'19

163 21 2
                                    




•~•~•~•~•~•~•~•

Sejak terakhir kali Seno di rumah sakit, Seno jarang pulang, kalaupun pulang Seno selalu datang di larut malam. Seperti saat ini di jam analog menunjukkan angka satu yang berarti satu malam.

Membuka pintu gerbang serta pintu rumah secara perlahan bertujuan agar tidak menimbulkan kebisingan pikirnya, berjalan mengendap endap menuju kamarnya namun begitu terkejut nya Seno mendengar suara barang jatuh dari dapur.

Dari kegelapan ia melihat siluet pria tinggi dengan badan yang tidak kecil, Seno mendekat untuk mengecek. Kagetnya saat pria tersebut menyalakan lampu dapur.

Terpampamg jelas bagaimana Jerico sedang menatap Seno terkejut sembari membawa gelas berisi air. "Kok lo disini?" tanya Jerico dengan wajah bingungnya.

"Eh, kok udah pulang, Bang? Gimana, lancar? Istirah-"

"Malah balik pertanyaan, lo darimana?" tanya Jerico dengan tatapan nyalangnya.

"Maaf Bang, Seno habis dari pos satpam. Baru pulang main." ucap Seno sembari menunduk takut, ia sudah yakin pasti Jerico melakukan kekerasan kali ini.

"Mentang mentang liburan sekolah pulang malem lo. Sana tidur." ucap Jerico menoyor kecil kepala Seno.

"Tumben ga dipukul, bang?" tanya Seno.

"Orang gila mana yang nunggu dipukul, udah sana. Gua lagi capek debat habis dari jauh."

Seno hanya mengangguk patuh dan menaiki tangga menuju kamarnya. Di benaknya banyak sekali pertanyaan yang muncul.

Emang Bang Jer ga liat Bunda sama Bima? Kok tampangnya kaya ga tau apa apa sih? Terus tumben banget ga mukul gue.

Dengan pikiran yang pusing, Seno membasuh wajahnya dengan air di dalam kamar mandi. Seno sudah sangat lega karna orang yang ia tunggu selama ini sudah datang, dan sekarang Seno hanya menunggu waktu yang tepat.













Pagi harinya, Seno bangun dengan keadaan yang sangat bising di ruangan bawah rumahnya. Seno segera keluar kamar dan melihat Jerico sedang beradu dengan Bima yang tak lain adalah kekasih sang Bundanya.

Seno segera turun guna melerai keduanya, ia langsung menarik paksa Jerico namun tubuhnya dengan gampang Jerico hempas hingga jatuh tersungkur.

"NYESEL GUA HP KHUSUS CCTV KETINGGALAN ANJING. LO KETERLALUAN BANGSAT." ucap Jerico menghempas ponsel tersebut.

Seno, Bima, Serta Bunda kaget tak karuan. Pasalnya sejak kapan Jerico memasang cctv? Seno tidak pernah melihat cctv di rumah ini.

"Bang, emang lo masang cctv?" tanya Seno.

"Malem sebelum gua berangkat dulu anjing." ucap Jerico kembali menonjok Bima hingga wajahnya tak karu karuan dengan luka yang berhasil Jerico buat.

"Haha, gausah alay bisa?" satu bogeman yang sangat amat keras, sepertinya tulang rahang Bima patah sekarang.

"Gua udah percayain lo selama bertahun tahun, Bim. Ini balesan lo? Gua ga nyangka anjing, lo yang mulai semua."

"Udah, Jer-" ucap Dina terpotong.

"KAMU JUGA DIAM BUN, AKU JUGA GA NYANGKA YA SAMA BUNDA. Seno juga anak Bunda ga cuma Jerico, kalo Bunda butuh uang boleh minta ke aku tapi ga buat hal kaya gitu, Bun." ucap Jerico dengan amarahnya yang sangat meledak.

VICTIMS OF WEALTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang