Chapter 2

187 23 9
                                    

Xiao Zhan saat ini menekuni profesi sebagai seorang desainer perhiasan. Selain mendesain perhiasan untuk perusahaan sang ayah, dirinya juga membuat untuk temannya yang memiliki sebuah butik. Setiap kali temannya itu mendesain baju baru pasti akan memesan desain perhiasan hasil karya Xiao Zhan. Dia menerima job tersebut untuk mengisi waktu luangnya yang sangat banyak, butik itu milik kakak tingkatnya yang bernama Xuan Lu, dia sudah memiliki seorang kekasih bernama Chao Yuchen, pengusaha muda pemilik beberapa klub malam dan minimarket di kota tersebut.

Keduanya adalah teman baik Xiao Zhan. Sudah satu setengah tahun Xiao Zhan membuatkan desain perhiasan untuk Xuan Lu, hingga saat perusahaan sang ayah mengalami collapse dia akhirnya memutuskan untuk resmi menjadi karyawan di butik itu selama beberapa bulan. 

Xuan Lu sebenarnya tak masalah kalau adik tingkatnya itu hanya memberikan desain seperti dulu, akan tetapi Xiao Zhan merasa tidak enak hati sebab Xuan Lu selalu saja memberi bayaran lebih dari harga yang sudah dirinya buat, jadi dia memutuskan untuk menjadi karyawannya saja. Xuan Lu pun tahu kalau temannya itu telah menikah, dan ikut bahagia untuknya. 

“Shijie, maaf aku masih belum bisa memberikan desain yang kau minta hari ini,” ucap Xiao Zhan begitu panggilan teleponnya diangkat. 

“Baiklah, tidak apa. Kau istirahat dengan baik, kau hanya boleh berangkat saat sudah benar-benar sembuh, mengerti?”

Ucapan Xuan Lu pada ponselnya jelas terdengar karena Xiao Zhan menyalakan loudspeaker dan meletakkannya begitu saja di samping tubuhnya yang masih berbaring di atas ranjang. Sebelumnya dia memang sudah mengatakan pada Xuan Lu kalau sedang tidak enak badan, jadi tidak bisa masuk kerja, dan hal itu membuat desain yang diinginkan Xuan Lu menjadi tertunda. Xiao Zhan berharap sebelum pameran desain pakaian baru milik kakak tingkatnya tersebut launching, desain perhiasan pun sudah selesai. 

“Lusa aku pasti akan memberikannya, Dokter bilang tekanan darahku sangat rendah, dan juga kelelahan. Padahal aku pikir aku tidak melakukan pekerjaan berat, hah … aku bosan,” keluh Zhan.

“Ahhh sepertinya aku mengerti, ckckck … bilang pada Tuan Muda Wang untuk jangan terlalu memaksa, dan biarkan pasangan manisnya ini istirahat, bisa-bisanya sampai membuatmu kelelahan, hihi,” ujar Xuan Lu diselingi kekehan meledek. 

“Tidak seperti itu, Jie, aku memang hanya kelelahan,” balas Zhan. Ada senyum getir di balik kalimat yang baru saja dia lontarkan. Ya, aku hanya kelelahan saja, batin Zhan coba menampik pikiran negatifnya.

“Baiklah baiklah, kau istirahat dengan baik, jangan terlalu terbebani dengan pekerjaanmu, aku selalu menunggu desain terbaru dari Desainer Xiao.”

“Terima kasih, Jie.”

Sudah tiga hari Xiao Zhan tidak masuk kerja karena kondisinya yang belum sepenuhnya membaik, kepalanya masih tidak bisa diajak kompromi. Gu Wei—dokter pribadi Keluarga Wang—bilang kalau dirinya kelelahan dan tekanan darahnya sangat rendah hari itu, jadi dia harus beristirahat dari aktivitas sehari-hari untuk sementara.

Ini sudah tiga hari, tapi kenapa tubuhnya masih lemas, dan beberapa kali juga mimisan. Dia pun sering memar di bagian tertentu tanpa tau sebabnya. Bahkan hampir setiap malam sering berkeringat meski suhu sudah cukup dingin. Xiao Zhan mengenal gejala-gejala ini. Dulu juga seperti ini. Apa sakitnya kambuh? Mungkinkah? Bukankah dua tahun lalu sudah dinyatakan sembuh?

Setelah menutup telepon untuk memberi kabar pada Xuan Lu, Xiao Zhan mulai membuka ponsel dan mencari tahu tentang kondisinya lewat internet. Xiao Zhan terlihat sangat serius saat membaca artikel yang dicarinya. 

“Hah,” satu hela napas keluar dari bibir tipisnya. “Tunggu sampai Gu Wei memberikan hasilnya, jangan mengambil kesimpulan sendiri, Xiao Zhan. Sekali pun yang kau baca dari sumber yang jelas, tetap saja semua itu bisa benar dan salah. Jika memang benar, setidaknya saat Gu Wei memberitahuku, aku sudah tidak terkejut.” 

LOVE and MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang