Lima Bulan Kemudian
Arden terbangun dalam kepanikan. Diusapnya wajahnya kasar selagi ia memikirkan bagaimana harus mengatasi semuanya. Pakaian mereka berserakan di lantai, selagi Aya masih berbaring di balik selimut tebal. Arden dapat melihat jejak-jejak cinta yang ia buat di sepanjang leher Aya. Astaga! Itu menyenangkan, tapi terlalu salah!
Arden sudah berjanji akan menjaga Aya dari dirinya sendiri, tapi apa-apaan semua ini? Ketika Arden menyadari bahwa kamar itu masih sama dengan yang terakhir ia ingat, Arden semakin panik. Mereka melakukannya di rumah! Di kamar Aya! Ya Tuhan!
Knop pintu bergoyang pelan. Arden sontak meraih handuk Aya yang tersampir di kursi belajar dan melilitkannya di pinggang. Sebelum Herdi atau Melisa menyergap masuk, Arden harus keluar! Arden tidak masalah jika dia dipukuli atau dihardik habis-habisan. Arden hanya tidak bisa membiarkan Tuan Puterinya diperlakukan dengan cara yang sama.
"Kak." Aya tersentak dari tidurnya. Kemudian Aya duduk dan mencengkram selimutnya kuat-kuat. Pupil matanya bergoyang. Kecemasan dan kengerian bercampur di sana. Arden benar-benar benci bagaimana dirinya membuat Aya memandangnya sekarang semacam ini. Seharusnya Arden bisa lebih menahan diri. Brengsek! Semua pasti gara-gara minuman di pesta Jasmir.
Arden menekan kedua bahu Aya. "Gue pasti akan bertanggungjawab. Semuanya akan baik-baik saja, oke. Tuan Puteri tetap di sini. Biar gue yang urus semuanya."
Knop pintu bergoyang lagi. Arden lantas keluar. Melisa mundur, menabrak dada Herdi dan tak kuasa menahan ekspresi terkejutnya. Di belakang keduanya, pelayan baru itu menunduk. Sekarang Arden tahu siapa dalangnya.
Pelayan baru itu tidak tahu bahwa hubungan Arden dan Aya memang dipenuhi gairah yang spesial. Ketika ia mengetahui Arden tidak keluar sejak semalam mendatangi kamar Aya, maka pelayan tersebut langsung melapor. Alih-alih membereskan kesalahan, pelayan tersebut justru membuat perpecahan yang lebih parah.
"Brengsek kamu, Arden!" bentak Herdi. Wajahnya langsung memerah dipenuhi kemarahan.
"Aya baru bangun. Jangan membuat Aya merasa lebih buruk setelah hal-hal menyenangkan yang kami lakukan semalam."
"Kurang ajar kamu, Arden! Beraninya kamu merusak puteri saya!" teriak Melisa.
Arden mengunci pintu di belakangnya. Tidak mau Aya mendengar sedikitpun pertikaian ini.
"Sudah aku bilang, aku dan Aya sama-sama saling suka. Kami melakukannya tanpa paksaan," bohong Arden. Jelas-jelas dialah yang memaksa malam panas itu terjadi di bawah pengaruh alkohol.
Herdi menarik Arden menuruni anak tangga. Didorongnya Arden ke sofa. Arden diam saja merasakan tendangan dari sepatu mahal Herdi. Dia pantas dipukuli. Bukan karena perasaannya untuk Aya, tapi karena Arden melakukannya dengan terburu-buru. Bahkan Aya juga terkejut. Arden sungguh merasa buruk atas dirinya sendiri sekarang.
Setelah wajahnya dipenuhi lebam dan luka gores yang meneteskan darah, Herdi menarik dagunya. Sorot matanya bahkan masih berapi-api. Tidak ada belas kasih sama sekali.
"Itu yang kamu sebut cinta? Kamu hanya ingin memuaskan nafsu binatang kamu, Arden! Seharusnya kamu cukup mencari LC di luar sana! Kamu tidak seharusnya merusak perempuan sebaik Aya."
Arden tidak akan kalah. Jelas-jelas Herdi menyerang emosinya. Aya mungkin kecewa, karena Arden melakukannya terburu-buru dengan sedikit paksaan. Namun Aya pasti mengerti. Arden melakukannya bukan sekedar didasari oleh nafsu, tapi juga perasaan cinta yang teramat besar. Aya pasti akan mengerti! Arden mengucapkannya keras-keras di kepala, meskipun hatinya terlalu ragu.
"Anak sialan! Kamu saya besarkan dengan baik. Sekarang malah begini sikap kamu!" Herdi meludahinya dan Arden semakin jengkel. Ayah macam apaan yang bersikap begitu pada anaknya?

KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister [END]
Storie d'amoreArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...