Happy Reading!
.
.
.
.
✵
"Kakak udah mendingan, 'kan?" tanya Freyana yang merasa perasaan Flora jauh lebih baik dari sebelumnya."Iya, udah mendingan kok. Makasih, ya," ucap Flora lembut menjawab pertanyaan Freya sebelumnya.
Freyana pun melepas pelukan yang mengikat keduanya dengan erat. Ia sedikit mendorong tubuh Flora perlahan-lahan untuk melepaskannya.
Setelahnya, ia beranjak dari duduknya di lantai lorong sekolah. Ia menepuk-nepuk roknya agar menyingkirkan debu yang menempel pada belakang roknya.
Flora turut mengikuti pergerakan Freyana.
"Kalo gitu aku tinggal dulu, ya, Kak? Dadah!" ujarnya lembut untuk berpamitan pergi meninggalkan Flora di lorong seorang diri.
Flora hanya tersenyum simpul kepada Freyana. Ia merasa bahwa keadaan hatinya jauh lebih baik dari sebelumnya, berkat bantuan dari sepupunya itu.
Ia merasa sedikit tenang ketika Freyana berada di sisinya untuk menenangkan dirinya ini yang mudah rapuh akan hal yang berbau kesedihan atau semacamnya.
Flora bahkan sudah mengetahui, bagaimana prilaku keluarga Freyana terhadapnya. Ia tahu bagaimana rasanya menjadi Freyana yang terlalu ditekankan oleh orang tuanya sendiri.
Ketiga Kakaknya tidak pernah mau memberikan sedikitpun rasa kasihani kepada Freyana, bahkan Ayah dan Ibunya sekalipun.
Vion, selaku kepala keluarga. Tentunya mempunyai tanggung jawab yang besar sebagian seorang pemimpin keluarga.
Namun, tidak hanya itu saja. Tugas seorang Ayah adalah memberi kasih sayang kepada anaknya agar sangat anak dapat merasakan peran seorang Ayah dalam hidupnya, sebelum semua itu akan hilang pada masanya.
Amira, ia memiliki peran sebagai Ibu dalam keluarganya. Yang bertugas membersihkan rumah, menjaga rumah dan semacamnya.
Keluarga itu semulanya baik-baik saja. Namun, semenjak turunnya peningkatan perusahaan Vion. Keluarga nya satu persatu mulai hancur berantakan.
Sering terjadi cekcok di antara Vion dan Amira. Entah masalah apa yang mereka permasalahkan, bahkan tak kecilpun mampu membuat mereka bertengkar hebat.
Tapi, keluarga tetap satu hati. Jadi, mereka menganggap bahwa Freyana, anak bungsu mereka, adalah sebuah kutukan bagi keluarga mereka.
Mereka bekerja sama untuk mengugurkan kandungan Amira yang hamil Freyana. Agar kutukan itu pergi. Namun, takdir berkata lain. Freyana tetap lahir ke dunia dengan sehat jiwa dan raga.
Mau tidak mau, mereka harus tetap menerima Freyana. Jika mereka dengan sengaja membunuhnya. Bisa-bisa nama baik keluarga akan semakin buruk.
●●●
Fiony. Gadis remaja yang terus menerus mendumel di koridor sekolah dari tadi, hingga membuat sebagian murid-murid mendeliknya dengan rasa aneh.
"Apaan sih, masa aku cemburu cuman karena Freya pelukan sama itu orang? Haduh-haduh," batinnya pusing.
Ia masih memikirkan apa yang ia lihat sebelumnya di tangga menuju lantai dua sendirian.
Ia masih berusaha melupakan hal itu, namun pikirannya menolak untuk melupakannya begitu saja. Ia terus-menerus berperilaku aneh di lorong sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freyana [FreFio]
Ficção Adolescente[DIBEKUKAN] "Keinginan terbesar hanya kebahagiaan. Itu saja." -Fre. Kebahagian adalah mimpiku yang sulit tercapai. Tidak semua orang bisa mendapatkannya begitu juga dengan diriku. Kesepian, itu satu kata yang mandominasikan diriku, aku tak punya seo...