Loid duduk di samping Yor, tidak ada yang bisa dia lakukan selain terus ada di samping Yor saat ini. Yah, ini sudah satu bulan semenjak kejadian naas itu. Kejadian yang hampir merebut orang-orang yang dia sayang. Sebuah kejar-kejaran yang membuat mobil yang di kendarai Loid tergelincir dan terguling di jurang.
Saat itu Loid yang paling beruntung, dia hanya mendapat luka ringan sementara Yor mengalami patah tulang dan di rawat di rumah sakit. Namun sialnya Anya tidak sadarkan diri, dia mengalami pendarahan otak dan masuk ke ruang ICU dan sekarang masih dalam keadaan koma.
Yor yang baru keluar dari rumah sakit pun langsung datang untuk melihat Anya, dia tidak mau pulang padahal keadaan tubuhnya belum pulih benar. Air matanya terus mengalir dan penyesalan demi penyesalan keluar dari mulutnya.
Loid berkali-kali memberi pengertian dan menghiburnya, tapi itu tidak mempan. Masih sedih dan seolah kehilangan harapan. Loid memeluk Yor setidaknya itu yang bisa dia lakukan.
Masih belum ada perubahan sampai saat ini. Loid menghela nafasnya. Menutup telepon dari bos besar dan nampak wajahnya semakin muram. "Bagaimana aku bisa meninggalkan dia?" Pikir Loid.
Ya, Loid menjadikan Anya sebagai anaknya. Dia mengambil Anya dari rumah Yatim Piatu. Anya adalah anak yang menonjol karena kecerdasannya, Loid pun mengambil Anya untuk menjadi anak angkatnya. Tentu saja ini di lakukan untuk melakukan tugas mata-matanya. Loid adalah seorang spy dengan kode nama TWILIGHT. Seorang mata-mata yang tingkat keberhasilanya hampir mencapai 100%.
Dan Yor, berperan sebagai seorang Ibu. Ya, itu hanya peran agar Loid bisa menjalankan rencananya lebih lancar. Yor pun menunjukkan perannya dengan baik. Sebagai Ibu, Yor sangat menyanyangi Anya. Seperti saat ini, saat Anya sedang dalam keadaan gawat. Yor lah yang paling bersedih.
Tidak ada yang pasti, semua masih abu-abu. Anya masih belum ada kemajuan dan Loid pun hampir putus asa. Tapi Yor masih berpikiran positif, dia terus memanggil Anya saat dia di perbolehkan untuk masuk dan melihat anak perempuannya.
"Anya... Anya..." Begitulah yang selalu di bisikkan di telinga Anya. Yor yakin dengan itu Anya akan dengar dan kembali bersama dengannya.
Loid mengantar Yor keluar dari rumah sakit, Yor masih lemah dan ada di atas kursi roda. Loid dengan setia menemani Yor hingga saat ini. Dia mengambil cuti bekerja satu bulan.
"Kita mau kemana?" Tanya Yor saat Loid membawa Yor naik ke mobil.
"Setidaknya kamu harus istirahat." Jawab Loid.
"Tapi..."
"Kita akan menginap di hotel dekat sini. Kamu tidak akan repot jika ingin menjenguk Anya." Loid memasangkan sitbelt Yor. "Kali ini saja, aku mohon jangan membantah."
Yor terdiam, dia melihat wajah Loid yang terlihat lelah. Dia pun mengangguk.
Loid tersenyum lalu mereka pun tiba di hotel. Letaknya memang tidak terlalu jauh dan dari jendela hotel terlihat jelas gedung rumah sakit itu.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Yor.
"Aku mengambil cuti sementara." Jawab Loid. "Jangan pikirkan yang tidak perlu."
Yor melihat ke jendela. "Anak ku..." Katanya berulang kali.
Loid duduk di hadapan Yor. "Aku bersyukur memilihmu..."
Yor menatap Loid.
"Kamu menyayangi Anya seperti anakmu sendiri." Loid tersenyum. Dia pun mengelus jemari Yor.
Yor menitikan air matanya. "Aku... Aku..."
Loid menyeka air mata itu, mengelus pipi Yor. "Tenangkan dirimu."
Yor masih menangis. Dia tidak mengendalikan dirinya, hingga akhirnya Loid pun memeluk Yor. Sebuah pelukan hangat dan menenangkan.
Hingga akhirnya sebuah panggilan dari ponsel merusak suasana syahdu itu.
"Ya, hallo..." Loid mengangkat panggilan itu. "Anya sudah sadar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY : ANYA SAYANG PAPA MAMA.
FanfictionHanya sebuah cerita. Jika mau silahkan baca.