Chapter 1 : When We First Met

14 1 0
                                    


2022

TEMPAT INI SUDAH DI BOOKING!!!

Membaca tulisan di dalam kertas yang tertempel sempurna di meja urutan kedua itu, Lana terpaksa mengurungkan niat untuk menempatinya. Bola mata gadis itu tertuju pada satu meja di depannya. Hanya meja itu yang menurutnya paling mungkin ia tempati.

Sebenarnya ia sudah mengincar meja di depan guru karena ia mengenal seseorang yang duduk di bangku meja itu. Tetapi gagal karena orang itu tiba-tiba dikerumuni tiga siswi. Mereka terlihat sangat akrab.

"MPLS cuma tiga hari tapi udah dapet circle sesolid itu?" Setidaknya begitu suara hati Lana.

Lana duduk di bangku paling depan, sebelah kanan, dekat tembok, dan tepat di depannya terdapat pintu. Bangku yang ada di sampingnya ia biarkan kosong. Siapa tahu ada yang ingin menempati.

Pukul tujuh tepat dan bel masuk berbunyi. Semua bangku sudah penuh terisi oleh pemilik barunya kecuali bangku yang ada di samping Lana. Bagi Lana, rasanya sia-sia membiarkan tempat di sampingnya kosong. Walaupun sejak Sekolah Menengah Pertama ia terkenal sebagai penyendiri, tidak munafik apabila dalam waktu-waktu tertentu ia merasa sedih dijadikan sebagai leftover.

Menginterupsi perasaan buruk Lana yang berkecamuk menjadi puing-puing yang menggores hati, Handphone Lana bergetar. Menandakan ada pesan masuk.

Mama: Jangan lupa cari meja paling depan
Mama: Nanti mama jemput agak telat
Mama: Ga usah kemana" tetep tunggu di tempat biasanya aja

Membaca pesan itu, Lana dapat seolah-olah mendengarkan mamanya berbicara. Ia buru-buru membalas pesan itu sebelum mendapat panggilan masuk dari mamanya yang tidak bisa sabar menunggu balasan chat.

Segera setelah ia membalas pesan dari mamanya, ia tersadar bahwa bangku di sampingnya telah diisi seseorang. Secara otomatis Lana menoleh pada wajah baru itu dengan memasang poker face andalannya. Tetapi di balik wajah itu, Lana merasa senang. Akhirnya, ada yang duduk di sebelahnya.

Namun, sepersikan detik setelahnya ia tersadar bahwa dirinya bukan sebuah pilihan, melainkan satu-satunya yang tersisa. Rasa senangnya menjadi menurun beberepa persen.

"Gue duduk di sini ya," ucap gadis yang baru saja duduk di sebelahnya.

Merespon gadis itu, Lana berusaha tersenyum ramah.

"Gue Jasmine," Gadis itu memperkenalkan diri.

"Lana," balas Lana.

Beberapa detik hingga bermenit-menit setelah itu tidak ada satu katapun yang tersuarakan dari kedua insan yang baru berkenalan itu.

Lana merasa kalut karena sekeras apapun otaknya merancang berbagai topik, tetap saja tidak berhasil. Rangkaian-rangkaian kata yang ia latih semalam seketika berubah menjadi tali yang kusut. Pada akhirnya, sebelum Lana putus asa mencari topik, Jasmine membuka suara duluan.

"Gue kira gue bakal kebagian duduk paling belakang, tapi ternyata malah dapet di depan," ucap Jasmine.

Merasa tertarik dengan topik yang Jasmine buka setelah lima menit hening menyeruak di antara mereka berdua, Lana melemparkan pertanyaan pemancing, "emang sebelumnya mau duduk dimana?"

"Lo nggak akan percaya, sih. Gue bener-bener berencana duduk di sini." jawab Jasmine.

Lana terdiam sebentar lalu tertawa kecil. "Bercanda lo,"

"Gue nggak bercanda, Lan. Tapi emang kedengerannya bercanda banget karena kebetulan cuma sisa bangku ini aja," ucap Jasmine meyakinkan Lana bahwa ia tidak bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang