3) Teman Baik

853 45 34
                                    

Bagas berjalan menyusuri hutan, dia berjalan tanpa tujuan dan hanya mengandalkan tepak dedaunan yang menunjukan kalau jalan itu sering dilalui. Pria besar itu mengenakan celana lefis panjang, bersepatu, atasannya hanya berupa kaos singlet hitam dan di pinggangnya ada jaket kepunyaannya yang melilit.

Laki laki itu berjalan tegap dan cepat, tidak menoleh sama sekali ke belakang di mana disitu ada laki laki lain yang berjalan mengikutinya, tidak pula merasa terganggu oleh banyak luka luka ringan yang tertoreh di banyak tempat di tubuhnya.

Disisi lain, Irfan masih tak berani memandang temannya, dia terus berjalan menunduk sementara dalam diamnya mereka dia memikirkan bagaimana kedepannya hubungan ini.

Setelah cukup lama mereka berjalan, pepohonan tak lagi terlalu rapat sampai akhirnya mereka sampai ke sungai. Bagas memandang sekeliling dan melihat kalau sungai itu tampaknya sudah terjamah manusia, banyak perangkap ikan terpasang di celah celah batu disana, dan di beberapa titik juga ada sederetan joran pancing. Sungai itu berarus deras, dan pinggirannya di penuhi batu kerikil sehingga mereka bisa menyusurinya sampai menemukan manusia untuk dimintai tolong.

"Gue bakal ganti motor lu." Irfan berkata tiba tiba. Bagas berhenti sejenak sampai jaraknya dan Irfan sudah lebih dekat.

"Nggak usah. Lu juga lagi butuh duit kan?" Kata Bagas. Dia sedikit merasa tak enak, maksud hati dia berjalan tegas dan cepat adalah karena merasa jengkel sendiri dengan nasib yang menimpa mereka.

Sebelumnya beberapa menit yang lalu dua orang sahabat ini sedang berkendara motor. Irfan hendak menemui pacarnya yang ada di luar kota, dan dia mengajak Bagas untuk teman sekaligus memerlukan motornya. Mereka berangkat dengan Irfan di depan, dan saat melewati medan berhubungan yang jalannya lebih tikungan dan tanjakan, sesuatu yang buruk terjadi.

Irfan mengendarai motor terlalu cepat, sehingga dia tak bisa mengendalikan motornya tetap di jalan, mereka melaju terus menjauhi jalan, merasakan sensasi seperti terbang untuk beberapa  sebelum kemudian menerima gesekan berulang kali dari pohon sampai akhirnya terjatuh berdebum di lantai hutan.

Motor Bagas jelas rusak, penyok di banyak tempat dan bahkan rodanya tak lagi bulat sempurna. Parahnya lagi mereka jatuh ke area lembah gunung yang lumayan dalam, jalan asal mereka jatuh tak tampak sehingga mau tak mau mereka harus menelusuri lembah ini sampai menemui orang yang bisa dimintai tolong.

Sehabis kecelakaan, setelah memastikan dia dan Irfan tak terluka parah, Bagas menanyai Irfan kenapa bisa kehilangan kendali. Dan sahabatnya itu bilang, ada sesuatu yang salah pada rem motor itu.

Bagas tak mengatakan apapun lagi ke Irfan setelah itu, mereka berjalan dalam diam sampai Irfan mengira Bagas tak mau bertemu dengannya lagi.

Padahal Bagas sama sekali tak memikirkan itu, dia malah marah ke dirinya sendiri, dia ingat seharusnya motor itu diservice tak lama sebelum pergi. Kecelakaan mereka ini dikarenakan kelalaiannya.

Bagas menjelaskan, bilang kalau motornya tak berharga dibandingkan punya sahabat macam Irfan yang selalu ada dan selalu mensupport semua yang Bagas lakukan.

Dan akhirnya mereka bisa jalan berjejeran.

Makin lama menyusuri sungai, makin banyak perangkap ikan dan pancing yang tampak, mereka merasa lega karena menyusuri sungai ke jalan yang benar. Dan sekarang saat mereka tak lagi tersesat dan sudah berteman lagi, maka kecelakaan yang bisa dianggap fatal itu malah jadi terasa lucu.

"Anjir lu! Gue kaget njir, lagi ngelamun tau tau terbang hahah!" Bagas berkata, tertawa lepas mengingat momen menggetarkan jantung yang setelah dipikir pikir lagi terasa seru.

Irfan tertawa mengiringi dengan setengah hati. Dalam benaknya dia sedang sibuk berdebat. Ada sesuatu dalam diri Irfan yang berbisik tiada henti untuk segera bilang isi hatinya, namun pikirannya di sisi lain tak pernah lelah juga mengingatkan kalau buah dari perbuatannya mungkin bisa benar benar meruntuhkan pertemanan kental ini.

Unlucky ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang