AWAL.

28 3 0
                                    

KANTOR POLISI

"Kasihan sekali anak ini, bukankah ia seharusnya masih sekolah dasar saat ini?" celetuk salah satu pria yang sedang mempelajari kasus keluarga Evelyn yang baru saja terjadi kemarin. "Apakah kau tau dimana anak itu saat ini?" pertanyaan tersebut datang dari orang yang sama seperti sebelumnya. "dengar dengar kemarin anak itu ditawari untuk dititipkan ke panti asuhan tapi dia menolak. Katanya dia masih ingin tinggal dirumahnya walaupun sendirian." Temannya yang bernama Terry menjawab. "hei!, apa yang kalian gosip kan? Sana balik kerja lagi" ketua tim mereka datang sambil membawa info terbaru mengenai kasus Evelyn kemarin.

"ini info update dari kasus kemarin. Ternyata, gadis itu bukan anak kandung mereka, bahkan ngga ada ikatan darah sama sekali dengan mereka. Menurut kesaksian dari tetangga nya, gadis itu merupakan anak titipan seorang pria muda yang katanya bakal dateng saat gadis itu berumur lima tahun. Tapi kenyataannya, sudah dua belas tahun berlalu dan pria itu ngga kembali seperti yang di janjikan."

"katanya saat itu tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya menyaksikan kejadian itu. Tapi ngga ada satupun yang inget sama muka pria yang nitipin gadis itu." Ucap ketua tim mereka menjelaskan latar belakang Evelyn. " Tapi bagaimana bisa seseorang menitipkan anak kecil ke orang asing yang bahkan ngga punya hubungan darah. Padahal kalo ada yang masih inget sama muka pria itu, gadis ini akan diserahkan kepadanya. Dan seenggaknya gadis itu bakal punya wali jika terjadi apa apa dengannya" balas Terry yang turut iba dengan Evelyn.

KANTOR WALIKOTA

Seorang wanita berumur tiga puluhan sedang memandangi foto bayi yang ada di meja kerjanya. 'andai keadaan saat itu tidak mendesak, kita pasti akan tetap bersama sampai saat ini sayang, sekarang kau mungkin sudah waktunya masuk ke sekolah menengah. Tapi bahkan sudah sebelas setengah tahun berlalu tapi kau belum pernah melihat ataupun mengungat wajah mimo mu ini sayang.' Batin dari wanita tersebut.

"bahkan sekarang aku sudah benar benar sendiri, suamiku meninggal tepat 1 hari setelah menitipkan anakku ke orang yang paling kupercaya. Dan bahkan walaupun punya anak aku benar benar tidak tahu sama sekali kabar mengenai dirinya" jengah wanita itu. Ia merasa seakan hidupnya ini sangat hampa, dan untuk mengisi kekosongan itu yang ia lakukan adalah bekerja setiap waktu.

.

.

Sekarang Evelyn dititipkan ke panti asuhan di wilayah itu untuk beberapa hari kedepan karna rumahnya masih digunakan untuk infestigasi kasus yang kemarin baru saja terjadi. Sebenarnya ini juga sebagai rayuan dari polisi untuk Evelyn agar mencoba untuk tinggal di panti asuhan tersebut dan jika Eve merasa nyaman ia boleh meminta tinggal dipanti saja daripada di rumahnya yang merupakan TKP dari pembunuhan ibu nya.

Tapi setelah lima hari berlalu pun, ia tetap kekeh untuk tinggal di rumahnya sendiri. Ia menolak bukan karna tidak nyaman berada disana, malahan dia dapat berbaur dengan baik bersama anak anak maupun ibu asuh yang ada di panti tersebut.

Sekarang adalah hari keenam pasca kejadian tersebut. Dan Evelyn sudah tinggal di rumahnya sendiri. Polisi yang menangani kasus tersebut juga membantu membersihkan dan mengganti kasur yang terkena darah dan beberapa perabotan yang rusak serta memberi beberapa uang saku untuk Eve.

Sore itu, setelah Evelyn beberes, ai pergi meninggalkan rumahnya menuju suatu tempat. Menuju ke tempat yang rasanya sangat ia rindukan tanpa alasan. Ini adalah kali pertamanya Eve kesana, tapi seperti sudah hafal jalan menuju kesana ia pergi ke tempat tersebut tanpa tersesat.

Matahari mulai terlahap oleh lautan dengan indah, Eve menikmati pemandangan tersebut di pinggir pantai dekat jalan besar. Orang-orang menyebut tempat itu sebagai tol kiri. Ia merasakan perasaan rindu yang sangat besar tanpa sadar ia meneteskan air mata. Saat itu, iris mata Evelyn berubah berubah menjadi ungu. Seperti enam hari yang lalu saat ia merasa marah kepada ayah nya. Tapi berbanding terbalik dari saat itu, sekarang ia merasa sangat sedih. Sedih sekali hingga rasanya menyesakkan.

Kepala Evelyn tiba-tiba berdenyut kencang dan jantungnya berdebar kencang. "papi" tanpa sadar panggilan itu terucap dari mulut Evelyn. Matanya yang tapi berwarna ungu sekarang meredup ,kembali kewarna hitam. Dan tak lama kemudian ia tertidur ditempat itu ditemani suara deburan ombak dan hembusan angin laut.

Tengah malam pun tiba, disebelahnya ada sepasang kekasih yang masih bangun menikmati pemandangan malam dan pantulan cahaya bulan ditengah tenang nya laut. "eh yang, anak ini akhirnya bangun" ujar seorang wanita berambut coklat panjang yang duduk tepat disebelah Evelyn ditemani kekasihnya. Seolah mereka telah menunggu Evelyn dari waktu yang lama. "yaudah, makan dulu yuk!" ajak pria berambut hitam yang juga menunggunya tadi. Disaat sepasang kekasih itu mulai berdiri, Evelin tetap duduk dan mengamati dengan heran sepasang kekasih itu. "kamu juga ikut!"ajak wanita berambut coklat. Dengan bingung Evelyn menatap kearah pria berambut hitam dan dibalas dengan anggukan. Dengan ragu Evelyn mengikuti mereka berjalan ke restoran dekat situ yang masih buka.

Setelah memilih tempat duduk dan memesan makanan, wanita berambut coklat tadi memperkenalkan dirinya "aku Selia, panggil aja aku ka sel" dan kekasih nya juga memperkenalkan diri "aku Riji". "ya, perkenalkan, aku Evelyn" balas Eve untuk menghormati perkenalan mereka. "ohh, Evelyn yaa, kau benar benar mengingatkanku dengan adikku" Selia menatap Eve dengan senyuman seakan telah bertemu dengan orang yang lama dia rindukan. "wajar saja selia sangat senang bisa bertemu dengan mu. Kau mengingatkan kami dengan adik kami yang belum lama ini meninggal" jelas Riji kepada Evelyn. Tak ;ama kemudian makanan datang dan mereka menyantap makanan tersebut dengan tenang.

'hari ini rasanya damai sekali, bahkan saat makan bersama mereka aku merasa seperti bertemu keluarga ku sendiri' batin Evelyn ditengah makannya. Ini mungkin adalah kali pertamanya ia merasakan hangatnya kekeluargaan selama empat tahun terakhir ini. Setelah ibu nya sering drop dan ayahnya yang hanya pulang untuk sekadar memaki atau pun bahkan meminta uang yang Evelyn dapatkan untuk makan sehari hari.

Selesai makan Selia menanyakan apakah Evelyn mau diantar mereka untuk pulang ke rumah. Awalnya Eve menolak karna merasa merepotkan mereka, tapi akhirnya Selia tetap memaksa untuk diantar saja. "Sudah, ikut aja, ini suda kemaleman buat anak seumuranmu pulang sendirian" Riji memberi alasan.

Ditengah perjalanan, Selia membuka obrolan, "hari ini aku ngga nyangka bakal ketemu sama anak yang mirip mia di tempat yang dulunya merupakan villa keluarga kita."

"dulunya?" tanya Eve penasaran.

"iya, dulunya..."

Eve : ASCENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang