Toni baru pulang kerja, baru saja tangannya terangkat hendak menyentuh gagang pintu ketika pintu depan rumahnya itu terayun terbuka dan seorang wanita muda menghambur keluar. Dia tampak bahagia, senyumnya mengembang, langkahnya ringan seolah sedang menari, saat berpapasan dengan Toni saja tangannya berayun menyapanya.
"Sore, mas Toni."
Toni mengangkat tangannya ragu ragu, "Sore juga... Mbak Alin."
Mata Toni tak lepas dari tetangga samping rumahnya itu sampai dia menghilang di balik pagar pembatas rumahnya.
"Melotot terus!" Teriak istrinya membuyarkan lamunan.
Toni bertanya, "Tuh mbak Alin kenapa? Kok kayak bahagia banget?" Dia melirik istrinya curiga, paham kebiasaan dua orang wanita ini, "Ngomongin siapa lagi kalian, hah?"
Dan seperti selalu, istri Toni menghindar dengan langsung pergi ke dapur, "Ngomong apa sih kamu mas, urusan wanita."
Sebagai suami, Toni bisa mendengar nada berbeda dari istrinya itu, maka tak peduli bajunya yang masih berseragam, dia menyusul.
Dan serangkaian adegan mesra khas suami istri terjadi di dapur sederhana rumah Toni. Istrinya memasak, dengan Toni memeluknya dari belakang, dibilang sebuah pelukan juga tidak tepat, sebab walau lengannya melingkari badan istrinya tapi kedua tangannya tampak menyelip diantaranya semua lapisan kain yang melindungi bagian kewanitaan istrinya itu.
"Ah... Mamas... Ihh... Lagi masak juga." Toni berpikir kebiasaan kecil ini sudah seperti tradisi rumahnya, istrinya memang selalu mengeluh risih, terganggu dan membuat tak fokus, tapi toh dia tetap anteng memasak, sesekali mendesah, tak berusaha sama sekali mengeluarkan tangan Toni yang bermain main di bagian sensitifnya.
Toni senang ini, dan dia bahkan berpikir kalau masakan yang dibuat oleh istrinya saat sedang disentuh seperti ini terasa jauh lebih nikmat.
"Kamu harus bersyukur bisa beginian tiap hari loh sayang, coba kayak mbak Alin itu... Suaminya jauh, nggak ada yang megang megang... " Berbisik sambil hidungnya menghisap bagian pundak istrinya, menarik baunya dalan dalam.
"Iya... Emang kamu ngerasa aku nggak bersyukur punya kamu mas? Nanti malem bakal aku tunggangin kamu!"
Sesuatu dalam celana Toni yang sudah agak keras, sekarang makin keras, terlebih lagi saat istrinya mendesah nakal.
"Aaaahh... Mas Toni... Dalem lagi mas... Aahh... "
Dan malam itu kasur di atas ranjang Toni kembali bergoyang karena ulah pemiliknya.
***
Esok sorenya ketika Toni pulang ke rumah dia melihat rumah tetangganya ramai, banyak mobil terpakir di halaman sampai meluber ke jalan depan Toni.
Kelihatannya mbak Alin kedatangan tamu.
Sampai dalam rumahnya sendiri ternyata istri Toni sudah siap menyambut, dia memakai pakaian bagusnya, dan karena roknya panjang sampai bawah bukan hanya sejengkal ke bawah dari pinggul, Toni tau istrinya sedang menyambutnya untuk acara di luar rumah, bukan di dalam kamar.
"Akhirnya kamu pulang mas, yuk kita berangkat ke rumah mbak Alin!" Dan tanpa menunggu Toni berganti pakaian, mandi atau makan, istri Toni menyeret suaminya itu keluar rumah.
Toni menduga mereka akan menemui Alin, sesuatu pasti sedang menimpanya, tapi apa itu?
"Kita mau ke rumah mbak Alin, yang? Emang disitu lagi ada apa sih?"
Jalanan semakin sempit oleh mobil mobil besar yang berderet rapih di pinggir. Toni sempat sekilas melirik ke logo tak asing menempel pada beberapa titik kendaraan, dia mengingat ingat kalau semua mobil yang terlihat mengunjungi mbak Alin berwarna hijau gelap atau semacamnya, dan yang terpenting mereka punya plat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlucky Man
Short Story''Salah apa gue sampe kayak begini?'' Nggak salah apa apa, sial aja lu ketemu author biadab. Heheh (Berisi kumpulan cerita one shoot gay bottom muscle, mungkin panas, dan mungkin juga bisa mellow)