2. Putri Kerajaan alam

145 14 0
                                    


Sepuluh tahun kemudian.

Iris mata coklat itu memandang sebuah pulau yang berada di seberang sana dengan tatapan penasaran. Dilihat dari jauh pulau tersebut sangat indah. Berbagai pohon, tumbuhan dan hewan aneh ada di pulau sana.

Namun, walaupun begitu tidak ada yang berani masuk ke wilayah tersebut.

"Lady....ayo kita pulang!"

Gadis itu tetap bergeming walaupun pelayanannya sudah mengajaknya untuk pulang. Mata coklat itu sekali lagi menatap Pulau tersebut dengan tatapan penasaran. Dia ingin sekali menjelajahi hutan lebat di sana, namun entah kenapa orang tuanya melarangnya dengan keras. Tak ada yang menjelaskan apapun padanya. Sehingga membuatnya penasaran. Belum lagi memori masa kecilnya menghilang.

"Lady Serena, ayo kita pulang. Sebentar lagi malam akan tiba."

Serena akhirnya mengangguk pasrah. Sinar matahari sudah berubah jingga dan sebentar lagi akan tenggelam. Serena menepuk-nepuk gaunnya untuk menghilangkan debu yang menempel. Lalu pulang bersama pelayan setianya itu.

"Apa Lady masih penasaran dengan pulau di seberang sana?" tanya Grace.

Serena mengangguk lalu menoleh pada gadis yang memiliki iris mata merah itu. Aneh memang namun itulah kenyataannya. Bola mata pelayan setianya itu memang aneh dan langka. "Iya, aku selalu penasaran dengan pulau itu, tapi kata Lord Baron Pulau itu sangat berbahaya."

"Apa Lady mempunyai keinginan untuk kesana?" tanya Grace sambil mengibaskan rambut merahnya.

Satu lagi keunikan pelayan setianya itu, selain memiliki bola mata yang seperti merah darah, Grace juga memiliki warna rambut merah pekat serta setiap lima menit gadis itu akan mengibaskan rambutnya. Awalanya Serena menganggap Grace aneh dan menakutkan karena selain bola mata dan warna rambutnya yang berbeda, gadis itu juga selalu mengibaskan rambutnya.

Namun, lama-kelamaan Serena jadi terbiasa dengan kebiasaan Grace itu serta memaklumi gadis cantik itu.

"Tidak. Aku tidak ingin melanggar aturan Lord Baron walaupun mempunyai keinginan untuk sekedar menjelajahi hutan di sana." Sampai kapanpun Serena tidak akan pernah melanggar aturan dari ayahnya itu.

Sejak kecil Serena sudah di beritahu untuk tidak menjelajahi hutan di sana karena menurut cerita sang ayah, hutan di sana sangat berbahaya. Sepuluh tahun belakangan ini dia hanya bisa memandang dari kejauhan. Walaupun penasaran tetap saja perintah sang Raja sangat mutlak tidak bisa di ganggu gugat.

"Ya, sebaiknya Lady jangan kesana karena selain berbahaya pulau itu juga dikenal tempatnya Raja iblis berada."

Langkah kaki Serena berhenti dikuti Grace di sampingnya. "Raja iblis?" tanyanya.

"Iya, disana tempat dimana istana iblis berada. Para iblis berkumpul disana dan mengabdikan diri mereka pada sang Raja." Grace kembali melangkah mengikuti Serena. "Keputusan Lord Baron memang sudah tepat untuk melarang Lady untuk tidak ke sana."

Serena terdiam sebelum akhirnya dia kembali bertanya, "Seperti apa bentuk Raja iblis, Grace?"

Kali ini, gadis berambut merah pekat itu yang terdiam. Grace tetap mengikuti langkah Serena, namun bola matanya tertutup rapat. Seolah-olah dia mencoba menerawang bentuk sang Raja iblis.

"Tidak tahu, Lady. Tapi, menurut cerita para leluhur Raja iblis dianugerahi wajah yang sangat tampan. Tidak ada yang tahu pasti bentuk wajah Raja iblis baik dulu ataupun sekarang." beritahu Grace membuat penasaran Serena kian bertambah.

Sepuluh tahun belakangan ini, Serena dilarang untuk keluar batas Kerajaan Alam, jika dia melewati batas Kerajaan maka itu bukan lagi kewajiban Lord Baron untuk melindunginya. Karena pada dasarnya kerajaan alam mempunyai aturan yaitu para warga desa ataupun bangsawan tidak boleh keluar zona kerajaan alam tanpa izin sang Raja. Karena kerajaan alam merupakan wilayah kekuasaan Lord Baron.

SERENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang