- PROLOG -

3 3 0
                                    

Sepatu mungkinku lepas saat aku datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepatu mungkinku lepas saat aku datang.
Ruangan yang mungkin akan ku injak selamanya.
Kertas dan tinta akan menjadi saksi bisu mataku berlinang.
Aku mungkin tidak akan kuat di sini seperti pangeran Charles II (Dua).

Aku bergeming setiap saat di tempat yang sama.
Menangis dan tertawa membuat semua menjadi saksi.
Melihat bunga lily yang basah oleh awan hujan di luar sana.
Aku pikir ini usai, tetapi akan tetap berlanjut terus sampai aku mati.

━━━━━━ ◦ ♕ ◦ ━━━━━━

AKU mungkin melihat Asteria yang bahagia di luar sana. Menyapa dunia dengan gaun yang kusuka. Bercerita bagaikan suster di gereja HomeField yang banyak oleh anak-anak yang bermain di kebunnya.

Aku memandang pemandangan tersebut dengan jubah gelap dan dua pengurusku di kanan dan kiriku. Melihat dari jendela kastil Barvalla yang  kaca-kacanya bergaya dua sisi. Aku berjalan mengikuti lorong kastil yang berbelok dan berliku-liku bagaikan sebuah maze.

Dua pembantu itu mengambil dua obor untuk menerangi jalan lorong yang menggelap dan menurun tersebut. Aku melangkah mendahului mereka yang masih sibuk dengan obor itu. Tangga bata terus aku injak untuk terus melangkah ke bawah sana, mungkin aku akan tergelincir akan betapa banyaknya tangga-tangga ini.

Melihat di ujung sana, sebuah pintu yang tertutup rapat dengan beberapa helaian cahaya keluar dari pintu tersebut. Apakah di sana mereka memasang jendela dua sisi itu dengan jumlah yang banyak? Aku tidak tahu bagian kastil ini. Yang aku tahu hanyalah aku akan tinggal di sebuah gudang yang kotor dan menjijikkan, tapi mungkin tebakanku salah.

"Nona Asterin, kami akan membuka pintu tersebut dengan kunci ini, bisakah kau menepi sebentar? " tanya seorang pembantu yang berada di belakangku. Aku hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun, dan aku pun menepi membiarkan mereka membukakan pintu untukku.

Aku melihat mereka yang bekerja keras membuka pintu tersebut, mungkin pintu kayu jati tersebut sangat keras dan karatan oleh besi-besinya. Aku pun membantu mereka membukakan kunci dan mendorong pintu itu ke arah depan. Diriku terjatuh membuat badanku ditimpa oleh kedua orang yang sedari tadi susah membuka pintunya.

Aku berdiri membiarkan mereka yang terjatuh setelah menimpaku. Aku melihat jendela kecil yang mengintip di sela-sela lemari kecil. Aku berjalan ke arah jendela dan bertanya; mengapa ada jendela di bawah tanah seperti ini?

Lalu aku bertanya kepada kedua pembantu ku berharap mereka bisa menjawabnya. "Mengapa ada jendela di sini? " tanya ku. Kedua pembantu itu saling menatap dan menghampiri diriku untuk melihat apa yang aku tanyakan pada mereka.

"Ini ... Jendela. " ucap pembantuku yang pertama.
"Sebelumnya tidak ada jendela di sini. Apa tuan raja membuatnya? " tanya pembantuku yang kedua.

"Raja memang pernah ke sini? " tanyaku. Mereka pun bingung setelah aku mengatakan hal tersebut. Walaupun itu hanya pertanyaan sederhana, itu membuat mereka mengelilingi diriku saat berpikir keras karena pertanyaanku yang sederhana.

"Baiklah, aku tanya sekali lagi. Siapa yang merawat serta menjaga ruangan ini? " tanyaku lagi. Mereka pun berhenti mengelilingiku dan berhadapan dengan ku. "Aku ingat ada seorang wanita yang direkrut raja menjadi pengurus suatu ruangan, mungkin yang dimaksud ruangan tersebut adalah ruangan ini. " jawab Milta, salah satu dari kedua pembantuku.

Dan Leyyah pun ikut berpikir dan juga ikut menjawab, "aku sebelum ke sini sempat menyapa dirinya. Wanita dengan rambut bergelombang yang diikat cepol serta wajah yang mungkin dirinya lahir di Spanyol. " ucap Leyyah dengan intens. Aku pun hanya mengangguk pelan dan melanjutkan keliling ruangan dengan kedua pembantuku yang risih ini.

Aku bertanya-tanya, jika di ruangan bawah tanah ini ada jendela dan cahaya yang memasukinya, maka ada matahari dan alam lainnya di luar sana.

Aku sempat berpikir seperti itu. Dan mungkin suatu hari nanti aku akan merancang melarikan diri dari kastil ini untuk mengetahui apa yang berada di luar ruangan ini.

Tok tok tok

Ada seseorang yang mengetuk pintu, apakah itu mereka? ; Milta dan Leyyah. Tetapi jika itu mereka pasti ada suara gaduh antara mereka, dan kali ini tidak ada.

Aku mengizinkan orang tersebut untuk masuk. Dengan langkah perlahan dirinya berjalan, memasuki ruangan yang kini menjadi tempat tinggal ku, lalu ia pun memberkatiku diawal ia bersaut.

"Semoga Tuhan memberkati tuan putri Asterin. Saya di sini ingin menghantarkan beberapa makan malam dan teh untuk kita berbincang-bincang. " ucapnya dengan penuh kehormatan untuk diriku. Aku pun ikut berdiri lalu menunduk dan melebarkan gaunku sebagai tanda salam darinya aku terima.

"Ah, aku tidak pernah melihat dirimu di kastil. Apakah kau adalah seorang wanita yang direkrut tersebut? " tanyaku sambil membereskan meja bundar yang kecil dengan kain basah. Wanita itupun melebarkan kain untuk alas meja yang kotor tersebut, dan ia pun mengangguk tanpa melihat diriku.

"Apakah diriku belum memperkenalkan diri kepada Anda, tuan putri? Apakah raja tidak memberitahumu? " tanya balik wanita tersebut. Aku yang mendengar hal tersebut ikut memikirkan dan bingung, memang raja merekrut berapa orang untuk dijadikan pembantu di kastil ini? Aku pun tidak tahu akan hal ini.

"Sejak lama, aku tidak pernah diberitahu jika ada pembantu baru. Yang aku tahu terakhir kali hanya Milta dan Leyyah saja. " jawabku sambil menghela nafas dengan berat hati. Betapa jeniusnya raja tidak memberitahuku terhadap kemajuan kerajaan ini.

Wanita tersebut tersenyum ke arahku seakan-akan ia mengerti apa yang kurasakan. Memang benar sejak kecil diriku dikucilkan dan diasingkan oleh Raja dan masyarakat, itu tidak membuatku keberatan. Tetapi aku hanya iri saja kepada kembaranku yang kemana-mana pasti dikenal dan dihormati. Bukan karena aku iri akan bagaimana masyarakat meninggikan Asteria sebagai tuan putri, tetapi aku iri akan banyaknya teman-temannya yang menemani disaat dirinya sendirian.

Ah, jika diingat kembali, masa itu adalah masa aku dan Asteria masih sangat dekat. Kami masih bisa bersenang-senang di luar kastil dan di perkotaan, tetapi akan karena undang-undang baru yang tidak masuk akal. Pada hari itupun aku dikucilkan dan diasingkan secara bertahap.

Wanita itu memecahkan suasana hening dan kaku menjadi hangat karena dirinya memelukku seakan-akan ibunda Maria yang memeluk diriku yang sedang menangis disaat malam hari. "My baby, my baby. You're my baby, say it to me ... " aku terkejut setelah wanita itu menyanyikan sepatah lagu yang dinyanyikan ibunda disuatu malam terakhir itu.

"Jika suatu saat nanti tuan putri dibebaskan, saya ingin sekali menyanyikan lagu untuk anda bagaikan menyanyikan lagu untuk anakku sendiri. " ucapnya di dalam keheningan ruangan. Aku yang terduduk terdiam di tepian ranjangku, menatap ke arah bawah mencerna apa yang dikatakan oleh wanita yang memelukku saat ini.

Jika suatu saat aku dibebaskan dari ruangan hampa ini, aku akan dirayakan dan diapresiasikan oleh dirinya yang tidak kukenal ini. Perkataan tersebut mungkin kalimat janji yang membuatku hidup kembali saat ini.

Aku merasakan hal yang lega di dadaku setelah ucapan wanita itu masuk dari telingaku. Oh, Tuhan. Siapakah wanita ini? Apakah seorang malaikat yang turun untuk diriku yang malang ini?


TO BE CONTINUED

✧༺♛༻✧

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La Vinia Val EviannaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang