Bab 4 : Alfhaira

30 3 0
                                    

" Tidak tahu kedepannya akan seperti apa,, tapi aku yakin rencana Allah luar biasa."


"Disini aja dulu zah, ekhem.. Maksud saya ada yang saya bawa untuk ayah, jadi dititipin ke kamu aja, soalnya kan tadi gak sempat ngasihnya"
Aku, dan yg lainnya cukup kaget mendengar gus Arfhaan menghentikan niat ku untuk langsung kembali menuju asrama. Bagaimana tidak kaget, pria yg beku hadapan ku saat ini tiba-tiba menghentikan ku dengan alasan mau membagi oleh-oleh yang dibawa nya. Aku hanya membalas nya dengan anggukan
Mungkin takut tidak ada waktu lagi untuk memberi oleh-oleh yang di bawanya pikirku.

*****

Saat ini kami sudah kembali berada di ruang tamu ndalem setelah Gus Arfhaan meminta ku untuk berada disini terlebih dahulu karena ingin menitipkan oleh-oleh untuk ayah pada ku.

"Ohh berarti ini untuk aku ya mas?" Tanya Aisyah yang memegang jilbab berwarna pink bercorak bunga yang dia temukan setelah membuka koper oleh-oleh mas nya itu.

"Ndak cocok itu di wajah mu" Gus Arfhaan tersenyum miring meledek adik nya itu.

"Ihh jahat banget kamu mas sama adik sendiri, bilang aja ini untuk Aira" balas Aisyah

"Lebih cocok emang, daripada di kamu warna nya sya"

Ucapan Gus Arfhaan saat ini membuat ku menoleh nya sekilas, tak percaya apa yang dikatakan nya.

"Ihh liat tuh umi, baru aja pulang udah buat kesel"

"Fhaan kalian baru jumpa loh ini kok sudah bertengkar"

"Nggeh umi maaf"

"Punya kamu yang warna abu-abu itu sya cocok untuk mu, warna pink yang kamu pegang untuk Azzah"

"Nah kan bener aku jilbab ini untuk Aira hehehe, bagus juga pilihan njenengan mas"

"pilihan apa maksudnya?"

"Ya pilihan jilbab nya mas, jadi yang njenengan kira pilihan apa?" ucap aisyah sembari melirik ku yang sedari tadi duduk di samping umi melihat Kaka beradik yg saling beradu argument itu.

Gus Arfhaan hanya diam dan tidak menyambung perkataan nya Aisyah lagi.
Aisyah memang selalu blak blakan apalagi kalau sudah menjodoh jodohkan ku dengan Gus Arfhaan.

"Aisyah kamu ini kok yo gangguin mas mu terus toh nduk"

"Hehe iya umi, ngapunten"

"Yasudah nduk ambil yang di bawa Arfhaan untuk mu" sambung abah meminta ku mengambil oleh-oleh yang di bawa Gus Arfhaan untuk ku.

"Nggeh bah"

"Terimakasih gus, nanti titipan untuk ayah InsyaAllah saya berikan setelah jumpa kembali" ucap ku yang terus menunduk kebawah sembari menyunggingkan senyum singkat, lalu langsung berpamitan pada umi dan Abah untuk kembali ke asrama yang di susul juga oleh Aisyah.

****
Aku dan Aisyah sudah berada di lapangan asrama berjalan menuju kamar sembari bercerita pengalaman satu sama lain ketika liburan kemarin.

"Assalamu'alaikum" aku dan Aisyah memberikan salam serentak ketika memasuki kamar.

"Wa'alaikumussalam" Yg dijawab serentak oleh Laras dan Aminah teman sekamar ku dan Aisyah.
Aku dan Aisyah di tempatkan di kamar yang sama bersama Laras juga Aminah, mereka bukan cuma temen sekamar saja, tapi juga teman curhat teman sekelas juga teman berbagi keluh kesah serta bahagia bersama ku dan Aisyah selama empat tahun kami menimba ilmu di sini. Kalau orang-orang bilang kami berempat ini Bestian hehe.
Laras umurnya sebaya dengan ku dan Aisyah, sedang Aminah umur nya setahun lebih muda dari kami.

Takdir Ku & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang