mengusak rambut si kecil kemudian melangkah pergi dari sana. Reyna menatap punggung Ghaez sampai benar-benar sosok tinggi itu hilang dari penglihatan nya.

setelah benar-benar pergi, barulah Reyna memasuki rumahnya.

🍂🍂🍂

Berjalan menyusuri trotoar dengan di temani tenangnya hembusan angin sore, kaki panjang itu terus mengambil langkah sampai akhirnya berhenti ketika kaki itu sudah menginjak area tempatnya tumbuh dewasa selama ini.

Sakura food

Sebuah tempat makan yang sudah berdiri hampir setengah abad namun sampai sekarang bangunan itu masih kokoh bersama pemiliknya, Ghaez di besarkan di tempat itu.

Meskipun itu hanya sebuah tempat makan, namun di belakang nya masih terdapat ruangan yang luas yang masih di pakai untuk Ghaez, Carniest, dan pamannya rehat seumur hidup.

"Kak Ghaez! sini makan!" senyum manis adiknya yang pertama kali menyambut kedatangannya, Ghaez melangkah nendekat ke arah Carniest dan pamannya yang sudah duduk anteng di tempat duduknya, mendudukkan dirinya di sebelah paman.

Tangan tua pamannya bergerak memegang pundak Ghaez.

"Ibu mu, kemarin kami bertemu.." ucapnya dengan nada lemah, Carniest menatap keduanya dengan bibir yang mengulum. Ghaez menatap paman sejenak lalu menurunkan tangan paman yang ada di pundaknya,  segera melepas hearing head nya agar tak bisa mendengar apapun dan menyantap makanannya dengan tenang.

Terdengar helaan dari paman, Carniest mengusap tangan paman yang tertaruh di meja sembari menyunggingkan senyum manis.

"Tidak apa paman, kita coba di lain waktu" paman hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.

—bersambung

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GHAEZ (THE STORY GHAEZ)Where stories live. Discover now