Bab 5 : Gus Arfhaan

12 1 0
                                    


"Yang berat itu bukan jawaban,, tapi pertanggungjawaban"

~Gus Arfhaan~




"Gimana Lee tentang perjodohan ini? Kamu menerimanya atau tidak?"
Aku diam membeku saat Abah yang tiba-tiba langsung mempertanyakan perjodohan ini.

"Kok malah diam toh le?" sambung umi yang mengelus lengan ku.

"Arfhaan masih terlalu muda bah, begitu juga dengan Alfhaira, pasti dia juga berfikir seperti itu"

"Jadi kamu menolak lee?" Tanya umi dengan nada kecewa

"Bukan menolak umi, Abah. Arfhaan hanya takut, usia kami masih terlalu muda dan pernikahan itu adalah ibadah seumur hidup,, bukan sekedar menyukainya serta memiliki rasa. Arfhaan takut belum bisa membimbing istri Arfhaan nanti nya umi, Abah"

"Jadi gimana maksud dan tujuan kamu lee?" Tanya Abah memegang bahu ku.

"Arfhaan sangat menyukai nya bah, dan rasa ini mungkin muncul sewaktu Abah dan umi selalu menceritakan kepribadian nya pada Arfhaan setiap kali menjenguk Arfhaan dipondok. Arfhaan menerima nya tapi Arfhaan mohon izin untuk kembali menimba ilmu dahulu hingga usia kami dan ilmu Arfhaan sudah matang"

"Yasudah begini saja, kita bicarakan tentang ini pada Alfhaira serta ayah dan ibu nya, nanti kalian bisa diskusikan juga mau bagaimana. Alfhaira itu banyak yang mau melamarnya Lee jangan sampai ke duluan orang kamu"

"Iya bah, Arfhaan setuju"

"Beberapa hari lagi ulang tahun Alfhaira,, umi dengar dari Aisyah dia pengen ke pantai, jadi kita bisa diskusikan disana" sambung umi

"Lahh Abah ikut juga ke pantai mi?" Tanya Abah terkejut.

"Lah ya iya toh bah, kan kita mau diskusikan perjodohan ini. Abah harus ikut ke pantai, kita cari pantai yang sepi" ucap umi memutuskan yang tidak bisa di bantah oleh Abah perkataan istri tercinta nya itu.

"Iya Abah bakalan ikut" jawab Abah mengalah
Abah tidak pernah mau setiap kali diajak tamasya, tapi kali ini Abah menurut demi calon mantu yang di idam-idamkan nya itu.

Abah dan umi selalu menceritakan kepribadian Alfhaira setiap kali menjenguk ku.

FLASHBACK ~
"Alfhaira sekarang lebih pendiam le, tapi masih tetap ceria anaknya, dia selalu peringkat pertama di pesantren putri. Suaranya kalau baca Al-Qur'an tuh masyaallah merduu sekali, sampai umi sering hampir tertidur kalau sedang menyimak hafalan nya. Hafalan nya Alhamdulillah lancar terus, dia tegas sekali dan setiap ada permasalahan di asrama pasti selalu dia yg ikut menangani nya sampai bener-bener selesai"

"Dia juga galak sama lawan jenis, pokoknya beda le,, Abah senang dengan Alfhaira. Udah bagus dan cocok lah untuk kamu"
FLASHBACK OFF ~

Begitulah Abah dan umi yang antusias selalu menceritakan Alfhaira padaku. Dan mungkin dari saat itu perasaan kagum ini muncul setelah aku sering mendengar kepribadian nya dari umi dan Abah.

*****
Setelah berbincang dengan umi dan Abah tad aku langsung kembali beristirahat dikamar sembari mengulang hafalan yang sudah menjadi kewajiban dan pertanggungjawaban ku saat ini.

Ku tutup mushaf Al-Qur'an yang baru saja ku muroja'ah, sembari menikmati hembusan angin malam yang tenang di balkon kamar yang sudah lama ku tinggalkan untuk menimba ilmu dipondok pesantren.

"Tidak tau kedepannya akan seperti apa, semoga keputusan yang aku ambil adalah jalan yang terbaik,, Bukan untuk ku saja tapi untuk masa depan kita"

"Tok tok tok ...
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
"Le umi masuk boleh?"

"Boleh umi, masuk saja"

"Umi ganggu kamu muroja'ah gak le?" Tanya umi yang sudah duduk di samping ku

"Mbonten umi, mbonten ganggu kok. Arfhaan sudah selesai muroja'ah nya tadi" jawab ku yang dibalas senyuman manis dari umi

"Ada yang mau umi bicarakan sama kamu le"

"Bicarakan apa umi? Ada yang umi khawatirkan tah?" Tanya ku yang penasaran

"Umi cuma mau bilang, tentang perjodohan ini umi dan Abah tidak mau memaksa kamu le, jadi kalau kamu ada pilihan lain silahkan,, jangan sampai terbebani dengan perjodohan ini"

"Umi, insyaallah Arfhaan menerima perjodohan ini dengan senang hati, tapi seperti yang Arfhaan bilang tadi umi, Arfhaan mohon izin untuk menimba ilmu lagi
karena usia kami juga masih sangat muda umi, sedang pernikahan itu ibadah seumur hidup dan membimbing istri Arfhaan nanti itu kan adalah kewajiban" jawab ku meyakinkan umi sembari mengelus tangan nya

"Yasudah le Alhamdulillah, umi takut kalau kamu terpaksa menerima perjodohan ini. Yasudah nanti tinggal kita bicarakan dengan kedua orangtuanya Alfhaira" ucap umi yang senang mendengar jawaban ku

Abah dan umi memang mau menjodohkan ku dengan pilihan mereka, tetapi mereka tidak memaksa agar aku menerimanya. Abah dan umi juga tidak melarang ku jika ada seseorang yang ingin aku jadikan istri selain pilihan mereka.
Tapi entah mengapa hati ku tidak pernah terpaut kepada siapapun apalagi dulu tujuan ku fokus untuk menghafal dan menimba ilmu sehingga tidak pernah terfikir siapa yang akan ku nikahi.

Dan entah mengapa ketika Abah dan umi menjodohkan ku dengan Alfhaira hatiku tidak memberontak. Dan ini mungkin saja hanya perasaan kagum, karena cinta hanya dimiliki setelah sudah bersama (Alias halal).
Akan tetapi hati ku yakin dengan pilihan Abah dan umi untuk bersama Alfhaira,,
Hanya saja umur kami masih jauh untuk segera menikah, aku merasa ilmu yang ku dapat hanya setetes air hujan,, sedang untuk menikah itu perlu ilmu yang di ibaratkan luas bagaikan samudra.

*****
"Aku yakin dengan perasaan ini padanya, tapi apakah perasaan nya sama yakin nya dengan perasaan ku? Apakah dia bakal menerimaku seperti aku menerimanya?"



Hai mentemen..maaf ya baru bisa up bab baru,, karena kesibukan ku saat ini tidak memungkinkan untuk menulis.
Tapi di usahakan ceritanya selesai kok☺️
Kali ini aku gak bisa janji untuk berapa kali post ya.. pokoknya pantengin terus deh ceritanya,,dan jangan lupa kasih komen, saran, kritik dan vote nya ya🥰
See you 🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Ku & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang