Chapter 7: Melawan Restu

1 0 0
                                    

Singkat cerita Tania pun sudah sampai di rumahnya, sesampai di rumah ayah Tania memanggil Tania untuk berbicara, Tania gugup dan takut karena ayahnya tiba-tiba mengajaknya berbicara

Tania pun duduk di sofa, kemudian ayahnya berkata "Nak, mengapa kamu mau pacaran dengan preman?" lalu Tania pun dengan gugup dan takut berkata "d- d dari mana ayah tau hal t- t tersebut?", "kau tidak perlu tau, jawab pertanyaanku mengapa kau mau berpacaran dengan preman sekolah?" kata ayah Tania

Tania yang mendengar pertanyaan ayahnya itu sontak terdiam. Dia merasa bingung, bagaimana ayahnya bisa tahu tentang pacarnya, apalagi pacarnya seorang preman sekolah yang terkenal. Tania memandang wajah ayahnya yang serius, mencoba mencari keberanian untuk menjawab.

"Ayah, sebenarnya...," Tania berhenti sejenak, menelan ludahnya dan mencoba melanjutkan, "aku tahu dia bukan orang yang baik di mata orang lain. Tapi dia berbeda ketika bersamaku. Dia bisa menjadi lembut dan perhatian. Aku percaya dia punya sisi baik yang orang lain belum lihat."

Ayah Tania menghela napas panjang. "Nak, ayah mengerti perasaanmu. Tapi ayah hanya khawatir. Ayah tidak ingin kamu terluka. Dunia ini keras, dan orang-orang seperti dia sering kali membawa masalah."

Tania merasa matanya mulai berkaca-kaca. "Ayah, aku tahu kamu ingin yang terbaik untukku. Tapi aku juga ingin memberikan dia kesempatan. Semua orang bisa berubah, bukan? Mungkin dengan dukungan yang tepat, dia bisa menjadi lebih baik."

Ayahnya terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Tania. "Baiklah, Nak. Ayah hanya ingin kamu berhati-hati. Jika dia benar-benar peduli padamu, dia harus menunjukkan bahwa dia bisa berubah. Ayah akan memberikan dia kesempatan, tapi jika ada tanda-tanda bahwa dia hanya akan menyakitimu, ayah tidak akan ragu untuk melindungimu."

Tania tersenyum tipis, merasa lega meskipun masih ada kekhawatiran dalam hatinya. "Terima kasih, Ayah. Aku akan berhati-hati."

Mereka pun saling berpelukan, mencoba menemukan pemahaman di tengah kekhawatiran dan harapan yang mereka miliki.

Tania kemudian berjalan ke kamarnya dan menelpon Ken, "Maaf, aku ga bisa pacaran sama kamu kecuali kamu berubah, kalau kamu benar-benar cinta sama aku kamu harus berubah demi aku, orang tuaku ga bakal ngasih restu sebelum kamu berubah" setelah itu Tania menutup telpon

Ken terdiam ketika mendengar ucapan Tania

Tania pun melamun sendirian di kamarnya dan memutuskan untuk tidur, Singkat waktu Tania akhirnya bagun dari tempat tidur dan bersiap untuk pergi ke sekolah seperti biasa dan mulai berhenti memikirkan tentang Ken dan mulai melupakan Ken untuk fokus belajar di sekolah

Sesampainya Tania di kelas dia bertemu dengan Keisya dan mereka berbicara seperti biasa dan Tania berusaha untuk melupakan Ken, singkat waktu kemudian Tania dan Keisya berjalan menuju kantin berdua

Sesampainya di kantin, Tania dan Keisya memesan makanan favorit mereka dan mencari tempat duduk yang agak sepi. Tania mencoba untuk terlihat ceria, tetapi Keisya bisa melihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Tania, kamu kelihatan nggak seperti biasanya. Ada apa?" tanya Keisya dengan lembut.

Tania menghela napas dan tersenyum lemah. "Aku tadi malam bicara sama ayahku tentang Ken. Ayahku nggak setuju aku pacaran sama dia, kecuali dia berubah."

Keisya mengangguk memahami. "Aku ngerti, Tan. Kadang kita harus pilih yang terbaik buat masa depan kita. Kamu udah buat keputusan yang bijak."

Tania merasa sedikit lega mendengar dukungan dari sahabatnya. "Iya, aku juga pikir gitu. Aku mau fokus belajar dulu sekarang."

Mereka terus berbincang dan tertawa, berusaha menikmati waktu istirahat mereka. Namun, tiba-tiba Tania melihat Ken masuk ke kantin. Ken tampak lebih tenang dan serius dari biasanya. Dia melihat ke arah Tania dan mendekat dengan langkah pasti.

"Tania, aku bisa bicara sebentar?" tanya Ken, suaranya rendah tapi terdengar penuh tekad.

Keisya menatap Tania sejenak, memberi isyarat bahwa dia akan menunggu di tempat lain jika Tania ingin bicara dengan Ken. Tania mengangguk, lalu berdiri dan mengikuti Ken ke pojok kantin yang lebih sepi.

"Tania," mulai Ken, "Aku pikir tentang apa yang kamu bilang semalam. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku akan berubah, untuk kamu. Tapi aku butuh waktu."

Tania merasa ada kehangatan dalam hatinya mendengar kata-kata Ken, namun dia tetap berhati-hati. "Aku harap kamu serius, Ken"
lalu Tania pergi meninggalkan Ken sendiri

Tania pun kembali ke kantin, di mana Keisya sudah menunggu dengan sabar. Tania kemudian makan dan berbincang bersama Keisya seperti biasa sebelum akhirnya kembali ke kelas dan belajar bersama.

                           Bersambung..

Aku & Anak Mafia TajirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang