STORY 12: DADDY & TORI

2.3K 2 0
                                    

Tori kacau balau. Orangtuanya ditabrak oleh pengemudi mabuk yang menerobos lampu merah. Ayahnya mengalami cedera kepala yang parah dan koma sejak kecelakaan itu, sementara ibunya menderita patah kaki dan tidak dapat meninggalkan rumah sakit selama beberapa waktu. Untungnya Tori tidak bersama mereka pada malam kecelakaan itu. Sebagai anak yang baik, Tori berinisiatif mengambil cuti kuliah untuk membantu.

Setelah dua minggu berlalu, Renato, ayah Tori, perlahan-lahan mulai sadar. Pada saat kecelakaan, kepalanya membentur dasbor dengan keras. Para dokter memberi tahu Tori bahwa Renato masih dalam keadaan bingung dan tidak dapat mengingat dasar-dasar hidupnya. Mereka memperingatkan Tori bahwa Renato mungkin menderita trauma otak.

Keesokan harinya, Tori masuk ke ruangan lain untuk mengunjungi ibunya.

"Tori," Ibunya, Beth, langsung berkata, "Aku ingin kau membawa pulang ayahmu dan merawatnya. Biaya rumah sakit sudah semakin membengkak. Kau harus merawatnya di rumah, Nak."

Tori menangis di samping ranjang ibunya. "Bagaimana aku bisa melakukannya, Mom? Bagaimana aku bisa merawat ayah? Dokter bilang ayah kehilangan ingatan. Dia tidak akan mengenaliku. Aku tidak sanggup menghadapi itu."

"Aku tahu, Sayang," balas Beth, mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Tori. "tapi dia akan kembali seperti semula dan akan menjalani banyak pengobatan. Dia akan mengingatmu kembali dan mencintaimu."

Sambil terisak, Tori meluapkan perasaan sedihnya. "Ya, Tuhan, aku sangat senang kalian berdua masih hidup. Aku sangat takut, Mom. Aku benar-benar takut sendirian."

"Kau gadis yang baik, Tori," seru Beth, meremas tangan Tori erat-erat. "Aku dan ayahmu tidak akan pernah meninggalkanmu. Tapi sekarang kau harus merawat ayahmu. Kau akan mengurus semua kebutuhannya. Kita tidak mampu membayar perawat untuk datang ke rumah. Kau satu-satunya yang bisa diandalkan. Kau adalah orang yang tepat untuknya, Sayang."

Tori mengangguk. "Baik, Mom. Aku akan membantu mengurus kalian. Aku sudah mengambil cuti kuliah selama satu semester."

Beth tersenyum dan berusaha memeluk anaknya. "Terima kasih, Sayang."

Tori mencondongkan tubuh ke depan dan merasakan hangat pelukan ibunya. Kemudian dia memanggil perawat untuk mengecek ibunya yang tiba-tiba kesakitan. Selagi ibunya diperiksa, Tori turun ke lantai bawah untuk membantu menyiapkan kepulangan ayah tirinya ke rumah.

Setelah beberapa jam mengurus segala hal tentang obat dan perawatan, Tori berhasil membawa ayahnya kembali ke rumah dan sekarang duduk di tepi ranjang pria itu. Para dokter telah memperingatkan Tori untuk tidak membebani pikiran ayahnya atau mengoreksi ingatannya. Mereka meminta Tori untuk mengikuti jalan pikirannya dalam beberapa hari pertama.

Perawat juga memberikan instruksi kepada Tori untuk meletakkan foto dirinya yang sedang bersama ayahnya di ruangan kamar.

"Tuan Renato saat ini dalam pengaruh obat-obatan, dan akan tidur selama beberapa jam. Ketika dia bangun, dia bisa melihat foto kebersamaan kalian. Foto itu akan menjelaskan bahwa kau adalah orang terdekatnya. Itu sangat membantunya agar tetap tenang dan tidak bingung atau terkejut saat melihat dirimu," jelas perawat padanya.

Tori menjalankan saran itu. Dia mengambil foto liburan mereka tahun lalu di Kepulauan Hawaii dan meletakkannya di nakas.

Renato, yang terbaring di ranjang, satu jam kemudian terbangun oleh sinar matahari sore yang cerah masuk melalui jendela kamar. Kepalanya sakit dan terasa sangat pening. Dia juga merasa bingung. Renato ingat sebelumnya dia berada di rumah sakit, walaupun tidak yakin apa penyebabnya. Dia juga ingat bahwa dia sudah menikah, walaupun tidak tahu dengan siapa.

Wajah seorang gadis tiba-tiba melintas di kepalanya dan dia tidak begitu yakin siapa dia. Dengan penuh kebingungan, Renato duduk perlahan di ranjang dan melihat ke sekeliling kamar untuk mencari petunjuk. Sesekali Renato terdengar meringis karena rasa sakit di kepalanya. "Sial," keluhnya sambil duduk.

Ketika Renato berpaling, dia melihat ada foto berbingkai di nakas. Dia meraih bingkai itu dan mengamatinya. Pria di dalam gambar jelas dirinya, tapi, siapa wanita itu? Dan mengapa dia memeluk wanita itu begitu erat dan mesra?

Renato memeriksanya lebih dekat. Wanita yang dipeluknya adalah seseorang yang begitu cantik dengan rambut hitam panjang. Wanita itu memiliki bibir yang lembut dan penuh serta mata cokelat cerah. Tubuhnya ramping dan kecil, tetapi payudara yang tergantung di tubuhnya sangat besar.

Renato tidak tahu pasti di mana lokasi pantai yang menjadi latar belakang foto mereka, tapi dia yakin bahwa dirinya dan wanita itu memiliki hubungan yang spesial. Mereka berdua terlihat seperti pasangan paling bahagia di dunia dan saling memancarkan daya tarik seksual.

Renato mulai terangsang, juga begitu senang mengetahui bahwa dia telah menikahi wanita yang begitu seksi dan muda. Tiba-tiba terlintas di benaknya bahwa dia pernah memiliki pacar yang gemuk di sekolah menengah. "Aku senang aku tidak menikahinya," gumam Renato, terkekeh. Dan semakin lama dia memandangi foto itu, kemaluannya menjadi semakin keras.

"Sial, aku butuh pelepasan. Entah berapa lama aku pingsan, aku tahu dia pasti menungguku untuk menidurinya."

Renato akhirnya perlahan-lahan bangkit dari ranjang dan berjalan terhuyung-huyung keluar meninggalkan kamar. Dia merasa sedikit pusing, tetapi tahu bahwa dia akan merasa lebih baik jika bisa menghilangkan energi seksualnya yang tertahan.

Bersama dengan penisnya yang mengeras seperti batu dan sepasang bolanya yang kembung, Renato berkeliaran di lorong dan mengintip ke berbagai ruangan. Sebelum kecelakaan, dia adalah pria yang liar dan tak sabaran. Wajar saja kalau sekarang kemaluannya berkedut-kedut dan membuat noda kecil di celana piyamanya yang berasal dari precum-nya.

Sementara Renato berjalan langkah demi langkah yang lemah di lorong, Tori di dalam kamarnya sedang memasang headphone dan mengeluarkan vibrator dari tempat persembunyiannya di bawah ranjang. Pereda stres terbaik adalah seks, dan dia dengan marah mendorong mainan seksnya masuk dan keluar di vaginanya. Stres selalu membuat Tori terangsang. Tidak memiliki pacar tetap dan harus berurusan dengan kecelakaan mobil orangtuanya hampir membuatnya gila.

"Oh, fuck yes!" desah Tori, terus bermain dengan vibrator dan tidak menyadari langkah kaki ayahnya yang terseok-seok di lorong menuju kamarnya. Tori masih mengira bahwa ayahnya baru akan bangun satu atau dua jam lagi seperti yang dikatakan dokter dan perawat padanya.

Dengan headphone terpasang di telinga dan menyetel musik dengan volume penuh, Tori sama sekali tidak mendengar tanda kehadiran Renato. Dia terus mengerang dan mengerang, berusaha berusaha mendapatkan klimaks yang sangat dibutuhkannya. Matanya bahkan terpejam dan punggungnya melengkung ke atas saat menjejalkan vibrator lebih jauh ke dalam.

Renato berhenti dan mengintip ke pintu kamar tidur yang terbuka. Kemaluannya spontan berkedut keras saat melihat pemandangan di hadapannya. Ada seorang gadis muda berbaring di ranjang dan telanjang bulat. Kakinya terbentang lebar, dan tangannya memainkan vibrator masuk dan keluar dari vaginanya. Renato dari arah pintu bisa mendengar rengekan manis dan manja yang dikeluarkan gadis itu. Suaranya benar-benar keras, namun lembut dan menggairahkan. "Dia pasti gadis yang ada foto di samping tempat tidurku," dengkur Renato, menyaksikan gadis itu menggeliat. Payudaranya yang besar bergoyang-goyang dari sisi ke sisi saat menggosokkan vibrator semakin keras.

Sekarang gadis itu mencubit salah satu putingnya yang keras dan tebal sementara tangan yang lain menggeser vibrator dari celah vagina ke klitorisnya. Gadis itu kembali mengerang-erang dan semakin maniak sekarang. "Fuckkk... aku berharap vibratorku penis sungguhan! Aku benar-benar butuh seseorang untuk memukulku dalam-dalam sekarang!" desis Tori.

Renato membiarkan celana piyamanya jatuh ke lantai. Kemudian dia segera masuk ke kamar dan bergerak menuju ranjang. Renato merasa kasihan pada istrinya yang kesepian hingga harus bermain dengan alat-alat seks seperti itu. Tapi di sisi lain, dia juga kagum. Istrinya setia dan bijaksana. Istrinya tidak membiarkan penis pria lain menyentuh dirinya, bahkan sekarang istrinya harus menggunakan ruangan lain untuk masturbasi agar tidak membangunkannya. "Kaulah orangnya! Kaulah wanita yang kutiduri dengan keras selama ini!" gumam Renato, lanjut melepas baju piyamanya.

****

Baca versi lengkap di KaryaKarsa!

Caranya? Klik link di bio akun ini Ya!

DADDY KU HOT 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang