Chapter 1

3.1K 443 10
                                    

Selamat membaca 😁

Dua orang perawat menghampiri Winter yang sedang menuju kamar Eugenio untuk mengantar makanan dan juga obat.

"Kau perawat baru itu, ya?" tanya Josefine.

Winter menoleh dan menyapa rekannya dengan ramah. "Salam kenal, aku Winter. Ini hari pertamaku bekerja, mohon bantuannya."

"Aku dengar kau ditunjuk menjadi perawat pribadi pasien di kamar nomor tujuh. Apa itu benar?" Raquel memastikan.

"Iya, benar. Dokter Octovius yang menugaskan aku."

Josefine dan Raquel saling melirik satu sama lain seolah mereka mengetahui sesuatu.

"Senang bertemu dengan kalian. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus mengantar makanan ini sebelum dingin," pamit Winter.

Raquel menepuk pundak Winter. "Emm, hati-hati," pesannya.

Winter hanya menanggapinya dengan senyuman dan melanjutkan kembali langkahnya tanpa beban.

"Apa dia sudah tau tentang pasien yang akan dia rawat?" bisik Josefine.

"Kalau dia sudah tau, aku yakin dia pasti tidak akan mau menjadi perawat pribadinya," balas Raquel.

"Bagaimana ini? Apa kita beritahu saja?"

"Kalau ada yang berani memberitahu dia, kalian berdua yang akan aku jadikan perawat pribadi pasien itu."

Raquel dan Josefine terperanjat kaget mendapati Octovius tepat berada di belakangnya.

"Dokter Octovius!"

"Sepertinya kalian punya banyak waktu luang, ya?" sindir Octovius.

"Ah, saya harus memberi obat pasien, permisi." Raquel bergegas pergi untuk menghindari Octovius. Begitupun dengan Josefine. "Saya juga!"

"Kenapa Dokter tidak memberitahu anak baru itu tentang kebenarannya?" Asisten Octovius membuka suara.

"Kau mau menggantikan posisi anak baru itu kalau dia memilih mundur?"

Perez terhenyak, lalu tertawa sumbang. "Saya masih memiliki banyak tanggungan. Kalau terjadi sesuatu dengan saya, bagaimana nasib istri dan juga anak saya?"

Octovius berdecih seraya melirik Perez sinis.

"Apa dia bisa bertahan?" Perez menatap punggung Winter dengan tatapan ragu.

"Justru karena dia masih anak baru, dia tidak memiliki pilihan lain selain bertahan. Karena kalau dia keluar dari sini, dia akan sulit mendapatkan pekerjaan di tempat lain."

"Dia belum mengetahui kalau pasien yang akan dia rawat itu berbahaya. Bagaimana kalau nanti dia tiba-tiba diserang?"

"Tenang saja, aku sudah memberinya obat penenang. Setidaknya dia tidak akan menyerang untuk sementara waktu. Dan lagi, dia tidak akan bisa berdiri dengan kondisi kaki seperti itu."

Perez mengernyitkan dahi. "Seperti itu maksudnya?"

"Nanti kau juga akan tau sendiri."

Winter membuka pintu kamar Eugenio dan langsung menutup hidung kala mencium bau tak sedap dari dalam kamar tersebut. "Uh! Bau apaan, nih?"

"Gila, bau banget!"

Dari luar dia bisa melihat keadaan kamar Eugenio yang gelap dan kotor. Bahkan, seluruh jendelanya dibiarkan tertutup hingga membuat hawa di dalamnya lembab.

"Bisa-bisanya kamar pasien dibiarin kotor begini. Sebenarnya mereka ngapain aja, sih?" cetus Winter dengan bahasa Indonesia.

Winter memaksakan diri masuk ke dalam dan mencari saklar lampu. Ketika lampu menyala, dia tertegun melihat keadaan pasien yang ada di hadapannya saat ini.

Mi Amor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang