01

422 44 5
                                    

°°°

Pagi itu, sanemi terbangun lebih awal karena panggilan telepon yang memekikan telinga nya

tangan nya dengan malas dia bawa untuk meraba-raba meja disamping kasurnya untuk mencari benda pipih yang bergetar sedari tadi

"halo.." suara serak berat dari sanemi yang baru saja terbangun

"sanemi syukurlah...apa kamu bisa membantu bibi?"

sanemi melirik layar handphone nya, rupanya itu panggilan telepon dari bibi jauh nya yang tinggal di kota sebelah, tamayo

"oh bibi tamayo, ada apa bibi?" sanemi duduk di tepi kasurnya dan meregangkan otot nya yang terasa kaku

"begini sanemi...bibi minta tolong untuk menjaga putra bibi. Karena bibi harus pergi keluar negeri untuk beberapa bulan karena urusan pekerjaan, apa kau bisa? bibi tidak tau harus meminta tolong pada siapapun lagi.."

sanemi terdiam sebentar, memikirkan permintaan bibinya untuk menjaga putra nya, sanemi tidak terlalu mengenal bibinya karena mereka bukanlah keluarga dekat tapi karena dimasa lalu bibinya banyak membantu keluarga nya

sanemi tidak bisa menolak "..kurasa bisa bibi.."

"benarkah? syukurlah..." terdengar helaan nafas lega disambungan telepon itu "..kalau begitu tolong jemput putra bibir di stasiun kereta siang ini yah? dia tidak mengenal wilayah situ"

"loh, anaknya pergi sendiri?"

"iya, tenang aja. anaknya penurut kok...bibi harus pergi sekarang. terimakasih banyak sanemi"

tuttt tuttt~

sambungan telepon dimatikan begitu saja, sanemi hanya menatap layar telepon nya dan berbaring lelah di kasurnya

mengurus pekerjaan nya saja sebenarnya sudah cukup merepotkan bagi sanemi, apalagi harus menjaga anak kecil?

karena tak ingin berpikir terlalu banyak dan berakhir terlambat berkerja, sanemi bangun dan segera bersiap pergi ke pangkalan polisi tempat dia bekerja.

•••

Seharian ini sanemi hanya duduk dan sesekali berpatroli di jalanan hingga tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 1 siang, waktu dimana dia harus menjemput putra bibinya

tidak ingin membuat putra bibinya menunggu lama atau lebih parahnya diculik, sanemi segera mengganti shift patroli dengan teman kerjanya dan pergi ke stasiun kereta.

.
.
.
suasana ribut dan penuh di kereta bukan lah hal baru di kota besar ini, hanya saja sanemi kewalahan mencari putra bibinya dan sialnya dia baru menyadarinya...dia tidak pernah melihat wajah putra bibinya itu, setahunya bibinya hanya memiliki seorang putri

"bodohnya aku.." sanemi memukul keningnya dan mengusap-usap wajahnya frustasi, dia lelah

saat sedang bingung, dari arah kanan tepatnya di kerumunan sekelompok orang-orang terjadi kehebohan

sanemi yang berprofesi sebagai seorang polisi tentu saja tidak bisa diam dan segera mendekati kerumunan itu

"hey hey berhenti...ada apa ini?!" kata sanemi dengan tegas sembari menghentikan perkelahian yang terjadi antara dua pria dan seorang nenek yang terduduk lemah

"nenek, anda tidak apa-apa?" tanya sanemi membantu nenek itu berdiri

lalu setelah nya sanemi menatap remaja laki-laki yang seperti seorang siswa SMA dengan wajah datar dan seorang pria dewasa berbau alkohol yang menyengat

"ada apa ini? apa kalian tidak tau ini wilayah patroli siapa!?" kata sanemi dengan tegas membuat pria mabuk itu ciut tapi tidak dengan remaja laki-laki yang pipinya lebam hanya menatapnya datar dengan mata biru gelapnya

"nenek... dompet mu" kata remaja itu memberikan dompet coklat pada nenek itu

"hey, aku bertanya pada kau!" sanemi menarik bahu remaja itu agar menatapnya

"tuan polisi, tolong jangan menahan anak muda ini... uhuk-uhuk...dia hanya membantu nenek tua ini yang kena copet oleh pria itu" kata nenek itu dengan batuk menunjuk kearah pria mabuk itu yang nampak panik

"copet? kau!"

saat pria mabuk itu akan kabur, sanemi dengan cepat menahan nya dan memborgol tangan nya kebelakang dengan borgol yang dia bawa

"dasar pria tua tidak tau diri, berani-beraninya mencopet dari seorang wanita tua!"

"ahh pak polisi maafkan saya maaf kan saya!!!"

"kau tidak punya hak untuk berbicara sebelum kita sampai ke kantor polisi.."

sanemi menuntut pria itu untuk maju

"nenek, mohon maaf. apa nenek bisa ikut saya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan?"

"tentu anak muda.."

"oy kau bocah, bantu nenek itu. kau juga harus ikut"

remaja SMA itu hanya diam dan membantu nenek itu berjalan mengikuti sanemi menuju kantor polisi terdekat.

setelah cukup lama waktu berlalu, pemeriksaan selesai dan pria mabuk itu dinyatakan bersalah.

"hati-hati dijalan nenek.." kata Sanemi setelah mengantar nenek tua itu ke perhentian bus

merasa pekerjaannya selesai, sanemi akan kembali ke stasiun kereta untuk mencari keponakan nya, tapi seseorang menahan tangan nya membuat sanemi tersadar jika masih ada satu orang lagi

"apa? kenapa kau masih kesini? sana pulang"

remaja laki-laki itu menggeleng lalu mengeluarkan selembar kertas berisi alamat

"pak polisi, aku tersesat. aku mencari alamat ini atas nama sanemi shinazugawa... seharusnya aku dijemput tapi pamanku tidak pernah datang dari sejam yang lalu" kata remaja itu dengan polos dan datar

"tunggu..huh?!" sanemi tidak percaya jika namanya di sebut sebagai paman dari remaja SMA didepannya ini

dengan cepat sanemi menarik kertas itu dan membaca alamat itu, dan boom alamat nya sama dengan alamat rumah nya

sanemi menghela nafas pelan dan menatap lelah remaja yang tampak polos dan tak berdaya didepannya ini

"kau putra dari tamayo kan?"

"pak polisi mengenal bunda ku?"

"aku paman mu..sanemi shinazugawa"

°°°°

Blu• [SaneGiyuu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang