Arsen terus tersenyum sepanjang perjalanan, dia tak mengira bahwa kesempatan untuk mendekati Winda semakin dekat. Sebenarnya waktu Winda mengajukan 3 syarat kemarin dirinya cukup terkejut apalagi nama-nama yang telah disebutkan terdengar familiar di telinganya.
Kak Irina, tunangan sepupunya itu berhasil ia lewati untuk mendapatkan restu pertama, sekarang dia sedang mengemudi untuk bertemu adik iparnya. Ah adik ipar, memikirkannya saja sudah membuat Arsen tersenyum seperti orang gila. Tadi malam Winda mengirim pesan padanya untuk bertemu di Cafe dekat kampus jam 4 sore. Setelah memakirkan mobil Audi R8 nya, Arsen segera memasuki Cafe tempat mereka akan bertemu.
Matanya menelisik ke penjuru Cafe dan menemukan sosok Winda bersama seorang laki-laki yang ia tebak adalah Jeffrey, adik kandung Winda yang masih SMA.
"Hai, maaf nunggu lama ya?" ucap Arsen basa-basi dan duduk di sebelah Jeffrey.
"Lo kagak bisa baca jam? Ini aja masih jam 3 lebih 15 woy!" sahut Jeffrey sambil melihat jam di ponselnya. Ternyata cerita kakaknya tentang cowok di sebelahnya ini real juga. Jeffrey kira kakaknya sedang halusinasi dan melebih-lebihkan cerita.
Arsen hanya menaikkan alis, pura-pura terkejut. "Oh iya?"
Winda yang melihat hal itu jengah sendiri, dia saja belum mengobrol untuk rencana yang akan dijalankannya dengan Jeffrey, eh orang ini tiba-tiba sudah datang hampir satu jam lebih awal.
"Kak Arsen, kan kemarin janjiannya jam 4 sore,"tanya Winda
Arsen hanya mengangguk, "Iya, keknya aku salah lihat jam deh, sweetie. But, sama aja kan tujuannya?" balas Arsen tak peduli.
"Kakak gue udah cerita, lo cowok aneh yang tiba-tiba dateng ke kehidupan dia kan?" sahut Jeffrey tanpa basa-basi.
Bukan hanya karena uang sogokan kakaknya saja Jeffrey bersikap seperti ini, cowok disampingnya ini entah kenapa aura nya membuat Jeffrey tidak suka sejak pertama kali masuk. Tampangnya saja sih Jeffrey akui ganteng, tapi melihat tingkah lakunya secara langsung sepertinya kakaknya akan tertekan kalau berhubungan dengan orang seperti ini.
"Wah kamu pasti Jeffrey, adiknya Winda ya? Halo, salam kenal. Nama kakak Arsen. Oiya jangan lupa ya kakak 4 tahun lebih tua dari kamu. Jadi yang sopan."
"Lo kagak usah sok akrab deh" balas Jeffrey menantang.
Winda yang melihat hal tersebut hanya tersenyum dalam hati. Jeffrey ini orangnya blak-blakan kalau dilihat-lihat sifatnya hampir mirip dengan Arsen. Winda pikir Arsen akan dongkol atau jengah sendiri melihat tingkah adiknya.
Mendengar balasan Jeffrey membuat Arsen menyeringai kecil. Sebenarnya dari respon Jeffrey padanya Arsen benar-benar tidak peduli, perhatiannya terpusat pada Winda yang entah kenapa terlau santai tanpa peduli perseteruannya dengan Jeffrey.
Oke saatnya mengeluarkan kartu AS, batin Arsen
"Wow, calm little brother. Denger-denger lo sekolah di SMA Bina Bangsa ya?"
Jeffrey terkejut, "Lo stalker ya?"
Arsen menggelengkan kepalanya, "Adik temen gue sekolah di situ. Lo kenal Rosa?"
Setelah mendengar nama Rosa, Jeffrey sepertinya panik sendiri.
"Ke-kenal kenapa?" balas Jeffrey. Mendengar suara Jeffrey yang gugup membuat Arsen tertawa kencang. Sebelum membisikkan sesuatu ke telinga Jeffrey.
Winda yang melihat hal tersebut sontak mengernyit. Apa yang dikatakan oleh Arsen hingga telinga bahkan wajah Jeffrey tiba-tiba mulai berwarna merah. Tunggu, kalau telinga adiknya seperti itu bukannya Jeffrey sedang salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubbléine
ЧиклитWinda tak menyangka bahwa memberikan bekal madeleine kepada orang asing saat menunggu temannya, Beni, di taman kampus akan mengubah takdirnya. Awalnya hanya basa-basi untuk mengusir kebosanan, pertemuan itu membawa Winda ke dalam rangkaian kejadian...