Bab 7

129 5 0
                                    

"Kalau memang lu gak tega, datang ke perusahaan Aydin dan minta mereka buat membatalkan publik pertunangan." Fourth menunjukkan berita yang cukup melejit di hari ini.

"Hah?!" Pond melihat berita itu dan menghitung harinya menggunakan jari tangannya. "Sebentar? Ini waktunya tinggal 4 hari lagi?"

"Um.... saham perusahaan mereka naik lagi, tentu saja ini menjadi keuntungan semata buat perusahaan mereka. Kurasa produk mereka akan melejit lagi dipasaran." Fourth menatap Pond yang sedari tadi (setelah melihat berita itu) mengutak-atik sesuatu di layar ponselnya.

"Sial! Saham tertinggi mereka ada di angka 35 triliun baht." Pond mengumpat dan semakin gelisah.

"Gini, gue punya ide. Tapi ini agak gila, setidaknya bisa menyelamat perusahaan lu dan langkah pertama menyelamatkan Phuwin." Fourth menatap mantap ke arah Pond.

--

"Selamat datang Tuan Naravit, apakah ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis perusahaan Joong menyambut dengan baik kedatangan Pond. 2 hari yang lalu, Pond menghubungi perusahaan Aydin untuk mengadakan kerja sama produk, tentu saja Pond melakukan ini dengan perhitungan yang matang.

"Ambil Phuwin sebagai sekretaris pribadi lu. Gue rasa ini agak berisiko, namun bisa untuk diajukan." Suara Fourth menggema diingatannya saat dia memasuki ruangan Joong.

"Pond Naravit, selamat datang, kawan lama." Joong menyambut ke datangan Pond dengan penuh ramah.

"Tanpa basa-basi lagi, Tuan Joong. Dalam dunia bisnis, tidak ada kawan. Siapapun yang akan kamu anggap sebagai kawan, maka dia akan menjadi musuhmu." Pond duduk dan membuka kancing jasnya.

"Baiklah, kerja sama ini akan dibagi dengan 50-50 dari keuntungan bersih." Pond menatap serius ke arah kertas data yang disediakan.

"Bagaimana kalau keuntungannya 70-30?" Pond kembali bernegosiasi dan membuat Joong cukup terkejut.

"Pasti ada tapinya kan, Tuan Pond?"

"Berikan Phuwin sebagai 20% untuk menjadi sekretaris pribadiku."

--

"Nak Phuwin, kamu di mana?" Tuan Aydin memasuki mansion megah itu dan melihat Phuwin sedang memasak sesuatu di dapur.

"Selamat datang, Papa dan Mama." Phuwin menyambut Tuan dan Nyonya Aydin dengan ramah dan memberikan segelas air putih.

"Papa dan Mama tunggu sebentar, ya. Phuwin mau masak dulu untuk diantar ke kantor Joong."

Melihat Phuwin yang sayang dengan Joong membuat tuan dan nyonya tersebut merasa bersalah.

"Pasti tersiksa sekali ya dengan Joong?" Phuwin menatap mereka dan tersenyum.

"Saya tidak masalah tersiksa, namun saya merasa Joong sangat mencintai Tuan Dunk. Saya bisa melihat sorot mata dari Joong yang cukup berbeda ke Dunk." Phuwin menjelaskan dengan mantap dan memberikan bekal tersebut ke supir untuk diantar ke kantor Joong.

"Kamu membuat 2 bekal?" Phuwin mengangguk kembali.

"Pa, Ma, sebaiknya batalkan saja pertunangan ini. Saya akan membayar utang keluarga saya kepada Papa dan Mama secara langsung." Tuan dan Nyonya Aydin tampak gelisah. Mungkin mereka sudah sayang dengan Phuwin. "Cobalah menerima Dunk yang sudah bersama dengan Joong selama 10 tahun dan mungkin sudah masuk ke 11 tahun di tahun ini."

Phuwin tersenyum dan kembali mengajak kedua orang tua itu untuk duduk makan bersama dengan Phuwin.

--

"Berikan saya waktu untuk mempertimbangkan penawaran itu. Ini menyangkut masa depan saya dan Phuwin." Joong bersuara dengan mantap.

"Saya hanya bisa memberikan waktu 2 hari saja. Jika waktu terlewat, berarti saya anggap kerja sama ini batal." Pond berdiri dan berpamitan dengan Joong.

"Sial! Kenapa hanya 2 hari?" Joong membanting kertas perjanjian itu setelah Pond keluar dari ruangannya.

"Dunk, hubungkan aku dengan ayahku." Dunk mengangguk dan mulai menelepon Tuan Aydin.

"Halo, Pa. Aku minta maaf, jika aku berbicara informal begini. Pa, Pond Naravit tadi datang ke perusahaan Joong dan menawarkan kerja sama yang cukup menarik. Joong belum mengiyakan keputusan itu."

"Devidennya buat kita apa?" Tuan Aydin berbicara di seberang sana.

"70% dari hasil bersih." Joong berbicara seadanya.

"Devidennya ke dia?"

"30% beserta Phuwin sebagai sekretaris pribadinya."

"Tidak bisa! Papa tidak setuju."

"Pa, ini penawaran yang menarik."

"Sejak awal papa tidak setuju Dunk sebagai sekretaris pribadimu! Begitupula dengan hal ini! Deviden yang cukup besar ke kita, namun risiko yang lebih besar ke kita juga."

Telepon ditutup secara sepihak dan membuat Joong kewalahan.

"ARKH... SIAL!"

--

"Pond, bagaimana?" Fourth tampak gelisah di telepon tersebut.

"Tenanglah, ini sudah disepakati dalam waktu 2 hari bila mereka tidak memberikan jawaban berarti aku harus melakukan langkah lain untuk merebut Phuwin."

Pond menatap luar mobil dengan senyum yang pudar.

"Aku telepon kamu lagi nanti. Ini cukup berat untukku bahas." Telepon ditutup dan Pond menatap sekretarisnya.

"Tuan Pond, esok hari anda diundang menghadiri pesta pertunangan dari keluarga Aydin. Apakah Tuan akan datang?" Pond berdeham sebagai jawaban.

Perjalanan mereka sudah sampai di mansion utama keluarga Lertratkosum, Papa dan Mama Pond keluar dan menyambut anak mereka.

"Pa, Ma." Pond memanggil mereka sembari dia duduk di kursi ruang tamu itu. "Papa dan Mama ingat dengan Tang? Anak kecil yang waktu itu bermain bersama Pond sewaktu kecil."

"Ah, Papa ingat. Kalau tidak salah, terakhir kami dengar perusahaan milik ayahnya diakusisi oleh perusahaan Aydin. Kenapa, Nak?"

"Aku akan melakukan kerja sama dengan perusahaan mereka, Pa." Pond membuka ponselnya dan mengutak-atik sebentar sebelum menutupnya kembali.

"Baguslah, saham atau devidennya pasti sangat bagus." Tuan Lertratkosum tersenyum atas keputusan sang anak. Namun berbeda dengan sang anak yang nampaknya tidak bergembira atas kabar tersebut.

BERSAMBUNG....

Sampai Akhir Hayatku (BL||PP-JD-GF-PC) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang