Sekolah (2)

238 22 3
                                    

Taufan menuruni anak tangga, kala adiknya, Gempa,  memanggilnya untuk turun kebawah. Rasanya sedikit aneh, dan sangat asing. Perannya sekarang adalah seorang anak sulung kedua setelah Halilintar, berarti ia harus bertanggung jawab mengurus adik-adiknya kan? Tapi kenapa ia malah melihat gempa tengah memasak, dan jangan lupakan rumah yang terlihat lebih bersih dari yang terakhir Taufan lihat.

Taufan juga tidak melihat elemental lainnya selain Gempa, jadi ia berinisiatif untuk bertanya pada adiknya yang masih sibuk dengan kegiatan memasaknya. Mungkin sekalian ia sedikit membantu pemuda bermanik gold tersebut.

"Gempa, dimana yang lain?" Tanya Taufan sedikit gugup, kedepannya ia harus mulai terbiasa dengan lingkungan sekitarnya.

"Masih tidur, coba kakak bangunkan."

"Mmm...aku boleh membantumu?" Pintanya.

Gempa tiba-tiba berbalik, menatap Taufan. Membuat sang empu menggaruk tengkuknya merasa canggung.

"Tumben? Kau juga biasanya tidak menyaut saat aku memanggilmu tadi. Kau terus bertingkah aneh dari semalam, apa terjadi sesuatu?"

Taufan menggeleng sebagai jawaban, tidak ingin gempa membahasnya lebih dalam. Ia segera mencari topik lain, "aku pikir, aku akan membangunkan yang lain."ucapnya lalu berjalan pergi meninggalkan gempa dengan tanda tanya.

Setelah Taufan berhasil membangunkan elemental lainnya. Ia segera duduk di kursi yang tersedia disana, dapat ia lihat, makanan yang telah tersaji di hadapannya, ini pertama kalinya ia merasakan bisa berkumpul seperti layaknya manusia biasa. Mungkin, dengan adanya ia di sini, ia bisa sedikit menikmati perannya sebagai manusia seutuhnya.

"Kau belom memakai seragam kau Taufan, kenapa malah duduk di sini?" Tanya Ice, yang baru saja tiba dan duduk tepat di hadapannya.

Sekolah?

Taufan tersadar, ia baru saja menyadari bahwa semua elemental lainnya sudah lengkap memakai seragam sekolahnya. Taufan juga baru ingat, ia harus pergi sekolah, bersama sahabatnya Fang.

Buru-buru ia naik lagi ke lantai atas untuk mengganti pakaiannya, ngomong-ngomong ia sudah mandi setelah bangun tidur tadi.

Setelah selesai mengganti seragamnya, Taufan segera menuruni anak tangga. Dan menemukan semua saudaranya yang sudah menyantap sarapannya, mungkin karena ia lama? Mengingat ia juga tadi sedikit bingung di mana sang pemilik tubuh menyimpan seragamnya.

"Assalamualaikum, Taufan."

Baru saja ia ingin mendudukan bokongnya ke atas kursi. Tiba-tiba ada yang memanggilnya, Taufan kenal suara itu.

Fang.

Tanpa basa-basi, Taufan segera membuka pintu. Ia mendapati Fang yang tengah berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di dada.

"Loh tumben lu ga telat?"

Taufan agak canggung, "telah salah, ga telat juga salah."

"Yaudah, ayo berangkat." Ajaknya

"Tapi aku belum sarapan Fang."

"Nanti ajalah di kantin, gua juga kebetulan belum sarapan."

Taufan hanya mengangguk tanda mengerti, lalu berbalik menghampiri saudara-saudaranya.

"A-aku ijin berangkat lebih awal." Sedikit berdeham saat mengatakannya, melihat saudara-saudaranya menatapnya tajam.

"Ya."

"Singkat banget, sama sekali ga di cegah nih?" Sadar diri Taufan, kamu itu hanya orang asing yang singgah di tubuh orang lain.

Taufan menyambar tasnya yang sengaja ia letakkan di dekat pintu, "duh, mana sepatuku. Ya Allah, bingung banget hiks."

𝚃𝚑𝚎 𝐎𝐭𝐡𝐞𝐫𝐰𝐨𝐫𝐥𝐝 𝚀𝚞𝚎𝚜𝚝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang