Di dalam sebuah bangunan, penuh dengan lampu berwarna-warni, suara musik yang keras dilengkapi aroma alkohol yang menyeruak. Terdapat empat orang tengah duduk di salah satu ruang VVIP yang tentunya nyaman ditempati.
"Ken," panggilan itu menginterupsi tiga lainnya yang tengah sibuk dengan gelas masing-masing. Gelas yang diisi dengan cairan beralkohol tinggi disesap nikmat. Menimbulkan gelenyar tersendiri.
Yang dipanggil hanya berdehem sebagai tanggapan, mempersilahkannya untuk bicara dengan tanda gelasnya yang diletakkan ke atas meja kaca berbentuk bundar itu.
"Mate."
Hanya satu kata, namun ia dapat langsung memahami apa yang coba dipertanyakan oleh orang di sampingnya. "Belum, but i find someone who caught my attention."
Ketiganya tampak santai, namun di dalam mereka terkejut dengan fakta yang baru dilontarkannya. "Mau lo apain?" Kali ini orang yang di depannya yang bertanya.
"I don't know, dia orang pertama yang bantuin gua waktu dibully." Ken, ia memejamkan mata, pikirannya memutar kembali ingatan yang baru terjadi hari ini. Dimana laki-laki manis itu mampu mengusir dua orang yang mengusiknya hanya dalam beberapa patah kata, tanpa sadar ia menarik sudut bibirnya, menyematkan senyum yang jarang terlihat.
"Hey, he just smiled, dude!" Pharrell, orang di depan Ken, atau yang Sephia panggil dengan Arshan tampak heboh hanya dengan seutas senyum kecil itu. Bagai menemukan harta karun yang hanya ada dalam seratus tahun sekali.
Zachary yang sedari tadi diam dalam rangkulan sang mate tiba-tiba meletakkan gelasnya dengan kasar ke atas meja, menimbulkan suara nyaring yang menyebar ke seluruh sudut ruangan.
"Siapa yang mampu narik perhatian bestie gua ini?? I swear to god, Ken, Gua kira lo udah gak tertarik sama manusia lagi saking gilanya lo sama kucing! Bahkan dia sampai bikin lo senyum, how!?"
Arshan membuka mata perlahan, manik hazel itu sekilas menampakkan keraguan. Entah karena apa, ia merasa nyaman berada di dekat Sephia meski pertemuan mereka baru saja terjadi sekali. "Shailene," Kala nama itu keluar dari bibirnya, jantungnya pun terasa berpacu seribu kali lebih cepat. "Sephia Shailene Kiellene."
Kaynen tersedak minumannya, dengan sigap pelayan yang ada di sana memberikan secangkir air mineral. Perih, minuman dengan kadar alkohol tinggi itu terasa naik ke kepalanya.
"Kenapa lo tiba-tiba keselek anjir? Gimana rasanya tuh kesedak alkohol." Zachary bergidik ngeri, Pharrell yang ada di sebelahnya hanya menggeleng heran.
"Lo oke?" tanya Arshan sembari mengelus punggung dengan bahu yang sesekali naik turun sebab batuk yang lumayan keras. "Gua oke." jawab Kaynen, Arshan menghentikan kegiatan mengelus nya.
"Ken," sekali lagi Kaynen panggil Arshan, dan sekali lagi dijawab dengan deheman singkat. "Sephia itu sesirkel sekaligus sepupuan sama mate gua, tadi di kantin gue baru aja duduk di depan dia."
Kala kalimat itu menyapa telinga, Arshan langsung merasa tertarik. Ia menoleh, melihat Kaynen yang menenggak air.
"Dia orangnya, gimana?" tanya Arshan ragu, padahal selama ini ia tidak pernah merasa gugup saat mencari informasi. Mungkin karena faktor yang berbeda, dimana kali ini adalah orang yang membuatnya tertarik, alih-alih orang yang membuatnya dendam.
Tawa keluar dari mulut Kaynen kala melihat keraguan di wajah tampan itu. Malam ini Arshan tidak memakai kacamatanya jadi ekspresi apapun jelas terlihat di sana. Dua lainnya pun mengukir senyum, pertama kali melihat sisi Arshan yang jarang terlihat.
"First impression, dia galak. Mungkin lagi sensi aja karena dari cerita Rava dia belum ketemu matenya padahal udah rela ikut kegiatan sana-sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Belongs To Me (re upload)
FanfictionEnigma itu begitu langka, bahkan dianggap mitos semata. Sephia, alpha yang sudah muak dengan hidupnya menemukan mate nya yang ternyata adalah si mitos, Enigma. Berhubungan dengan Enigma, apakah hidupnya akan seribu kali lipat lebih baik atau malah A...