Bumi dan Laut berjalan beriringan di Koridor menuju ke kelas mereka sambil sesekali bercanda menjahili satu sama lain seolah, dunia hanya milik mereka berdua yang lain pada ngontrak.
Hingga sebuah suara gaduh menyita perhatian semua orang termasuk Bumi dan Laut.
Brak!
"Berpikir realistis Langit! apa kamu yakin dengan tulisan-tulisan khayalan kamu itu, kamu bisa ikut dalam ajang seminar pembangunan itu? yang ada kamu akan dipermalukan! disana akan ada orang-orang penting, para menteri dan juga Bapak Presiden RI!" tegas Pak Rudy kepada Langit yang hanya menunduk seraya menatap nanar pada lembar-lembar tulisannya yang kini berada diatas lantai kerena telah dilempar oleh Pak Rudy.
"Jawab saya Langit!" titah Pak Rudy menatap Langit nyalang. Langit mendongak membalas tatapan Pak Rudy tak kalah tajam.
"Saya dengan sadar menulis lembar demi lembar ini Pak, ini bukan khayalan semata! karena saya sudah lelah untuk menutup mata dan telinga saya pada kondisi negeri ini, dan penderitaan rakyatlah yang telah mengilhami saya" jawab Langit tegas, tidak ada rasa takut dari arah pandangnya, yang ada hanyalah semangat yang semakin membara.
"Saya paham, tapi tidak harus membawa masalah politik dan juga korupsi kan Langit?" tanya Pak Rudy yang kini sudah tidak terbawa emosi karena mendengar pernyataa Langit yang seratus persen memang benar adanya.
"Mohon maaf Pak, tidak bisa. Ya karena memang itu adalah akar dari semua masalah terhambatnya proses pembangunan untuk negeri ini" jawab Langit tegas.
Pak Rudy menghembuskan napas lelah seraya memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa pusing yang menjalar dikepalanya.
"Lalu bagaimana dengan ide gila tentang mewujudkan keseimbangan anatara kemajuan teknologi dan lingkungan alam yang kamu sebut dengan "Miracle Generation" itu?"
tanya Pak Rudy."Jelas-jelas kita hanya bisa memilih salah 1 dari keduanya, jika memang memilih memajukan teknologi maka lingkungan alam akan dihancurkan begitu pun sebaliknya, jika ingin memelihara lingkungan alam maka tidak akan pernah ada yang namanya kemajuan teknologi" Pak Rudy menarik napas pelan lalu menghembuskannya.
"Lihatlah kota-kota besar diluar sana, apa ada sebuah negara maju yang memiliki IPTEK dengan segala kemajuan nya berada diatas tanah yang ditumbuhi padi dan sungai yang mengalir deras? bukankah itu tidak ada? itu karena mereka telah mengalih fungsikan lingkungan alam untuk membuat teknologi mutakhir yang sedang mereka kembangkan demi kemajuan negaranya"
Kali ini Pak Rudy menatap wajah Langit lekat seolah, ada rasa kepuasan tersendiri bagi kalimat selanjutnya yang akan diucapkannya.
"Dan selamanya lingkungan alam tidak akan pernah bisa berdampingan dengan kemajuan teknologi yang semakin mutakhir ini" Langit mendongakkan kepalanya saat setelah mendengar kalimat terakhir dari Pak Rudy yang selaku guru sejarahnya dan guru pembimbing dalam membuat naskah yang nantinya akan dibacakan pada seminar Pembangunan untuk NKRI pada tahun 2024 ini.
"Pak sembari tadi, bapak berbicara tentang kemajuan teknologi yang mutakhir. Apa bapak tau? jika selama ini diri kita masing-masing sudah memiliki teknologi mutakhir itu?" Pak Rudy mengernyitkan dahinya, tanda belum memahami apa yang dimaksud oleh Langit.
"Teknologi mutakhir itu adalah ini... "
Langit menunjuk kearah otaknya."Majunya sebuah negara dengan perkembangan IPTEK yang pesat, berdirinya gedung-gedung pencakar langit yang kokoh, dan kwalitas hidup masyarakat yang makmur, tak akan pernah terjadi tanpa adanya otak kita yang bekerja keras untuk berpikir bagaimana cara menangani setiap masalah yang datang" Langit menjeda Kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝐓𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐝𝐚𝐬𝐚𝐧"
Teen FictionLayaknya sebuah 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭... Haram hukumnya perasaan ini 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 sebelum sampai pada 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚.