Empat - upacara penobatan selir

129 19 31
                                    

°°°

Kondisi kesehatan permaisuri berangsur membaik lebih cepat yang diperkirakan, tabib mengatakan itu pagi tadi saat kaisar memanggilnya ke paviliun Dongha. Awalnya kaisar kurang yakin, namun saat siluet permaisuri yang tengah tertawa renyah di pelataran paviliun Dahulin bersama Kim Moon Byul, pelayan pribadi permaisuri sekaligus istri Kim Narum pengawal pribadi kaisar.

Jeongguk bernafas lega karena keakraban mereka tampak begitu membahagiakan; setidaknya itu yang terlihat di mata Jeongguk. Tidak salah Jeongguk membawa istri pengawal pribadinya itu untuk mengabdi pada permaisuri. Tidak lagi permaisuri yang nampak lesu dan tak semangat untuk hidup seperti dua hari yang lalu. Nyatanya lelaki itu sudah kembali memijak tahtanya yang agung dengan senyuman secerah matahari pagi.

Kaisar hendak menghampiri permaisuri setelah mempertimbangkan beberapa saat. Namun sebersit rasa bersalah membuat kakinya seolah dipaku untuk berdiri disana saat matanya terfokus pada leher Taehyung yang tak lagi memakai perban, memperlihatkan luka melintang yang sudah mengering dan jika tidak dilihat dengan teliti maka orang orang tidak akan menyadarinya. Permaisuri melihat keberadaannya tanpa di duga. Jeongguk berjengit saat senyuman lembut Taehyung ditujukan untuknya. Moon Byul yang tak mengira ada sosok kaisar dibelakang tubuhnya lekas memutar tubuh lalu membungkuk dalam untuk memberi salam.

“Salam sejahtera untuk Yang mulia.” Permaisuri ikut menunduk memberi salam. Rambutnya yang coklat dan bergelombang diterpa angin, semua itu tak luput dari pandangan kaisar.

“Moon Byul, beritahu pelayan Jang untuk mempersiapkan calon permaisuri, upacara penobatan akan diselenggarakan sebentar lagi.” Moon Byul mengangguk lalu berpamitan pergi meninggalkan permaisuri dan kaisar diantara para pelayan yang berlalu lalang dengan ramai.

“Kebetulan sekali Yang mulia disini. Hamba ingin memberitahukan bahwa upacara penobatannya hampir siap. Tinggal menunggu pintu gerbang kerajaan dibuka untuk menyambut rakyat yang bersuka cita.” Permaisuri berkata dengan senyum mengembang begitu cantik, matanya yang berwarna coklat berkilau dengan penuh teduh. Jeongguk mengangguk sedikit tak peduli karena kepalanya sibuk menggambar sosok cantik permaisuri yang dibalut hanfu berwarna hitam dengan sulur benang emas berlambang phoenix, sama seperti yang dipakainya. Bahkan Jeongguk sama sekalitak mendengar ucapan Taehyung yang seolah terbawa angin karena fokusnya seolah terpecah belah.

Permaisuri seolah melupakan semua pertengkaran mereka beberapa hari lalu, seolah tak pernah terjadi, seolah luka di leher dan di jarinya itu tak pernah tersemat disana. Seolah permaisuri tak pernah meraung hendak bunuh diri karena kelakuan biadab suaminya. Jeongguk tersenyum sendu, betapa miris hidup permaisuri yang harus menjadi kuat didepan semuanya.

Dan semua itu adalah Jeongguk penyebabnya.

“...mulia? Yang mulia mendengar ucapan hamba?” Jeongguk menatap iris coklat Taehyung yang melebar bingung dengan alis terangkat.

“Apa?” Jeongguk merutuki bibirnya yang berujar bodoh. Taehyung akan marah besar jika tahu dirinya hilang fokus karena bibir merah permaisuri yang seolah menghipnotisnya.

“Hamba bertanya apa Yang mulia menyetujui usulan hamba.” Jeongguk melihat sekeliling, para pelayan dan pengawal tengah berlalu lalang disekitar mereka. “Apapun usulan permaisuri aku akan menyutujuinya.” Beberapa pelayan wanita bersorak dengan pelan 'ooohhhh lihat bagaimana Yang mulia kaisar berbicara dengan permaisuri’

Namun Taehyung tak merasa pipinya memanas, ataupun hatinya yang berdebar kencang karena ucapan kaisar yang begitu lembut dan mendayu. Bibirnya membentuk kurva tipis. Tidak ada gunanya bicara dengan pria didepannya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Empress Ordered; KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang