PROLOG

69 25 25
                                    







Cahaya warna-warni berkelip akibat pantulan bola lampu yang menggantung di atas langit-langit ruangan malam ini membawa kesan indah dan mempesona.
Semua orang bergerak, meliukkan tubuhnya dengan begitu lihai dan terlihat profesional, ada yang hanya duduk mengobrol sembari meneguk segelas bir.

Budaya malam di kota yang orang-orangnya tidak pernah tidur ini sudah bisa di maklumi, adanya pergaulan bebas, membuat siapapun dapat berciuman dengan orang yang bahkan baru saja di kenali.

Seorang wanita yang tengah memijat keningnya itu terlihat sudah setengah mabuk, ia duduk seorang diri, nampak berantakan, rambut yang sudah tidak tertata, dress merah yang ia kenakan tampak basah karna keringat dan air alkohol yang tumpah karna gadis itu benar-benar sudah oleng.

Gadis itu kembali menuangkan alkohol ke dalam gelasnya dan menegaknya dengan cepat.

"Lo keliatan messy banget" Seorang laki-laki baru saja menahan si gadis yang hendak menegak alkoholnya lagi.
"Lagi ada masalah ya?" Tanya pria dengan curtain cut sebagai model rambutnya.

Pria itu menggulung lengan kemejanya sebatas siku kemudian menuangkan alkohol ke dalam gelas.
Si gadis mengerutkan kulit kening, pandangannya kabur, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang duduk di sampingnya saat ini, sampai akhirnya ia menjatuhkan kepalanya di atas open table.

"Marcel!!" seru perempuan lain yang datang menghampiri pria yang duduk di samping gadis bergaun merah. "Marcellino!"

Pria bernama Marcel itu menoleh, "Oh hai, Serena!?"

"Yeah, long time no see Marcel, How are you?" Tanya gadis bernama Serena yang baru saja menyapa Marcel.

Marcel menjabat tangan Serena dan menyambut pelukan gadis itu. "I'm good Ser, how about you?"

"I'm totally great so far" jawab Serena dengan senyum yang sedari tadi belum luntur dari bibirnya.
"Dia? Cewe kamu?" Tanya Serena sembari melihat ke arah wanita bergaun merah yang sudah tidak sadarkan diri.

Marcel otomatis menggelengkan kepala. "Oh, bukan!"

"Kirain, aku liatin kamu dari jauh soalnya, mau mastiin kalo itu beneran kamu atau bukan"

"Kenapa ga langsung nyamperin aja Ser?"

"Takut salah orang" jawaban Serena mampu membuat Marcel sedikit tergelak.

Serena kembali menoleh ke arah wanita bergaun merah "dia sendiri?"

"Maybe" jawab Marcel.

"Pulangnya gimana tuh? Kasian"

Marcel nampak mengangkat pundaknya untuk menjawab pertanyaan Serena.

"Kamu bawa pulang aja deh Cel, kasian" ujar Serena.

"Ga kenal"

"Itu ada tasnya, coba buka. Kali aja ada KTP atau alamat rumah dia"

Marcel membuka tas si gadis, terdapat sebuah KTP yang bernama-kan Harmonica Sheila Atmadja di dalamnya.
"Ada KTP" ungkap Marcel.

Dering telpon milik gadis bergaun merah yang bernama Harmonica itu menahan Marcel yang hendak kembali menutup tasnya.
Marcel membaca nama kontak yang tertera, seseorang bernamakan iblis itu terus menerus menghubungi, akhirnya mau tidak mau Marcel mengangkat telepon dari handphone milik Harmonica.

"ANAK KURANG AJAR, PULANG KAMU MONICA, DASAR GA TAU DI UNTUNG. PULANG SEKARANG ATAU SAYA ACAK-ACAK TUBUH KAMU LA-"

Sambungan telepon segera di putus dengan sepihak oleh Marcel, ia memandangi Monica yang belum sadarkan diri.

"Aku bawa pulang dia, see u next time Ser!"

Tanpa pikir panjang, Marcel mengangkat tubuh Monica dan membawanya keluar dari club.

Marcel memasukkan tubuh Monica kedalam mobilnya.
Ia melihat ke arah Monica ketika sudah duduk di kursi kemudi, warna kulit Monica yang putih itu menjadi daya tarik tersendiri, namun kulitnya tidak cukup bersih, ada corak merah dan keunguan yang terlihat jelas, memberi tahu jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

Marcel juga melihat ada bekas luka sayatan di paha dan pergelangan tangan milik Monica.

Dengan gerakan perlahan, Marcel mendekati Monica, ia memakaikan seat belt kemudian menutup paha Monica dengan jas miliknya.

______________

HARMONICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang