Sudah satu minggu lamanya Kanaya tidak berani untuk keluar rumah, jangankan keluar rumah, keluar kamar saja jarang. Anak itu selalu mengurung diri setiap sang Ayah maupun Haura memanggilnya, ya mereka berdua sudah kembali ke rumah ini sejak 3 hari yang lalu.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Hei, Kanaya!! Mau sampai kapan kamu di dalam kamar terus hah?! Cepat bikin sarapan, kami tunggu kamu!" Itu suara Haura yang bisa Kanaya kenali, mendengar itu jujur Kanaya cukup panik dan mulai gelisah.
Ia sadar sudah menghilang selama itu dan tidak pernah mengabari Gibran, tapi ia juga belum bisa untuk berjumpa dengan orang-orang lain yang walaupun ia kenal, ia masih takut dengan kejadian waktu itu.
Semenjak kejadian itu, kehidupan Kanaya berubah, pola makan yang tidak baik, kesulitan tidur, selalu gelisah dan ketakutan jika ada suara seseorang.
Sungguh rasanya begitu menyiksa dan jika boleh jujur ia tidak kuat.
"KANAYA! CEPAT BIKIN SARAPAN ATAU SAYA DOBRAK PINTUNYA LALU SAYA PUKUL KAMU!" Itu suara Alden, pria itu bahkan sudah mengancam terlebih dahulu.
Dengan langkah gemetar, Kanaya mulai bangkit dari posisinya yang memojok, ia mulai berjalan mendekati pintu kamarnya, dengan tangan gemetar ia membuka knop pintu itu dan pemandangan yang ia tangkap adalah presensi Alden yang tengah memasang wajah kesal.
Duakh
Belum apa-apa, Alden sudah menempeleng kepala Kanaya hingga membuat anak itu limbung dan berakhir kepalanya terbentur dinding, tidak ada ringisan seperti biasa yang keluar dari mulut Kanaya.
"Ngapain aja di dalam hah? Udah mulai belagu? Nggak butuh keluarga?!"
Kanaya tidak menjawab, dengan tegar ia berdiri dan menghadap sang ayah lalu menunduk, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Alden merasa kesal, ia lalu meraih dagu anaknya. "Punya mulut kan? Jawab apa yang saya tanyakan!!" Alden lalu menghempaskannya dengan kasar.
"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut Kanaya, tetapi hal itu langsung disambut kekehan oleh Alden.
"Udah biasa ngomong itu mulu! Udah sana ke dapur, bikin makanan yang enak!! Kalo sampai makanan mu tidak enak, maka siap-siap saya nggak akan segan-segan memukul mu!"
****
Di rumah yang cukup besar, seorang gadis nampak begitu kesal saat membantu sang Mama untuk mencuci piring. Ia terlihat begitu menjalankan tugasnya dengan setengah hati, ya bagaimana tidak, karena itu ia tidak jadi jalan bersama teman-temannya.
"Kanaya sialan!! Gara-gara dia gue harus nyuci piring kek gini!" Gerutunya sambil terus membilas piring yang telah ia beri sabun.
Usai menyelesaikan pekerjaannya, Bella yang merupakan gadis menggerutu tadi langsung pergi ke lantai 2 dimana kamarnya berada, ia langsung membanting tubuhnya ke atas kasur yang super duper empuk itu.
"Akh!! Enaknya rebahan!!" gumamnya sembari guling-guling di atas ranjang.
Ting!
Sebuah pesan yang masuk ke ponselnya menyita atensi gadis itu, karena penasaran ia pun segera mengeceknya dan ternyata itu dari sosok laki-laki yang ia jumpai beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya dan Kehidupannya
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] Sederhana, ini hanya kisah seorang gadis remaja yang harus melewati masa-masa sulitnya dengan sendirian, ditemani dengan kesepian dan kesunyian. Hingga suatu hari datanglah sosok laki-laki yang merupakan anak pindahan da...