Pagi itu matahari baru menampakkan sebagian dirinya saat Julie terbangun dari tidurnya. Dia membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Membiarkan angin pagi yang segar menerpa wajahnya.
"Hahhh, segar sekali." Julie menghirup udara pagi dalam-dalam. Mengisi rongga dadanya dengan udara yang masih bersih. "Ah.. udara pagi memang yang terbaik."
Julie bergegas mencuci muka dan berganti baju dengan pakaian olahraga. Dia terbiasa jogging di pagi hari. Juliette memang menyukai aktifitas fisik. Yang menarik minatnya di dunia ini hanya ada dua hal. Olahraga dan musik.
"Pagi tante..." Juliette menyapa tante Intan yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. "Ada yang perlu Julie bantu?"
"Ah Julie, tidak perlu, tante hanya membuat menu sederhana jadi tidak banyak yang dikerjakan." Tante Intan memandang Juliette. "Mau olahraga?"
"Iya tante. Apa ada jogging track di sekitar sini?"
"Ada, di tengah komplek perumahan ini ada taman yang cukup luas dan ada jogging track nya juga."
"Ah kalau begitu Julie kesana dulu ya tante." Kata Juliette penuh semangat.
"Oh Julie, ajak Nathan dan Adit sekalian. Mereka jarang sekali olahraga." Kata tante Intan di sela-sela kesibukannya.
Semangat Juliette turun seketika. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi kedua kakak beradik itu nanti. Namun dia juga tak bisa menolak permintaan tante Intan. "Baik tante." Jawab Juliette akhirnya. Meski dengan sedikit keterpaksaan dalam hatinya.
Juliette kembali ke lantai atas dan berhenti di depan kamar Nathan. Dia merasa enggan untuk bertemu dengan pemuda itu.
Tok tok tok. Juliette akhirnya mengetuk pintu setelah terdiam cukup lama.
"Sebentar." Sahut Nathan dari dalam.
Dan saat pintu terbuka, wajah datar Nathan berubah menjadi cemberut ketika melihat Juliette lah yang ada di depan kamarnya.
"Mau apa?" Tatapan tajam Nathan tak pernah absen dari wajahnya saat berhadapan dengan Julie.
Juliette tersenyum semanis mungkin. Meski itu hanya di wajah saja. "Tante Intan memintaku untuk mengajakmu lari pagi bersama. Ah, dan Andrew juga. Jadi, ayo kita ke taman." Juliette berusaha mempertahankan senyumnya meski itu sangat berat dilakukan karena tatapan Nathan yang semakin tajam.
Nathan maju selangkah mendekat ke arah Juliette. Sekarang mereka hanya berjarak beberapa senti. Nathan sedikit membungkuk agar lebih dekat pada Juliette. "Kamu idiot hah? Tadi malam sudah ku katakan dengan jelas! Jangan ikut campur pada kehidupanku! Anggap kita tidak saling kenal. Aku juga akan menganggap kamu tidak ada. Transparan!!" Nathan berbicara dengan suara pelan namun penuh penekanan. Dia tidak ingin orang lain mendengar pembicaraan mereka.
Selesai berbicara, Nathan langsung masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.
"Hah!! Aku sudah menyiapkan hati akan mendapat reaksi seperti itu. Tapi rasanya tetap MENYEBALKAN!!!!" Juliette berjalan pergi, namun sedetik kemudian dia berbalik dan kembali ke depan kamar Nathan. Dia menendang pintu kamar cowok itu dengan keras. "Awas kau!!" Teriak Juliette penuh kekesalan.
Juliette berlalu pergi begitu dia puas meluapkan emosinya. Dia tak habis pikir. Kenapa Nathan bisa begitu membenci nya. Apa dia menyalahkanku atas insiden 5 tahun lalu? Bagaimana pun juga, secara tidak langsung aku yang menyebabkan mereka mengalami semua itu. Seandainya dari awal mereka langsung tinggal di kota A dan sekolah di international school... mereka pasti tak akan mengalami kejadian buruk itu...
"Hahhh entahlah!!! Sekarang aku mau olahraga dulu. Tak perlu memikirkan makhluk nggak jelas bernama Nathan itu!!"
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Learn to fall in love
Roman pour AdolescentsJuliette adalah anak tunggal keluarga pramudita yang tahun ini akan memasuki masa SMA. Namun karena ayahnya harus dinas keluar negeri, dia dititipkan dirumah sahabat ayahnya di kota A karena Juliette ingin masuk ke sekolah seni di kota A. Disana dia...