Umemiya Hajime hanya menatap nanar pada seseorang yang sekarang sedang tertidur pulas. Matanya tidak pernah berpaling menatap dada yang sedari tadi naik turun hanya untuk memastikan orang dihadapannya ini nyaman dalam tidurnya.
Sebuah nada dering mengejutkannya dari lamunan kosong, ia mengambil ponselnya dari jaketnya dan mematikan alarm jam yang mengganggu. Tubuh besar itu berdiri, menatap sekilas wajah tenang yang tertidur itu sebelum akhirnya berbalik dan menghilang di balik pintu.
Dipagi hari yang menjelang siang, Sakura Haruka terbangun oleh suara gaduh di depan pintu apartemen nya, walau matanya begitu berat hingga dirinya berniat untuk membiarkan kegaduhan itu akan tetapi suara teriakan yang memanggil namanya membuatnya terbangun sepenuhnya. Mata monokrom miliknya melebar seperti kucing ketika melihat jam di dinding menunjukkan pukul jam 10.30.
Sakura segera berdiri, mengambil seragamnya di gantungan dan memakaikannya secara asal-asalan.
Suara gebrakan pintu yang dibuka oleh Sakura Haruka secara mendadak mengejutkan dua orang di depannya.
"Sakura! Apa kamu baik-baik saja? Aku dengar katanya kamu sakit, jadi kami disini menjenguk sekalian berpatroli!" Nirei berkata dengan penuh kekhawatiran.
"Sakit...?"
"Iya, sakit."
Ketiganya terdiam.
Sakura Haruka memiringkan kepalanya sedang mempertanyakan "dibagian mana dirinya sakit".
"Eh- lebih dari itu! Mengapa kamu memakai seragam?! Kamu 'kan sedang sakit!" Seru Nirei dengan nada yang tidak berubah.
Belum sempat Sakura Haruka menjawab, Nirei mendorong tubuh Sakura masuk ke dalam kembali. Laki-laki dengan rambut kuning itu sepertinya mengira bahwa Sakura benar-benar sakit sehingga penjelasan apapun yang keluar dari mulut Sakura tidak didengarnya dan menganggap bahwa Sakura hanya beralasan untuk memaksakan diri ke sekolah.
Akhirnya lelah karena melawan terus, Sakura menurut dan tidur di futon nya dengan nyaman.
"Siapa yang bilang aku sakit?" Tanya Sakura pada Suo yang sedari tadi diam sembari duduk dengan tenang disebelah Sakura.
"Umemiya-san, dia bilang katanya kamu sakit." Jawab Suo, "tapi Sakura, kenapa Umemiya jadi orang pertama yang tau kalau kamu sakit? Apa kamu memberitahunya atau dia datang sendiri kesini?"
"Itu..."
Umemiya, yah?
Sakura Haruka memejamkan matanya, otaknya mulai memproses dan sebuah memori bak sebuah video yang terputar ulang membanjiri pikirannya. Semalam dia yang tidak bisa tidur, berjalan-jalan di daerah dekat rumahnya tanpa alasan kaki dan pikiran yang kurang jernih dan...
Astaga.
Wajah Sakura Haruka memerah, dia berteriak sambil berdiri mengagetkan Suo dan Nirei yang berada disekitarnya. Tanpa banyak omong lagi atau mendengarkan suara khawatir kedua wakilnya, ia berlari keluar apartemennya dengan menggunakan sepatu asal-asalan. Nafasnya memburu dan ia sudah tidak peduli dengan pandangan mata yang terlihat bertanya-tanya tentangnya, ia bahkan mengabaikan suara para penjual yang mengenalnya memanggil namanya.
Kini tujuannya hanya satu. Atap sekolah tepat berkebun SMA Furin.
Pintu terbuka menampilkan keadaan Sakura Haruka yang mengenaskan. Seragam dan rambutnya compang-camping tidak tertata rapi, wajahnya memerah namun pucat akibat kelelahan bahkan nafasnya menggebu-gebu membuat dadanya naik turun tidak karuan.
"Sakura?" Umemiya memanggil terkejut melihat keadaan Sakura Haruka.
Wajah Umemiya Hajime saat ini tidak bisa digambarkan secara jelas oleh Sakura Haruka. Apakah itu wajah kekhawatiran, terkejut, atau wajah yang belum siap untuk bertemu dengannya? Entahlah. Sakura Haruka tidak ingin jawaban atas pertanyaan itu. Ia ingin jawaban atas pertanyaannya yang lain.
"Kak," dengan suara seraknya Sakura Haruka memanggil.
Umemiya Hajime segera mengerti ketika Sakura memanggilnya dengan sebutan "kak" dengan nada serius. Ia kemudian menyuruh Sugishita yang setiap hari membantunya di kebun untuk pergi. Dengan tatapan tajam Sugishita layangkan untuk Sakura lalu pergi dengan menutup pintu rapat-rapat.
"Duduklah." Umemiya berkata sambil menepuk tempat duduk di gazebo.
"Kak, yang semalam..."
"Kenapa yang semalam?"
"Aku... minta maaf udah nyium kakak."
Sakura Haruka berkata dengan malu-malu sembari menundukkan kepalanya. Umemiya Hajime tidak dapat menahan tawanya lagi, biarlah tubuhnya sakit nanti akibat dipukul oleh adik kelasnya. Dia sudah tidak bisa lagi menahan kegemasan yang hakiki ini.
"Jadi kamu lari-lari kesini gara-gara itu?" Tawanya.
Sakura Haruka ingin memukul tapi ada hal yang ingin disampaikan. Mungkin tentang perasaannya? Sejujurnya, Sakura Haruka sendiri tidak mengerti atau tidak tahu bagaimana perasaannya. Tapi yang dia tahu, kini ia mungkin telah jatuh pada pemimpin Furin ini.
Sakura Haruka tidak tahu kapan tepatnya ia mulai memiliki perasaan menyimpang ini. Akan tetapi sejak pertarungan melawan Chika dan Endo, sejak Umemiya mulai memberikannya perhatian-perhatian besar disitulah perasaan itu tumbuh. Awalnya Sakura Haruka hanya berpikir bahwa dia hanya merasa aman dan nyaman di Furin, tetapi lama kelamaan ia tahu bahwa itu bukan hanya sekedar perasaan aman dan nyaman. Dia tidak pernah merasakan jantungnya berdegup lebih kencang ketika bersama dengan teman-temannya atau seniornya, dia hanya merasakannya saat hanya ketika berada di samping pemimpin SMA Furin, Umemiya Hajime.
"Kak, sebenarnya aku―"
"Kakak juga minta maaf karena kebawa suasana, seharusnya sebagai orang yang lebih tua kakak menghentikan tindakan kamu."
Suara Sakura menjadi serak. Kata-kata yang sudah siap untuk keluar sekarang tertahan di tenggorokannya.
"Jadi, kakak nganggep aku ini apa?"
Tidak tolong jangan dijawab pertanyaan itu.
Apapun itu.
Sakura Haruka tidak ingin mendengarnya.
Jangan―
"Tentu saja, adik kakak yang paling lucu!!" Katanya riang tanpa merasa bersalah.
Tidak. Tidak. Dia tidak bisa memaksakan kehendak. Umemiya sendiri sudah mengatakan bahwa dia hanyalah adiknya.
Mari kita telan kata-kata itu selama-lamanya.
"Dasar goblok." Umpat Sakura lalu berdiri dan meninggalkan kebun.
"Loh, mau kemana?"
"Ke rumah, tidur! Bangsat!"
•••
Catatan: baru inget punya cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SEWA
FanfictionSakura Haruka, yang dikenal oleh orang-orang di kota barunya sebagai siswa sekolah furin yang baik hati, periang dan tsundere, membuat siapapun orang terpikat untuk ingin berteman atau hanya sekedar saling mengenal. Namun, tanpa diketahui oleh semua...