PROLOG

36 4 1
                                    

      Nafas seorang gadis berambut lilac berderu kencang saat ia terbangun dari tidur nya. Ia merasa kebingungan dan merasa seperti ada suatu hal besar yang ia lupakan, kepalanya berdenyut kencang, membuatnya seperti baru saja dipukul tepat di kepalanya. Beberapa jam kemudian semua rasa sakit yang datang bersamaan itu mulai mereda.

Beberapa hari terakhir ini, gadis tersebut merasakan hal yang sama saat ia bangun dari tidurnya. Rasa gelisah dan sedih yang tidak bisa dijelaskan, seperti baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berarti dari hidupnya.

Hari-hari ia jalani seperti biasa, tidak ada yang istimewa. Selalu menjadi anak yang kesepian dan sangat diam. Ia pikir hari ini akan menjadi hari yang tenang seperti hari hari sebelumnya sampai muncul notifikasi di smartphone nya.

ayah

[hari ini aku akan pulang, jangan tinggalkan rumah sebelum aku datang]

'Sial' menjadi satu satunya kata yang yang terlintas di benak gadis itu, ia merasa takut, jika bisa ia ingin kabur dari rumah yang ia tinggali sekarang juga, tapi sekali lagi, karna rasa takut akan akibat yang akan ia dapatkan dari meninggalkan rumah tersebut. Karna disana gadis itu tidak hanya tinggal sendirian tapi juga dengan ibunya yang sudah sangat lemah, bahkan hanya untuk berdiri tegap dan berjalan keluar rumah pun tak sanggup. Satu satunya oarng tua yang mengerjakan kewajibannya sebagai ibu untuk merawat dan membesarkan anaknya.

"Lyn!!" panggil seorang pria dengan suara serak serta suara dobrakan pintu yang juga berasal dari orang yang sama, membuat yang tinggal dirumah kecil tersebut kaget . "Lyn, dimana kamu?!" kali ini pria itu tak hanya berdiri di depan pintu, ia berjalan dengan sempoyongan sambil membawa alcohol ditangan kirinya memasuki satu satunya kamar yang ada di rumah tersebut.

Sambil berjalan mendekati ranjang yang aja di kamar tesebut, pria itu berkata "oohh, Hik- jalang ini masih hidup rupanya." Bau alcohol mulai tercium dikamar kecil itu. "dan, bukankah anak perempuan kita ini sudah besar? Harusnya sudah bisa dapat uang sendiri kan? Hik-" kata pria itu dengan nada tidak karuan sambil mendorong kepala si gadis berambut lilac dengan telunjuknya. Sekarang perhatian pria itu teralih Kembali menuju orang yang sedang berbaring di ranjang, "Hei, jalang sialan, Hik-, sekarang tugasmu sudah selesai, kenapa kau tidak mati saja? Hik-" pria itu benar benar mabuk, bahkan tidak bisa berbicar dengan benar karna cegukannya. Perkataan yang dilontarkan pria itu sudah keterlaluan, tidak hanya sekali dua kali pria itu berlaku seenaknya. Bahkan sebagai kepala keluarga saja ia tak bisa memenuhi kewajibannya. Seorang manusia yang tak becus menjadi ayah, orang yang hanya datang bila ada perlu. Benar benar seorang bajingan.

Seperti orang labil, pria itu memecahkan botol kaca yang ada di tangan kirinya menjadi setengah dan mengarahkan pecahan yang ada di tangannya ke orang yang ada di ranjang. Kali ini pria itu sangat keterlaluan sudah sangat melewati batas karna itu, gadis berambut lilac yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara kini merasa sangat geram. Gadis itu mengambil barang apapun yang ada disekitarnya. bersyukur ada kursi kecil yang ia gunakan untuk menemani ibunya. dengan penuh emosi ia memukul kepala yang di panggilnya ayah dengan berteriak "DASAR BAJINGAN!!" pria itu berhassil dipukul,tapi seperti seorang zombie sang ayah bangun dan tertawa "ha ha ha.. sepertinya karna kau sudah besar jadi berani kepada ayah mu ya? Evelyn?"

"Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu itu!" ucap gadis berambut lilac sambil mengyunkan kursinya dengan tujuan memukul sang ayah. Kali ini pukulannya juga berhasil, tapi sangat sanyang sekali, sang ayah malah terjatuh ke atas ranjang. Sang ibu yang sedari tadi berbaring diranjang dibunuh oleh sang ayah dengan pecahan botol kaca yang ditusukkan ke dada. Ibu meninggal tanpa perlawanan, darah mengucur deras dari tubuh sang ibu. Mengundang lebuh banyak amarah dan kesedihan dari si gadis, Evelyn.

Iris mata evelyn yang awalnya berwarna hitam samar samar berubah menjadi warna ungu. Sang ayah masih tertawa seperti orang gila bahkan setelah membunuh istrinya sendiri. "nah, sekarang jalang itu sudah mati, kau ikut ayah aja ya lyn?" si ayah berkata dilanjutkan dengan tawanya yang seperti orang gila itu.

Sekali lagi, dan mungkin untuk yang terakhir kalinya Eve melihat jasad ibunya yang penuh darah. Saat ini dia sangat tercampur aduk, marah, sedih, dan kecewa karna tidak bisa melindungi ibunya bercampur menjadi satu. Satu satunya pilihan saat ini adalah melenyapkan pria yang ia sebut ayah itu. Tapi Eve tau bahwa dengan membunuhnya disini, sama saja dengan menyerahkan diri ke kantor polisi. Jika di kota ini tidak ada hukum ia tak akan ragu untuk membunuh ayahnya itu. Bahkan tak masalah menjadi bajingan sepertinya. Ia tau dan sadar bahwa, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kelembutan hati. Dan tidak semua orang pantas memiliki kesempatan kedua.

Eve melarikan diri keluar rumah dengan yakin bahwa ayahnya itu akan mengejarnya sesuai perkiraannya. Dan benar saja, ayahnya mengikutinya bahkan sampai ketengah jalan untuk menangkap Evelyn. Mulai dari saat ia keluar rumah, Evelyn sudah mendapatkan saksi bahwa ialah korbannya. Sang ayah berlari mengejar Eve sambil masih membawa pecahan botol yang berlumuran darah, tak heran orang orang sekitar yang melihatnya langsung memanggil polisi untuk segera datang kesana. Beruntung sekali sesuai rencana Evelyn, ia berlari ke tengah jalan dengan dikejar oleh ayahnya. Saat berada di dekar rel kereta, ia sengaja menunggu momentum, dan saat kereta tersebut mendekat, ia sengaja berlari sedikit jauh agar ayahnya berada tepat di lajur kereta pada jadwal tersebut. Dan seperti perkiraan Evelyn, ayahnya tertabrak kereta dan mati ditempat.

Mata Evelyn kini sudah kembali normal, iris matanya yang tadi berwarna ungu kini kembali normal menjadi warna hitam. Tak lama kemudian, polisi datang membersihkan kekacauan yang terjadi dan mengamankan Evelyn. Tepat setelah warna matanya kembali norma, Eve merasa jantungnya berdetak sangat kencang dan kaki nya lemas kehilangan tenaga. Ia menangis dengan keras di tempat itu.

Kini umurnya baru 12 tahun, dan cerita hidupnya baru akan dimulai disini. 

Eve : ASCENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang