05

6.1K 385 5
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Menjelang malam Gevan baru saja pulang, kebetulan saat ia ingin menuju lantai dua, Gevan tak sengaja berpaspasan dengan Gavin yang juga baru mendudukan tubuhnya di sofa panjang ruang keluarga.

"Jangan banyak-banyak makan es krim Dek" Seru Gevan saat melihat adiknya membawa cup es krim ukuran sedang.

Gavin hanya menatap sinis abangnya, anak ini rupanya masih kesal dengan Gevan.

Gevan yang diabaikan memilih naik, toh dia udah ngingatin kan.

Gavin sendiri menyendok es krimnya dengan geram, wajahnya terlihat tak santai karena kesal.

Ezar datang dengan sebuah buku di tangannya. Sepertinya kepala keluarga ini ingin menghabiskan sisa hari libur ini dengan membaca buku, bahkan kacamata bacanya sudah berteger dengan baik di atas hidung mancungnya. Membuat Ezar terlihat tampan meski sudah kepala empat.

"Waduh, ini udah tau gak Mama?" Tanya Ezar sambil menunjuk cup es krim yang anaknya pegang.

Takutnya anaknya ini main ambil aja, bisa murka ibu negara kalau tau.

"Udah" Jawab Gavin lalu melanjutkan suapan es krimnya.

Ezar pun mengangguk pelan, lantas ikut duduk disana bersama anaknya. Mulai membaca buku yang cukup tebal itu. Wajahnya terlihat serius sekali, berbanding terbalik dengan bocah di sebelahnya, begitu manis, lucu dan juga tampan secara bersamaan.

Keduanya duduk dalam diam, hanya terdengar suara pelan dari televisi yang Gavin nyalakan. Yang paling tua fokus membaca, yang paling kecil fokus memakan es krim sambil menonton televisi.

•••

Keesokan harinya Gavin sekolah seperti biasa, sekarang jam istirahat. Gavin habiskan waktunya duduk bersama teman-temannya di taman depan kelas. Hari ini ada yang bawa gitar, jadi mereka lebih milih mainin gitar di taman kelas.

"Gav gak ke kantin?" Tanya Farhan teman satu meja Gavin dan orang yang paling dekat dengan Gavin di kelas.

"Gak lo aja, gue nitip hehe" Cengirnya.

Jangan heran ya kalau di rumah Gavin ngomong pakai bahasa sopan, giliran di sekolah enggak. Soalnya kalau ngomong gaul sama anak rumah, nanti di cubit sama sang ibu negara.

Farhan mendengus sebentar.

"Yaudah mau nitip apa? Kalian mau nitip gak? Biar sekalian" Tanya Farhan menawarkan pada yang lain juga.

TWINS [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang