Pt. 11

4.2K 327 8
                                    

𝐀 𝐑 𝐕 𝐈 𝐎

Happy Reading Chingudeul!!


..  ..


"Pagi anak anaknya Vincent!!"

Sapaan riang itu terdengar dari seorang pria paruh baya yang baru saja melepas apron kuning yang ia kenakan. Dilihat dari penampilannya, pria paruh baya itu sudah mandi dan bersiap dengan pakaian kerjanya. Hanya saja sepertinya dia menyempatkan diri untuk menyiapkan sarapan.

Keempat anak laki-laki yang tadi turun hampir bersamaan menatap heran pada pria yang menyandang predikat sebagai ayah mereka itu. Bahkan, Dikta yang kala menggandeng tangan Vio sampai tak sengaja melepas gandengan itu.

"Ee.. Papa ngapain deh?" Tanya yang termuda mengemukakan isi hatinya.

Seolah terwakilkan, yang lain menganggukkan kepala mereka.

"Eiy.. Kalian nggak liat semua masakan itu? Yang bikin Papa kalian yang ganteng ini loh.." Ucap Vincent bangga.

Rico bergidik mendengar ucapan sang ayah, namun Gara dengan cepat memberikan kode pada adik-adiknya agar cepat duduk di tempat mereka masing-masing.

Setelah duduk dengan beres, Vincent mempersilahkan semua anaknya untuk mencicipi nasi goreng sederhana buatannya, dan tentu semua menurut saja. Anak-anaknya mengambil makan mereka dengan patuh sementara Vio diambilkan oleh Vincent.

"Nah, ayo makan!" Ucapnya setelah selesai mengambil makan untuknya dan Vio.

Mereka pun makan dengan lahap. Selesai makan, seperti biasa mereka akan bersiap-siap untuk kegiatan masing-masing.

Saat itu, Vio yang memang belum punya kegiatan hanya bisa menatap semua yang sibuk sendiri-sendiri. Hal itu tentu saja di sadari oleh Vincent sang kepala keluarga.

"Hari ini kamu ikut siapa? Tetap ikut Papa atau ikut kakak-kakakmu?" Tanya Vincent. Untungnya Vio tadi mandi bersamanya, jadi kalau ingin pergi dengan salah satu ya tinggal pergi saja.

"Vio ikut.."

"Ikut aku mau? Seharusnya kan kamu memang bersamaku setelah Papa." Ucap Gara memotong.

Vincent yang mendengar Gara memotong ucapan Vio pun langsung menatap tajam si sulung.

"Jangan suka motong omongan orang kamu. Nggak baik!" Tegur Vincent.

Sebetulnya ia ingin Vio ikut lagi bersamanya saja. Tapi kan Vio mungkin saja bosan, jadi ia bertanya lagi. Mana tahu Vio ingin ikut dengan yang lain?

"Jadi gimana? Kamu mau ikut siapa?" Tanya Vincent lagi.

Vio menatap satu persatu orang-orang itu, sebenarnya dalam hati ia tak ingin ikut semuanya karena takut merepotkan. Tapi, ada satu tempat yang sebenarnya sangat ingin Vio lihat.

"Vio mau ikut..

.. ..

"Bisa-bisanya lo milih ikut kesekolah kita cil.." Keluh Rico kala dirinya sudah duduk di mobil yang mengantar mereka.

Vio hanya menatap Rico dengan tatapan lugunya.

Omong-omong tadi itu sebenarnya Vio mengatakan ingin ikut bersama Dikta karena Vio rindu suasana sekolah. Vio yang tak tahu jika kedua kakaknya satu sekolah dengan santai mengatakan ingin ikut ke sekolah bersama Dikta, dan tentu saja hal itu menjadi sumber kesal dari si bungsu keluarga Yanuardi, yaitu Rico.

"Kamu jangan ngomel mulu kenapa sih? Orang Vio maunya ikut sama abang bukan sama kamu." Tegur Dikta yang tak suka dengan keluhan dari sang adik barusan.

A R V I OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang