Cw : Mengandung Banyak Majas
Terutama (Metafora & Personifikasi)️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Dikala malam menyapa, tepat di hari lainnya, namun masih perdebatan adu argumentasi yang sama, akar masalah yang sama, serta penyelesaian yang sama pula, maksudnya penyelesaian yang sama-sama temui jalan buntu seperti hari-hari sebelumnya,
Hingga dua insan yang terikat janji suci pernikahan itu pilih melarikan diri mereka dari bangunan besar, mewah, megah bak istana yang seharusnya berfungsi sebagai tempat pulang dan istirahat usai mengarungi hiruk-pikuk semesta, juga sebagai tempat keduanya merajut kisah tentang bagaimana dua jiwa dan raga yang resmi menikah, di hadapan Tuhannya itu, tuk saling memberi dan menerima kasih sayang serta cinta kasih, seraya merajut asa, berharap masa depan yang cerah keduanya miliki tanpa adanya peran dari orang asing yang jadi sosok ketiga diantara bahtera, yang orang-orang sebut rumah tangga itu.
Petaka, jika hubungan yang dieluh-eluhkan sebagai rumah tangga itu hanya berdiri diatas satu pilar, sebab pilar lainnya pilih sanggah hubungan lainnya, yang kabarnya lebih membutuhkan dirinya, padahal di rumahnya yang semestinya ada buah hati kembarnya yang turut serta berlindung dibawah naungannya.
Sang kepala rumah tangga kali ini nekat pergi, ikut serta tinggalkan rumahnya, beserta anak-anaknya yang baru terlelap dalam tidurnya tuk berkemudi di tengah lenggang jalanan Kota, berharap temui tempat sepi yang sanggup berinya tenang dan jernih pikiran, sampai amarahnya terendam tanpa perlu pelampiasan.
Celaka, pria berkepala empat itu teramat risau malam ini tampaknya, hingga dengan gegabah ia menghubungiku seseorang yang tak pernah terpikir dalam benaknya sebelumnya.
“Hallo, Bli … tumben telfon jam segini?”
Sapaan akrab dengan iringan tawa jenaka itu berasal dari seseorang di seberang sambungan telfonnya.
“Dimana?”
“Aduh jadi malu, Bli jarang bertanya seperti itu. Tapi-tapi saya di Villa, lagi ngurus calon primadona Star. Cantik loh Bli, anaknya juga polos, lugu, sopan, pasti rekan bisnis Bli suka deh sama dia”
“Anak baru?”
“Iyo, masih kinyis-kinyis. Meskipun bawa buntut tapi dia bener-bener oke, jadi gimana? Besok Bli butuh ndak yang kaya begini?”
Ada hening yang begitu panjang di antara percakapan mereka setelahnya, sebelum pria berkepala empat itu melontarkan kalimat yang membuat sang empu diseberang sana berharap itu hanyalah kelakar jenakanya belaka.
“Saya mau dia, malam ini. Saya jemput”
“Waduh. Rekan bisnis Bli mendadak banget? Saya belum siapin apa-apa”
“Biarkan saja, biar dia datang apa adanya”
“Tapi Bli,”
“Saya yang mau, bukan rekan saya”
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBEROSA | HEEREUN
FanfictionSang intan permata kan selalu berkilau indah sebagaimana mestinya apabila ada setitik saja, sinar cahaya yang sudi-kan dirinya tuk berinya secercah harapan supaya dapat tunjukkan pesona ayunya yang begitu anggun nan jelita kala dapat bias-kan cahaya...