12 : Kanaya dan kehidupannya ( 2 )

62 39 38
                                    

"Mau jadi pacar gue nggak? Dan jadi istri gue kelak setelah kita dewasa?" tanya Gibran dengan percaya dirinya dan menatap dalam Kanaya.

Kanaya terpaku, ia mencerna semua apa yang dikatakan oleh Gibran, seketika otaknya tidak dapat berfikir dengan logis, ucapan Gibran terdengar begitu ambigu di telinga Kanaya.

"M-maksud kamu?" tanya Kanaya gugup.

"Gue mau menikah sama lo, Ay."

"Kenapa sama aku?"

"Karena gue udah simpan perasaan sama lo sejak dua bulan yang lalu, tepatnya tiga minggu setelah kita berteman."

Kanaya tidak habis fikir, kenapa Gibran orangnya sangat susah untuk diprediksi.

"Kamu yakin, tapi aku—"

"Gue nggak masalah dengan kondisi lo yang sekarang, Ay, yang harus lo inget adalah gue suka sama lo! Gue cinta sama lo!"

"Jangan suka sama aku, Gibran, masih banyak cewek yang sempurna di luar sana. Jangan pilih aku."

"Gue nggak mau, gue maunya lo, Ay," ungkap Gibran lagi, dia benar-benar mantap mengatakan itu.

Kanaya menghembuskan napasnya perlahan. "K-kalau boleh jujur, ak-aku juga suka sama kamu, s-saat aku lihat Bella mencium kamu ada rasa aneh di hati ku dan aku baru sadar kalau aku cemburu," ujar Kanaya yang membuat Gibran terkekeh.

"Oh, jadi bener dong tebakan gue, lo waktu itu cemburu?"

Dengan polos Kanaya mengangguk. "Ya, aku cemburu pada saat itu, walaupun sebenarnya kita nggak ada hubungan apa-apa."

Gibran terkekeh. "Yaudah, jadi gimana tawaran gue?"

"A-aku mau," jawab Kanaya pelan.

"Apa? Gue nggak denger!" ledek Gibran.

"Aku mau, Gibran."

"Mau apaan? Yang jelas Ay." Gibran begitu gencar meledek Kanaya, karena baginya Kanaya begitu lugu dan terlihat lucu saat diledek seperti saat ini.

"Aku mau jadi pacar kamu, Gibran!!" jawab Kanaya dengan nada kesal.

Melihat itu, Gibran tertawa puas, ia begitu senang melihat wajah Kanaya yang menahan emosi, ia lalu mengusap pelan rambut Kanaya.

"Lucu banget sih, beli es krim yuk, aku yang traktir," kata Gibran.

"Aku? Kamu baru ngomong Aku?"

"Ya, karena udah punya pacar, bahasanya harus baik."

Kanaya tersenyum, ia lalu berdiri dan mulai berjalan masuk Indomaret dengan Gibran yang berada di belakang untuk menjaga gadis itu.

****

Di sebuah jalan yang begitu sepi, terdapat laki-laki yang tengah menendang batu krikil di jalan aspal dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana jeans, ia menunggu seseorang.

Atensinya teralihkan saat sebuah mobil BMW berhenti di depannya, sosok pengemudi yang merupakan perempuan keluar dari sana dan berjalan begitu angkuh menghampirinya.

"Ini imbalan yang lo mau, cukup?" tanyanya dengan ogah-ogahan.

Si laki-laki itu menerimanya, ia lalu membuka amplop itu dan mulai menghitung isi yang ada didalamnya. Setelah dirasa cukup, ia lalu tersenyum miring.

"Oke, lebih dari cukup."

"Tapi apa lo bisa jamin kalo Kanaya akan hamil?" tanya perempuan itu.

Laki-laki itu menaikan sebelah alisnya. "Lo ngeraguin gue?"

Kanaya dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang