part 5

80 8 0
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°
°
°
°

Di pagi yang cerah, giffari menggeliat di atas ranjangnya, merasakan sinar matahari yang memasuki kamar melalui jendela yang terbuka lebar. dengan malas, ia bangun dari tidurnya dan duduk sambil mengucek mata. setelah itu, raka menuju ke kamar mandi. saat berjalan menuju kamar mandi, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

"Ceklek."

"Abang udah bangun?".

Giffari menoleh ke arah sumber suara, wajahnya berubah menjadi manja saat melihat adeknya datang.

"Kenapa zea, hm?" giffari sambil berjalan menghampiri zea.

"Abang nanti kita berangkatnya bareng yaa, soalnya papa hari ini ga bisa nganter aku" ucap zea kepada abang kesayangannya.

"Tapi abang mandi dulu, kamu tunggu di bawah ya" ucap giffari sambil mencubit pipi zea yang chubby.

"Ih abang, sakit tauu pipi zea," keluh zea sambil mengelus pipi yang tadi dicubit oleh abangnya.

Giffari tersenyum tipis. "Gemes."

"Abang, zea tunggu di bawah ya."

Zea pergi keluar kamar, di dalam kamar giffari menjawab dengan suara yang sama persis seperti anak kecil.

"Iyaaa, zeaaaa."

---

Giffari selesai mandi, keluar dari kamar dengan seragam sekolah. tiba-tiba, sang papa sudah menunggu di depan pintu dengan ekspresi marah.

"Tadi malam kamu pulang jam berapa?" tegas sang papa.

"Tumben banget pa, emangnya ada apa?" ucap giffari santai.

"JAWAB!!!!" sang papa mencengkram baju seragam giffari dengan emosi yang tidak stabil.

"G-giffari pulang j-jam satu pa," ujar giffari dengan wajah yang ketakutan. ia melihat wajah papanya yang sedang menahan emosi.

"Sini kamu" cetus sang papa sambil menarik tubuh giffari dengan kasar.

"Pah, giffari cape sama sikap papa yang kek gini, giffari ga tau harus gimana lagi pah," ucap giffari dengan nada yang menahan tangis.

Sang papa mendorong giffari sampai terjatuh dan memukul tubuh giffari tanpa ampun.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Sang papa meninggalkan giffari sendirian di depan kamarnya dengan luka di wajahnya. "Dasar anak ga berguna."

"Bangsat," batin giffari.

......

"Zea"

Zea menoleh ke arah suara dan berlari kecil ke arahnya.

"Abang kok lama sih, zea udah nungguin abang dari tadi tau," ujar giffari sambil mengelus rambut zea dengan lembut. "Maafin abang ya."

"Wajah abang kenapa banyak luka? abang dimarahin sama papa lagi ya?" tanya zea.

"Ayo zea kita berangkat sekarang, takut telat," ucap giffari sambil menggenggam tangan zea.

Zea melepaskan genggamannya. "Abang jawab dulu pertanyaan zea, abang gapapa kan?".

"Gue gapapa," ucap giffari sambil menggenggam tangan zea kembali, lalu mereka berdua keluar dari rumah.

Mereka berdua menaiki mobil merah maroon, hadiah dari sang mama ketika giffari berusia 14 tahun.

Sesampainya di sekolah, giffari memarkirkan mobilnya dan mereka berdua turun dari mobil. semua anak murid terpesona dengan tatapan tajam dan aura ketampanan giffari dan giffari berjalan dengan zea di sisinya.

"Zea kamu ke kelas dulu yaa, abang ada urusan sama temen-temen abang" ucap giffari dengan nada yang lembut.

"Yauda zea ke kelas dulu, see youu abang" zea pergi dan melambaikan tangannya.

"Lovee youuu zeaa, belajar yang rajin yaa" cetus giffari kepada adeknya.

Giffari, Andre, Rachel, Elang, Marco, Andi dan Noval segera berjalan ke kelas mereka, kebetulan mereka semua satu kelas.

Setelah mereka semua berjalan memasuki koridor sekolah yang ramai, alena berjalan dengan langkah cepat, buku-buku tebal di tangannya. Ia sedang terburu-buru menuju kelas, takut terlambat pelajaran sejarah yang terkenal sulit. Tiba-tiba, ia merasakan seseorang menarik tangannya dari belakang.

"Mau ke mana, lun?" tanya giffari dengan seringai jahil di wajahnya. Di sampingnya, ada teman-temannya berdiri dengan tangan di saku, menatap alena dengan tatapan menantang.

Alena berusaha melepaskan tangannya, "Lepas, giffari! Gua mau ke kelas!"

"Sabar dong sayang kita cuma mau ngobrol sebentar aja," kata giffari, nada bicaranya terdengar menjijikan.

Giffari menarik alena ke sudut koridor yang sepi. Giffari menutup pintu kelas dengan keras, membuat alena semakin takut.

"K-kenapa kalian selalu ngusik gua?" tanya alena, suaranya gemetar.

"Jangan so polos, len," kata giffari, mendekatinya. "Gue tau lo yang udah ngerusak hubungan adek gue kan?."

Alena menggelengkan kepala, "gua ga tau, apa yang lu maksud gifar!"

"Jangan bohong, len!" teriak giffari. "Gue punya bukti!"

Giffari mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya, menunjukkan sebuah foto yang dipotong dari akun media sosial alena. Foto itu menunjukkan alena sedang berdua sama alex dengan ekspresi yang seolah-olah sedang membicarakan sesuatu rahasia.

"Ini bukti kalo lo udah ngerusak hubungan adek gue, len!" kata giffari, suaranya yang penuh amarah.

Alena tercengang. Ia ga tau bagaimana foto itu bisa sampai ke tangan orang lain. Ia mencoba menjelaskan bahwa ia ga pernah merusak hubungan siapapun, tetapi giffari dan teman-temannya ga mau mendengarkannya.

"Lo harus ngerasain apa yang adek gue rasain" kata giffari dengan nada dingin.

"Alex itu temen gua, ga lebih" ucap alena, suaranya bergetar.

"Gue ga percaya" cetus giffari.

Alena merasa terjebak. Ia ga tau harus berbuat apa. Ia ga pernah merusak hubungan siapapun, tetapi giffari memiliki bukti yang "meyakinkan".

"Gua ga pernah merusak hubungan adek lu!" kata alena, dengan suara yang tegas.

Giffari dan teman-temannya saling bertukar pandang, mata mereka menyiratkan rencana jahat.

"Terserah lo aja dehh," kata giffari dengan senyum yang mengejek. "Kalau begitu, lo harus siap menanggung konsekuensinya."

Alena merasakan hawa dingin menyergapnya. Ia ga tau apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia tau bahwa ia sedang dalam bahaya.






















len? yang sabar yaa...

TBC.

GIFFARI ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang