Seekor kuda bersama penunggangnya berlari kencang melewati dataran tinggi Belmore. Pria di pertengahan umur dua puluh itu menyeka keringat yang sudah membasahi kening nya. Sejak lima jam yang lalu ia sudah berkuda dari Ravaryn menuju Belmore, sebuah daerah di kota perbatasan barat Riette dan ia bahkan belum sarapan sama sekali. Berkuda dari Ravaryn hingga Riette bagian barat adalah perjalanan yang panjang. Membutuhkan setidaknya tujuh jam perjalanan menggunakan kereta kuda.
Hudson sudah berangkat sejak matahari belum terbit untuk menjemput Tuan nya yang sedang melakukan perjalanan bisnis disana. Ia menempuh jalan pintas melewati perbukitan dan juga hutan untuk mendapatkan rute secepat mungkin. Ia hampir sampai.
Akademi Riette, sebuah benteng akademi besar yang sudah digunakan puluhan tahun untuk tempat anak para bangsawan bersekolah. Hudson menjemput Tuan nya, Profesor Benedict Moore yang sedang ada jadwal kuliah umum disana.
"Aku perlu bertemu dengan Profesor Moore, secepatnya, apa kau tahu dimana dia?" tanya Hudson sesegera mungkin kepada salah satu guru yang ia temui di lorong akademi.
"Er.—Dia baru saja selesai mengajar. Sepertinya ia berada di ruang Dekan." Kata guru wanita itu gugup. Bagaimana tidak? Seorang pria muda rupawan yang tampak tergesa-gesa menanyainya seperti itu. Hudson, pria bertubuh tegap dan pintar, salah satu lulusan terbaik Akademi Ravaryn. Berasal dari keluarga seseorang yang cukup terpandang yang mengabdikan dirinya pada keluarga Moore sejak usia muda.
Hudson berusaha untuk tidak berlari di koridor, namun ia berjalan dengan sangat cepat hingga hampir menabrak orang-orang.
'Ruang Dekan...'
'Ruang Dekan...'
'Ruang Dekan...'
Pria itu berusaha membaca setiap pintu yang ia lewati di lorong, berharap segera menemukan ruang Dekan tempat dimana Profesor Moore berada.
"Ruang Dekan!" Pekiknya ketika menemukan pintu dengan tulisan 'DEKAN'.
Tok...tok...tok...
Butuh beberapa detik hingga pintu terbuka. Seorang pria paruh baya dengan jenggot putih membuka pintunya, dan melihatnya bingung.
"Halo, anak muda! Kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya dengan suara khas orang tua. Seseorang berkaca mata yang sedang duduk di sofa mengintip dari dalam.
"Hudson?!" Pekik Profesor muda berkaca mata itu. Dua orang di pintu itu menoleh.
"Ben? Kau mengenalnya?" tanya sang Dekan. Profesor Moore berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu.
"Dia bekerja untuk ku, Hudson yang mengajar Augrah, anak pertama ku di rumah." Jawab Profesor Moore, ia menoleh pada Hudson, "ada apa?". Profesor Moore tahu jika perjalanan menuju Akademi Riette adalah perjalanan yang jauh.
"Profesor, kau harus segera kembali sekarang juga." Ujarnya, ia masih berusaha untuk mengatur napasnya. Kemudian wajah Profesor Moore berubah tegang, seperti menyadari sesuatu.
"Apa Estelle akan melahirkan sekarang?" Tanyanya. Hudson mengangguk, wajah Hudson, sama khawatir nya.
"Lady Estelle sudah merasakan kontraksi dari kemarin pagi, namun sampai aku berangkat tadi pagi, bayi-bayinya belum keluar." Jawab Hudson.
"Bayi-bayinya?" Profesor Moore tampak terkejut. Hudson mengangguk lagi, sejujurnya ia dan semua orang di Moore Manor membuat ekspresi yang sama ketika mendengar bahwa bayinya kemungkinan kembar.
"Bidan bilang, kemungkinan bayinya kembar." Jawabnya.
"Selamat Ben! Hahaha!" Dekan tua itu menjabat tangan Profesor Moore yang masih tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ADVENTURES OF HERSCHELS MOORE | THE TALE OF THREE SIBLINGS
AventuraMereka bilang kelahiran setiap kelahiran anak kembar dari keluarga Moore, selalu ada sesuatu yang menanti mereka. Di musim semi yang indah, hujan turun. Profesor Moore di jemput oleh Hudson, orang kepercayaannya karena Lady Estelle akan melahirkan. ...