09

11 1 0
                                    

Enjoy!

***

Di ruangan kepala sekolah sudah ada Aira, guru kesiswaan, Cakra dan kepala sekolah itu sendiri. Andra memegang bahu Fey seolah berkata bahwa gadis itu pasti bisa melalui ini. Fey balas dengan senyuman kecil sebelum duduk di sebelah Raina.

"Oh, Fey, kau tidak tau seberapa paniknya aku ketika mendapat kabar ini!" ucap Aira memeluk erat tubuh sang adik.

Setelah itu Aira melerai pelukannya dan menggenggam erat tangan Fey sembari mendengarkan kepala sekolah yang mulai berbicara. Diam-diam, Fey melirik ke arah Andra yang juga melirik padanya.

Pemuda itu membuat gestur seolah semua akan baik-baik saja dan Fey hanya perlu menjelaskan semua yang telah dia alami jika ditanya oleh kepala sekolah.

Lalu, manik Fey mengubah arah pada Cakra yang menundukkan kepalanya. Rambutnya menutupi penglihatannya dan dia sama sekali tidak bereaksi apapun ketika ditanya, membuat guru kesiswaan kesal hingga tanpa sadar menarik kerah seragam Cakra.

"Lebih baik kau menunjukkan sikap kooperatifmu, anak muda! Jangan mempersulit ini semua."

Tapi, Cakra malah terkekeh, jenis kekehan pelan namun membuat satu ruangan merasakan merinding. Dia mengangkat pandangannya dan menatap langsung ke arah guru kesiswaan.

"Sudah banyak buktinya juga, bukan? Aku tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk menjawabnya." Hanya itu yang Cakra ucapkan.

Keputusan pun dibuat dan Cakra didrop out oleh sekolah. Kepala sekolah Dirgantara juga mengatakan bahwa akan mengurus mengenai berita yang telah menyebar ini agar Fey tidak merasa ditekan oleh murid Dirgantara lainnya.

Setelah itu, Aira, Fey dan Andra berjalan keluar ruangan kepala sekolah. Aira masih merasa khawatir kepada Fey, dia menawari gadis itu untuk pulang saja namun Fey menolaknya.

"Kak, sungguh aku akan baik-baik saja," ucap Fey berusaha meyakinkan Aira.

"Tenang saja, aku akan menjaga Fey untuk sementara waktu," ujar Andra ikut bersuara.

Fey menatap tak perrcaya padanya, "kak, tidak perlu. Aku malah akan merepotkan kakak."

"Kepala sekolah sendiri, loh, yang memintaku untuk menjagamu. Kau juga pasti mendengarnya," balas Andra.

"Eh, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau pacarnya Fey?" tanya Aira tersenyum kecil.

Fey sontak menggelengkan kepalanya dengan cepat, "t-tidak, kak!!"

***

"Baiklah, ayo kita mulai. Mohon diam," titah sang guru. "Sekarang, kita akan membuat kelompok untuk proyek tim yang kita bicarakan sebelumnya."

"Beneran, guru? Kerja kelompok?" Tanya salah satu muridnya.

"Hey, kerja kelompok itu akan membantu karirmu di masa depan. Jadi, berhentilah mengeluh dan buatlah kelompok tidak lebih dari lima orang, oke? Waktunya 10 menit," jawab sang guru.

"Ugh! Kerja kelompok benar-benar menyusahkan," keluh murid lainnya.

"Tugas baru lagi? Yang benar saja! Aku sudah menghabiskan tenagaku untuk tugas yang diberikan pak Keith!"

"Hey, siapa yang mau satu kelompok denganku?"

"Kami kekurangan dua orang lagi, siapa yang mau bergabung?"

"Ayo satu kelompok denganku!"

"Kau mau ikut yang mana?"

"Entahlah, kalau kau ikut maka aku juga ikut."

Fey memerhatikan Ezra yang menjadi pendiam di kelas. Dia bahkan selalu menolak untuk bertatapan dengan Fey ataupun Ata. Sejujurnya, Fey ingin meminta maaf tentang kejadian tadi tetapi sikap ezra yang terang-terangan tidak ingin diganggu membuatnya harus mengurungkan niat.

***

"Fey, besok kau mau pergi bersamaku?" tanya Ata seraya beranjak bangun dari duduknya.

"Tidak, aku pergi dengan kak Andra," balas Fey.

Brak!

Kedua gadis itu terkejut dengan Ezra yang tiba-tiba memukul meja sembari berdiri dan pergi dengan ekspresi menahan kesal. Sedangkan Ata sudah bersiap ingin menghajar Ezra jika saaj Fey tidak menahan tubuhnya.

"Ada apa dengannya, sih?!" umpat Ata.

"Tingkahnya membuatku kesal," sambungnya.

"Sudahlah, biarkan saja."

Ata menghela napasnya, "aku tidak suka sikapnya yang seperti ini." Gadis berambut pendek itu mengalihkan pembicaraannya. "Jadi kau akan datang bersama ketos?"

Fey menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Ata menyenggol bahunya sembari tersenyum menggoda, "ciee, kurasa tidak akan lama lagi aka nada berita tentang hubungan kalian."

Pipi Fey memerah karena perkataan Ata. Dia memukul pelan lengan gadis berambut hitam itu.

"Tidak mungkin! Kak Andra hanya menjagaku karena suruhan kepala sekolah," elak Fey.

***

TBC!

jangan lupa vote dan komen yaw~~

Who's The Winner?Where stories live. Discover now