Tiba-tiba

3.2K 29 4
                                    

Junghwan x Doyoung Treasure

"Kamu ngapain disini? Bukannya udah harus berangkat?" tanya doyoung kepada mantan kekasihnya yang tiba-tiba datang. Entah siapa yang memberitahunya, yang jelas doyoung tidak pernah menghubungi junghwan sejak awal kehamilannya.

"Aku mau nemenin kamu dulu..."

"Aku gak mau ditemenin."

"Dia anak aku juga kan? Aku punya hak buat ada disini dan liat dia lahir," jawab junghwan dan doyoung seketika terdiam. Tapi doyoung tak ingin berlama-lama terbuai dalam harapan mengingat junghwan juga seharusnya sudah pergi ke luar negeri untuk pendidikan magisternya.

Doyoung berjalan perlahan ke arah lain ruangannya, menahan rasa sakit kontraksi yang tak henti datang, juga rasa cemas karena kehadiran junghwan. Ia tidak pernah menyangka jika saat seperti ini akan tiba, padahal ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyembunyikan segalanya.

"Ahh...." doyoung berhenti sejenak berpegangan pada sofa, dan junghwan spontan menghampirinya. "Lepasin, tolong. Badanku sekarang sakit semua, mmmmhhh..."

Doyoung menghindari bantuan yang diberikan junghwan dan kembali berbaring di ranjang. Ia juga memanggil suster untuk mengecek pembukaannya. Junghwan hanya bisa duduk dan mengawasi semua tanpa banyak komentar, melihat bagaimana kekasihnya sangat mandiri dengan semua hal tentang persalinan.

"Bukaan 8, perkembangannya jadi cepet sekali ya..." jelas suster, padahal sebelum junghwan datang doyoung masih berhenti di pembukaan 2.

"Sus, itu maksudnya gimana ya?"

"Jalur lahirnya sudah semakin terbuka, jadi sebentar lagi bayinya lahir pak," jelas suster dengan senyum, sementara junghwan kebingungan untuk membayangkannya.

"Kamu tega banget sih mutusin aku? Kenapa gak bilang kalo selama ini kamu hamil anakku?"

"Aku gak mau kamu kepikiran. Pasti banyak banget persiapan buat kamu pindahan, harusnya kamu fokus buat s2 aja," jawab doyoung enggan berbasa-basi. Ia juga sangat kebingungan untuk tetap berbaring di atas ranjang dengan junghwan yang tak henti memandanginya. Doyoung kembali turun dan berjalan-jalan kecil di sekitar ranjangnya.

"Tau gak sih? Bahkan asramaku aja belom dapet, aku berangkat masih bulan depan. Visa baru jadi kemaren, beli koper juga belom. Aku bingung mau siapin apa, keinget biasanya kamu yang ngingetin ini itu..."

"Aku juga gak mungkin biarin kamu ngelewatin rasa sakit ini sendirian sayang, aku pengen liat anak kita dulu sebelum berangkat," tegas junghwan lagi dan doyoung hanya bisa berdiri mematung. Sejak kedatangan mantan kekasihnya itu, ia merasakan perasaan yang tidak bisa dijelaskan antara ia juga bayinya. Dan benar saja, dengan mendengar tekad sekuat itu dari junghwan, doyoung merasa tersentuh, ketubannya pecah sempurna begitu saja mengalir di bawah kakinya.

"Ahh..." Doyoung bersimpuh di dekat ranjangnya, dan junghwan susah payah membantunya untuk bangkit juga berbaring. Junghwan juga segera memanggil suster untuk mengecek keadaan kedua orang terkasih nya itu.

"Pasti sakit banget ya rasanya?" tanya junghwan sambil mengusap peluh yang menetes di dahi doyoung, dan dibalas anggukan. "Kamu gak mau operasi aja? Siapa tau gak sesakit ini?"

"Gak bisa, mmmmhhh....." jawab doyoung gelisah. Dengan pembukaan yang hampir sempurna, dokter tentu tidak bisa mengambil tindakan operasi begitu saja. Lagipula, doyoung yang sudah bertekad sejak lama untuk melakukan persalinan normal. "Please, kamu bisa stay di luar aja kalo gak siap liat."

Suster sudah bersiap dengan membawa serta peralatan persalinan, dokter juga memberikan instruksi kepada semua orang termasuk junghwan yang diminta memberikan dukungan. Tapi doyoung menolak, dan meminta junghwan hanya mengawasi dari kejauhan.

Baby's day out!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang