Bab 4

143 6 0
                                    

"Jahat banget kamu!" Dunk segera turun dari mobil dari berlari memasuki apartemennya. Dia tidak peduli dengan ucapan dan panggilan Joong berkali-kali itu. Bahkan, dia sampai mengganti sandi apartemennya, agar Joong tidak bisa masuk ke apartemennya kembali.

"Seharusnya aku tidak berkata ya saat kamu diperkenalkan kepada Phuwin." Dunk membiarkan Joong mengetuk pintunya berkali-kali. Dirinya menangis dan menyesali segalanya. Mau resign, tapi pekerjaan sebagai sekretaris ini digaji dengan cukup besar. Namun, dia juga tidak tega terhadap Phuwin yang selalu menjadi pelampiasan Joong.

Balik ke Phuwin yang kini sudah tidak berdaya di bawah hujan deras. Tubuhnya mengigil kedinginan dan berharap ada kendaraan secepatnya untuk pulang ke rumah.

"Belum pulang?" Suara pelan membuat Phuwin sedikit terkejut.

"Tuan Pond?" Phuwin hampir saja jatuh terpeleset, bila Pond tidak sigap menahan pinggang Phuwin.

"Kamu kenapa hujan-hujanan?" Pond memayungi Phuwin dan menarik tangannya dari pinggang Phuwin.

"Ah itu, saya menunggu jemputan." Pond menyeritkan dahinya.

"Bukannya Tuan Joong dan Tuan Gemini sudah pulang, ya?" Phuwin terlihat cukup terkejut mendengar jawaban Pond. Namun, dirinya sadar bahwa dirinya sudah menjadi hak milik Joong.

"Tuan Joong akan menjemput saya sebentar lagi," bohong Phuwin. Dirinya menyembunyikan 200 baht di kantongnya dan menatap pura-pura ke ponselnya yang mati.

"Baiklah, aku akan menemani kamu." Pond tersenyum dan menatap Phuwin begitu dalam.

"Tuan, tidak perlu menemani saya." Phuwin mencoba menolak dengan halus.

"Kamu yakin?" Phuwin mengangguk dengan mantap.

"Optimis sama seperti dulu." Pond bersuara sebelum memberikan payungnya kepada Phuwin dan berlalu pergi dari sana. Disaat itulah Phuwin merasa hangat. Dirinya merasa diperhatikan oleh Pond, walau dirinya tahu bahwa dirinya sudah bertunangan dengan Joong.

Di lain sisi, Joong berusaha mencari Phuwin dengan amarahnya.

"Di mana bocah itu?!" Joong mencari Phuwin sepanjang jalan itu dan menemukan dia terduduk di halte bus.

"NAIK!" Phuwin menatap ke arah Joong dan segera menaiki mobil itu tanpa basa-basi.

Tanpa mereka sadari, Pond terus menatap Phuwin yang sudah menjauh dari lokasi terakhir dia berdiri.

"Kamu masih sama. Keras kepada diri sendiri, mementingkan orang lain dulu, mudah menyerah, apalagi selalu sial melulu. Aku ingin melindungimu, tapi aku tidak berani merebutmu dari pacar temanku sendiri. Sial sekali hidup ini! Aku pikir, saat aku pulang aku bisa menjemputmu, tapi naas terjadi pada dirimu, Tang-ku." Pond berkata dengan pelan dan menatap Chimon, sekretarisnya.

"Chimon, cari tahu semua latar belakang dari Phuwin, tunangan Joong. Saya ingin lengkap dengan data diri dan hal-hal kecilnya." Chimon hanya mengangguk dan mempersilakan Pond untuk berjalan terlebih dahulu memasuki mobilnya.

"Jika aku harus mengorbankan sesuatu untuk melindungimu Phuwin, akan aku lakukan hal tersebut," tekadnya dalam hati.

--

PLAK

Tamparan keras melayang di pipi Joong ketika dia tiba di kediaman mereka. Ayahnya, tuan Aydin, merasa anaknya menyiksa dengan sangat menantu tersayang dia.

"BAGAIMANA KAMU BISA MELUPAKAN PHUWIN?" Joong hanya diam dan menatap tajam Phuwin yang berada di belakang ayahnya.

"KAMU MELUPAKAN PHUWIN DEMI JALANG ITU, KAN?" Amarah Tuan Aydin sudah tidak terbendung lagi.

Hendak menampar anaknya kembali, namun Phuwin menahannya.

"Papa, sudah ya. Joong tidak salah. Tadi aku belanja sebentar dan ini salahku." Bohong Phuwin untuk menyelamatkan Joong.

"Dia seharusnya menunggu kamu, sayang," ujar Ny. Aydin. Phuwin yang merasa dibela kedua orang tua Joong langsung terdiam dan menatap ketakutan ke arah Joong.

"Nak Phuwin, saya tidak suka orang yang berbohong. Saya tahu kamu tadi berbohong. Berbohong untuk menyelamatkan calon suamimu yang kurang ajar ini." Tuan Aydin mengingatkan Phuwin dan menatap tajam lagi ke arah Joong.

"Tuan Pond dari perusahan Lertrakosum memberitahukan hal ini kepada ayahmu. Mau taruh di mana wajah ayahmu ini, Joong Archen?!" Tuan Aydin memukul kembali Joong. "5 Hari lagi akan diadakan konferensi pers terkait dengan pertunangan kalian berdua. Saya sudah tidak tahan dengan kelakuan kamu di kantor ketika bersama dengan Dunk. Saya sudah tahu mengenai hubungan kalian berdua!"

"Kalau ayah sudah tahu, kenapa ayah tidak merestui kami dulu?" bentak Joong.

"Pertunangan kalian sudah terjadi. Ayah punya firasat buruk akan Dunk."

"Bela aja terus, menantu tercinta kalian ini." Joong meninggalkan sang ayah, ibu, dan Phuwin. Dirinya mengendarai mobil menuju apartemen Dunk.

Dilain sisi, Phuwin berusaha terus-menerus membujuk kedua orang tua Joong untuk menerima Dunk dibandingkan menerima dia. Dia tahu bahwa Joong sudah 10 tahun lebih dulu bersama dengan Dunk. Dirinya hanya orang baru yang tidak diterima oleh Joong.

"Nak, pilihan orang tua adalah yang terbaik. Bukan karena utang orang tuamu kepada kami, melainkan Joong harus mengikuti pilihan kami yang terbaik." Lagi-lagi jawaban ini yang diterima Phuwin.

--

"Tuan Pond, ini data yang tuan minta." Chimon menyerahkan berkas dan sebuah stampel yang cukup familiar di mata Pond.

"Baiklah, silakan ditaruh di meja saja." Chimon berlalu setelah meletakkan berkas tersebut. Dirinya pamit pulang karena sudah melewati jam larut kantor.

"Chimon!" Pond memanggil Chimon dan membuat Chimon berbalik kepada Pond. "Bersenang-senanglah di bar. Esok hari kamu libur, kan?"

Senyuman Pond membuat Chimon bersemangat. Dirinya mengambil sejumlah uang yang diberikan Pond dan berterima kasih kepada Pond.

"Fourth pasti senang, jika dia melihat kakak tirinya dijaga dengan baik begini. Hah... bagaimana keadaan perusahaan yang dia pimpin, ya?"

Pond menatap ke jendela besar di ruang kantornya dan tersenyum dengan berkas ditangannya itu.

BERSAMBUNG....

Sampai Akhir Hayatku (BL||PP-JD-GF-PC) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang