Prolog/#0

15 2 1
                                    

     Di suatu senja, tempat air berkumpul dengan luasnya. Ada lima orang pemuda sedang memancing disana dengan telanjang dada.

     "AHAHAH!!! Dapet!! Yey!!!" Teriak seorang pemuda bersurai merah.
     "Anjir? 5 jam mancing cuma dapet 3? Lama banget umpan lu" ucap pemuda bersurai Oren.
     Pemuda bersurai merah melihat kearah pemuda bersurai Oren "Masih mending gw dapet 3 ikan, lha elu 1 aja kagak" balasnya.
     "Heh!! Ikan gw pada dicolong Eria ya!!" Bentak pemuda bersurai Oren.
     "Emang iya?" Tanya pemuda bersurai merah yang langsung melihat kearah pemuda bersurai hijau yang bernama Eria itu. Eria sedang mengambil sisik ikan dengan jarinya.
     Pemuda bersurai merah dan Oren melihat satu sama lain lalu kemudian ketawa.

     Pemuda bersurai biru yang sedang menyiapkan alat panggangnya melihat kearah Eria yang sedang membersihkan sisik ikan dengan jarinya, ia mengambil spatula lalu memukul kepala Eria dan menegurnya.
     "Lu kalau ilangin sisik pake jari, 1 tahun baru selesai. Pake pisau yang ada didekatmu woe" bentak pemuda bersurai biru.
     Eria hanya bisa memegangi kepalanya yang di pukul dengan spatula dan tertawa.
     "Hehe maaf Edwin. Abisnya Edam lama banget datang, jadi pake jari dulu. Sekali-kali pakai cara lain" ucap Eria.
     "Sekali-kali lu bilang?" Ucap Edwin.

##

     Disisi lain, ada pemuda bersurai hitam bernama Edam yang datang dengan beberapa rempah dan beberapa saus barbeque didalam wadah bening plastik. Ia melihat kearah teman-temannya dan bingung karena Edwin sedang mencelupkan kepala Eria sedalam air sementara kedua temannya yang lain tertawa.
     Edam menaruh rempah-rempah itu di dekat alat panggang dan mendekati Edwin dan Eria.
 

   "Ada apa Edwin?" Tanya Edam dengan penasaran.
     "Gpp, dah bikin bumbunya dulu gw mo lanjut hukum nie anak!!" Ucap Edwin sambil mencelup-celupkan kepala Eria kedalam air.
     "Blupup...hah....blupup" begitulah suara yang dikeluarkan Eria saat Edwin mencelup-celupkan kepalanya kedalam air.

##

     Senja kini berhenti, dewi malam muncul menerangi malam. Kelima pemuda tadi sudah berada didekat api unggun yang mereka buat sambil menyantap ikan yang mereka pancing.
    "Hmm... Agak gosong" ucap pemuda bersurai merah.
     Edwin merasa tersindir dengan hal itu, ia pun berkata "Yang penting kagak gosong semua" ucapnya lalu melanjutkan makan ikannya.
     Pemuda bersurai Oren melihat kearah keduanya dan berkata "Gosong yang mana Erah? Perasaan ini pas deh" ucapnya kepada pemuda bersurai merah bernama Erah.
     "Punyaku gosong Ekut, yang bumbui ikan siapa? Kurang merata" tanya Erah.
     Merasa tersindir Edam langsung menatap kearah Erah "Terserah" Ucapnya dengan dingin.
     "Lama-lama aku beliin roti bentuk ikan lu" ucap Edwin yang masih menyantap ikannya.
     "Idih" ucap singkat Erah.

##

     Fajar terbit dari arah timur, kelima pemuda di pantai semalam telah pulang kerumahnya setelah berkemah dipantai. Mereka pulang kerumah, mandi, sarapan bersama lalu pergi jalan-jalan. Dipertengahan perjalanan mereka melihat sekumpulan preman gang yang berkumpul di satu tempat yaitu.... Bawah pohon.

     "Mereka preman gang itu gak sih? Mereka ngapain disana?" Tanya Edwin kepada teman-temannya.
     "Ada korban" ucap singkat Edam.
     Mendengar perkataan Edam, mereka berlima menghampiri preman itu.

     "Hahaha... Cantik sekali gadis ini~" ucap preman 1.
     "Tubuhmu bagus juga, boleh dong kami coba~" preman 2 yang menggoda seorang gadis.
     "Sikat langsung saja!!" Ucap preman ke tiga.
     Erah yang mendengar itu dari belakang mereka langsung berteriak "Lepasin gadis itu gak!! Enak aja lu mau coba-coba!!" teriaknya.
     Ketiga preman itu melihat kebelakang dan melihat lima pemuda yang tidak mereka kenal.
     "Siapa kalian!? Mau kami sikat ya!?" Ucap preman 3.
     "Kamu aja deh yang nyikat mereka, Erah. Kami hanya bisa melihat saja" ucap Ekut yang bersembunyi di belakang Edwin.
     "Siap!!!" Ucap semangat Erah.

Quest VredeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang