Find You

14 3 10
                                    

"Masuk ke dalam, ganti pakaian, dan langsung minum sesuatu yang hangat," ujar Antaro yang memberikan nasihat untukku.

"Kamu juga, ya," kataku yang membalas nasihatnya.

"Hm."

Setelah itu tak ada lagi perbincangan antara aku dan Antaro. Aku melihat Antaro kembali menyalakan motornya, dan melesat meninggalkan area rumahku.

"Dia dingin sekaligus hangat," gumamku.

Aku langsung memasuki rumahku yang tampak sepi karena kedua orang tuaku sedang pergi. Aku berganti pakaian serta membuat minuman hangat persis seperti yang dikatakan Antaro tadi.

Aku duduk di kursi dapur, dengan teh yang masih terlalu panas di depanku. Sambil menunggu, pikiranku terus berkelana pada suara candu itu. Aku sedang tercandu suara Antaro.

Entah lamunanku yang berdurasi terlalu singkat, atau memang teh di hadapanku yang lambat sekali dingin. Jelasnya, teh ini masih tak kunjung hangat melainkan panas yang terasa.

Aku memutuskan bermain ponsel sambil menunggu teh hangat. Jari-jariku bergerak nenggulir aplikasi Instagram. Tiba-tiba teringat saat aku berniat ingin stalking akun Antaro tadi.

"Apa aku stalking sekarang aja, ya? Dia enggak bakal tau karena dia enggak ada di sini."

Beberapa menit kuhabiskan untuk berpikir, hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk stalking saja akun itu. Kuketik nama lengkapnya dan menemukan sebuah akun pribadi yang mengatasnamakan dirinya.

Binggo! I find you!

Aku menemukan akun Instagram milik Antaro, sayangnya akun itu bersifat pribadi. Kulihat ada sebuah postingan di sanasana; sialnya aku tidak bisa melihat.

"Apa aku follow akunnya aja, ya?" gumamku yang memikirkan ide gila.

Aku berpikir kembali, tapi akhirnya kuputuskan untuk tidak usah follow dia. Untuk saat ini biarlah perkenalan kami hanya sebatas saling mengetahui nama.

Kuletakkan kembali ponsel di atas meja, dan beralih meraih tehku yang sudah hangat sekarang. Ada kenikmatan saat aku meminum teh tersebut.

Ting!

Notifikasi ponsel membuatku menghentikan sejenak aksi minum teh. Kembali kuraih ponselku dan membuka aplikasi WhatsApp. Aku melihat ada pesan tentang pembagian jadwal pelajaran oleh wali kelasku, serta sebuah tugas yang harus dikumpulkan besok saat pelajarannya. Apa enggak gila! Kami baru masuk, dan sudah disuguhkan tugas.

Aku merespons ramah wali kelasku di WhatsApp. Setelahnya aku share tugas tersebut ke grup kelas tanpa ada Guru.

Kulihat banyak teman-teman sekelasku yang memberikan respons. Ada yang merespons untuk memberikan keluhan karena tugas pertama seperti yang kulakukan tadi. Ada pula yang merespons untuk mengucapkan terima kasih karena aku telah membagikan informasi terkait tugas.

Steva Pariwisata
| Makasih informasinya, Bu Ketu. Muah, muah.

Itu adalah salah satu pesan berisi ucapan terima kasih. Pesan dari Steva yang menurutku ada-ada saja. Namun, pesan dari Steva cukup membuatku tertawa juga. Omong-omong, Steva kuberi nama kontak "Steva Pariwisata" karena dia dari jurusan Pariwisata di SMK yang sama denganku. Jurusan dan kelas Steva juga sama dengan diriku.

Dari banyaknya respons teman sekelasku, ada satu respons yang kuharap muncul. Respons dari Antaro yang tidak timbul. Aku bahkan sampai melihat info tentang siapa saja yang sudah melihat pesan saat aku membagikan tugas, tapi tak ada nama Antaro di sana. Meski aku memang tidak sekontak dengannya, tapi aku harusnya tau karena username-nya, bukan?

Kamu AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang