RUMAH SEWA

440 48 8
                                    

Now playing: Kukira kau rumah by Amigdala

•••

Sakura Haruka namanya. Laki-laki dengan keunikannya―rambut dwiwarna dan mata heterochromia membuatnya menjadi daya tarik tersendiri. Sakura Haruka berpikir, keunikannya adalah kutukan. Tetapi bagi semua orang di kota Makochi, keunikan Sakura Haruka adalah anugerah.

Mata cantik yang berbeda warna itu menatap langit-langit rumahnya, matanya mengerjap dalam kantuk sambil mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya. Mulutnya terbuka tuk menguap lalu ia rentangkan tangannya keatas tuk regangkan tubuhnya setelahnya, ia berdiri dan dengan lesu berjalan seperti zombie ke kamar mandi.

Mengambil sikat gigi dan menggosokkan giginya sambil setengah mengantuk. Berkumur-kumur dan menyiram mukanya dengan air membuatnya sedikit lebih tersadarkan. Ia ambil handuk dibelakang pintu kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya. Setelah mandi, laki-laki penuh keunikan itu memakai seragam sekolahnya yang tergantung di balkon setelah seharian dijemur. Kancing seragam tak dikancingnya, memperlihatkan kaos putih polos, ia sisir sedikit rambutnya lalu selama beberapa menit menatap kaca.

Furin.

Rumah sekaligus keluarga barunya.

Setelah bertarung dengan Endo dan Chika juga keroconya, kini perlahan-lahan ia mulai menerima teman-temannya sebagai keluarganya. Ia berjanji bahwa ia akan menjaga keluarga barunya termasuk kota kecilnya. Karena dia ingin melindungi rumahnya.

Selama bertahun-tahun, Sakura Haruka hidup dalam kesendirian. Berkali-kali ditolak oleh masyarakat membuatnya sulit untuk menerima seseorang yang berusaha untuk menghancurkan temboknya. Selama bertahun-tahun, Sakura Haruka hidup diatas tambang. Tanpa rumah. Sangat menakutkan bagi Sakura Haruka untuk turun dari tambang. Ada begitu banyak kecemasan dan ketakutan yang menghantuinya, namun, sekarang dia tidak perlu khawatir lagi. Kini ada orang-orang yang membuatnya merasa aman untuk turun dari atas tambang.

Dia punya rumah

Itu membuat Sakura Haruka tersenyum tanpa sadar.

Tiba-tiba ponselnya bergetar dan menyala, menampilkan pesan chat dari kontak yang dinamai "Tuan Tanah".

Tuan Tanah: "Kapan kamu akan membayar sewa nya?"

Sakura lantas menengok pada kalender yang terpaku di dinding, sebuah tanggal yang dilingkari spidol merah terpampang dengan jelas.

"Saatnya bayar uang sewa." Gumamnya.

•••

Bunyi lonceng kafe -"tring!" Membuat seorang perempuan muda yang sibuk berkutat menoleh tuk melihat pelanggan kafenya.

"Sakura, pas sekali! Makanlah roti lapisnya." Perempuan itu berkata seolah sudah mengerti tabiat apa yang akan dilakukan pemuda yang datang ke kafenya.

Ia menyiapkan roti lapis daging dengan minuman hangat diatas meja tempat biasa pemuda itu duduk setiap pagi.

Langkah kaki pemuda itu berjalan, mendudukkan dirinya dan memakan roti lapis dengan tenang.

"Apa lukamu masih sakit?" Perempuan itu berbasa-basi.

Sakura Haruka menggelengkan kepalanya sebagai jawaban singkat.

Perempuan itu tersenyum tipis.

"Apa yang akan kamu lakukan hari ini?"

"Sepertinya masih berpatroli dan mungkin aku akan mengunjungi Shishitoren."

"Mengapa?"

Sakura Haruka berdecak,

RUMAH SEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang