🌏 Part 11 : Surprise

307 41 2
                                    

Jay masih termenung di sana, menatap bosnya yang hanya memandanginya dengan datar. Matanya melirik gelisah ke arah luar, dari pintu kaca yang mengarah keluar, bisa dilihat bahwa badai hujan sedang hebat-hebatnya.

Hembusan angin membawa dedaunan bergulung-gulung dan pepohonan bergoyang-goyang menakutkan, belum lagi suara guntur yang terus menerus bersusulan dengan kilat yang menyilaukan.

Ya. Mungkin benar kata Sunghoon, di luar sana kemungkinan besar tidak ada taksi karena hujan deras ini. Yang bisa dilakukan Jay hanyalah duduk di dalam ruangan itu dan menunggu, yang berarti menerima ajakan makan malam Sunghoon.

Sebelum Jay sempat memutuskan, seorang pelayan datang mendekati mereka dan menyerahkan menu.

"Apakah Anda sudah ingin memesan?" gumamnya sambil menunduk sopan.

Sunghoon menerima menu itu dan memesan makan malam lengkap dari hidangan pembuka sampai penutup kepada Jay, setelah itu dia menatap Jay sambil mengangkat alisnya.

"Apakah kau keberatan dengan menu yang ku pesan?"

Jay menggelengkan kepalanya pasrah, dia lapar. Ya. Tanpa sadar perutnya terasa perih.

"Tidak."

Sunghoon menganggukkan kepalanya, dan pelayan itupun pergi.

Lama mereka berdua hanya duduk dan saling berpandangan.

"Maafkan aku." Sunghoon duduk dengan tenang, bersandar di kursinya.

"Untuk apa?"

Sunghoon tersenyum, "Karena menghakimi calon suamimu. Yah bagaimanapun juga aku tidak mengenalnya dan tentu saja tidak berhak menilainya."

Mata lelaki itu menatap Jay dengan ramah, "Kita lupakan saja itu dulu ya, dan menikmati makan malam ini."

Mau tak mau Jay menganggukkan kepalanya, dan kemudian Sunghoon berdiri dari duduknya, "Tunggu sebentar, ada yang perlu ku bicarakan dengan pelayan."

Tanpa permisi lagi Sunghoon berdiri meninggalkan Jay.

Pandangan mata Jay mengikuti arah perginya Sunghoon, lelaki itu mendatangi kepala pelayan dan kemudian menggumamkan sesuatu.

Penampilannya yang elegan mungkin telah mendapatkan perhatian si kepala pelayan karena dia mendengarkan perkataan Sunghoon dengan serius sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelah itu Sunghoon kembali lagi ke meja Jay, dengan wajah misteriusnya lelaki itu menyadari Jay bersikap canggung, karena itu dia tidak banyak berbicara.

Ketika makanan pembuka mereka datang, Sunghoon dan Jay menyantapnya dalam keheningan. Ketika menu makanan utama datang, Sunghoon sedikit mengajak Jay bercakap-cakap mengenai pekerjaan juga membahas rasa masakan, suasananya sudah agak cair di antara mereka hingga kemudian mereka selesai menyantap makanan utama.

"Siap untuk makanan penutup?" Sunghoon tersenyum misterius, lalu dia melirik ke arah kepala pelayan dan memberikan kode.

Koki utama keluar dari dapur, membawakan sebuah kue tar mungil berwarna putih dengan lilin-lilin warna-warni di atasnya. Seorang pemain musik mengikuti mereka, membawa biola dipundaknya dan memainkan nada "Happy Birthday To You" dengan indahnya.

Jay ternganga, tidak menyangka. Beberapa pengunjung menatap Jay dengan senyuman, mungkin berpikir bahwa Jay begitu beruntung karena pasangan makan malamnya begitu perhatian di hari ulang tahunnya.

Jay menatap ke arah Sunghoon, terperangah, sementara Sunghoon tersenyum.

Kepala koki meletakkan kue ulang tahun itu di meja mereka, lalu membungkuk sambil mengucapkan selamat ulang tahun untuk Jay, dan kemudian berpamitan.

Sang pemain biola masih memainkan nada musik ulang tahun untuk Jay sampai selesai, setelah itu dia juga mengucapkan selamat ulang tahun untuk Jay. Jay menganggukkan kepalanya, masih terperangah dan bingung akan kejutan yang tidak disangkanya itu.

Setelah mereka hanya berdua, Jay menatap Sunghoon yang tersenyum manis.

"Happy Birthday Jay-ah, ayo ucapkan permohonanmu dan tiup lilinmu."

Jay melakukannya, dia seolah terbawa sihir, terkejut dan masih bingung.

Ditiupnya lilin itu sampai padam, matanya terpejam, mengucapkan permohonan indah untuk dirinya dan Heeseung, berharap mereka mempunyai masa depan yang bahagia.

Ya... tidak ada lagi yang perlu dimohonkannya bukan?

Tuhan sudah begitu baik kepadanya, menyembuhkan Heeseung dari penyakitnya, dan yang Jay inginkan hanyalah dia mendapatkan kesempatan untuk bersama Heeseung di masa depan mereka yang panjang.

Setelah itu dia membuka matanya, dan langsung bertatapan dengan mata cokelat yang penuh perhatian itu. Dan entah kenapa tiba-tiba saja Jay merasa terharu.

Tadinya dia berpikir akan menghabiskan malamnya dengan menangis, karena apa yang telah direncanakannya dengan begitu bahagia dari pagi berakhir dengan kekecewaan.

Tetapi kemudian bosnya ini muncul dan dengan penuh perhatian membuatkan perayaan ulang tahun kecil untuknya. Hanyalah sebuah cake berhias lilin dan musik ulang tahun, tetapi itu sangat mengena di hati Jay.

"Terimakasih." Jay berbisik lirih, sungguh-sungguh. Matanya berkaca-kaca, penuh dengan rasa haru.

Sunghoon masih tersenyum, dan menganggukkan kepala, "Sama-sama Jay-ah, Wish you all the best."


_***_


Heeseung menatap jam dinding yang berdetak pelan mengisi kesunyian ruangan. Dia merasa sangat tidak enak dan sedih. Memikirkan Jay.

Jay tampak begitu bahagia sampai menangis ketika mereka merencanakan makan malam bersama di hari ulang tahunnya, dan sekarang Heeseung menggagalkannya begitu saja. Jay pasti amat sangat kecewa.

Perasaan bersalah menusuk diri Heeseung. Tetapi apa yang harus dia perbuat?

Wonyoung yang pucat dan sakit, sama menderitanya seperti dirinya yang dulu sepertinya amat sangat membutuhkan dukungannya, dan Heeseung sudah berjanji untuk menemani Wonyoung.

Suara hujan dan gemuruh petir memenuhi penjuru ruangan, membuat Heeseung menghela napas panjang, berharap Jay sudah sampai di rumah dengan selamat.

Dia ingin menelepon Jay tetapi baterai ponselnya habis, dan tidak ada yang bisa dilakukannya selain duduk diam di sini, menunggu dalam keheningan.

Matanya menatap ke arah jemari pucat Wonyoung yang masih menggenggam tangannya dengan begitu erat seolah takut ditinggalkan. Heeseung menghela napas, menahan dilemanya.

_***_

"Terima kasih." Jay menoleh ke arah Sunghoon yang duduk di sebelahnya.

Sunghoon mengantarnya pulang setelah makan malam dan sekarang supir Sunghoon menghentikan mobilnya di depan bangunan yang di dalamnya ada flat Jay.

Sunghoon menganggukkan kepalanya, menyorongkan kotak berisi sisa kue tar ulang tahun Jay dengan lembut.

"Jangan lupa membawanya." Lelaki itu tersenyum, "Sampai jumpa besok di kantor, Jay-ah."

"Iya. Sampai jumpa besok."

Jay menganggukkan kepalanya juga, tersenyum tulus, benar-benar penuh terimakasih.

Lalu supir Sunghoon turun dan membawakannya payung, ketika Jay keluar dari mobil, lelaki itu mengantarkan Jay sampai ke teras, lalu membungkuk hormat dan melangkah pergi menembus hujan.

Jay masih termenung di sana, menatap ke arah mobil Sunghoon yang melaju pergi.






TBC

Another 5% [SungJay/HeeJay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang