Dua - lara

174 28 26
                                    

°°°

Berita soal kecelakaan di paviliun Dahulin sebisa mungkin tak bocor hingga terdengar sampai telinga rakyat Imere. Bagaimana kini permaisuri sudah tak sadarkan diri dengan luka robek sepanjang jari kelingking di pangkal leher bagian kanan. Semua akan kacau jika rakyat mendengar. Bisa bisa, mereka akan berpikir jika kaisar dan permaisuri mengalami pertengkaran hebat karena kedatangan calon selir yang tak terduga hingga permaisuri berakhir terluka.

Tidak. Jeongguk tidak bisa menambahkan beban di pundak Taehyung semakin banyak. Cukup sudah Taehyung merasakan hal ini. Bagaimana jika desas desus memperburuk citra permaisuri-nya. Permaisuri yang agung, teladan, indah dan bijaksana menjadi sosok tempramental karena kedatangan seseorang yang paling tak penting dan bisa saja melengserkan posisinya sebagai permaisuri.

Jeongguk tidak bisa membayangkan hal itu. Ini murni kesalahannya. Yang patut di hukum dan di gunjing adalah Jeongguk. Taehyung hanya korban.

Satu pelayan membawa nampan berisi satu wadah berisi air hangat dengan handuk kecil disampingnya. Kaisar yang memintanya.

Calon selirnya sama sekali tak di pikirkan. Yang hanya ada permaisuri, Taehyungnya. Dengan rasa bersalah yang kian menjadi jadi.

“Tolong sediakan hanfu yang sedikit lebih tebal. Aku sendiri yang akan mengganti semua pakaiannya.”

Satu pelayan berjengit kaget, namun sedetik kemudian mengangguk patuh lalu beranjak menuju ruangan tepat disamping kamar permaisuri yang berisi jejeran lemari pakaian permaisuri yang begitu besar.

“Jangan biarkan siapapun menganggu. Jika ada yang mencari ku, bilang saja aku sedang bermalam di kamar permaisuri.”

“Baik, Yang mulia. Hamba mohon pamit.”

Pintu kamar tertutup rapat. Jeongguk terdiam di kursi yang berada disamping kasur. Mata kelamnya meniti tiap inci tubuh Taehyung yang tak sadarkan diri. Lalu matanya terfokus pada kain kasa yang menutupi sedikit bagian lehernya. Jeongguk tanpa sadar mendekat. Menyentuh leher Taehyung yang diperban hasil dari tindakan ekstrim Taehyung sore tadi.

“Maaf.” Hanya itu yang mampu Jeongguk ucapkan. Pikirannya berisik dan ribut dengan kalimat panjang yang hendak diutarakan namun yang keluar hanya kata maaf. Jeongguk kesusahan menjabarkan isi kepalanya.

Jeongguk sudah terfokus membuka hanfu bagian luar Taehyung dengan perlahan, menyisakan gaun tipis sepanjang lutut yang sedikit transparan. Lalu dengan telaten mengusap setiap inci bagian tubuh Taehyung dimulai dari lengan, bahu, tulang selangka, terakhir betisnya. Semua itu dilakukan dalam diam. Beberapa kali dalam hati memuji betapa sempurnanya Taehyung, jiwa maupun raganya murni dan berharga. Jeongguk merasa sangat beruntung memiliki Permaisuri seperti Taehyung.

Namun, Taehyung mungkin menganggap sebuah kesialan karena menjadi permaisuri seorang Kaisar seperti Jeongguk.

Jeongguk menyingkap gaun tipis Taehyung hingga pinggul. Matanya terpaku pada paha mulus permaisurinya. Meneguk ludah kasar.

Sudah berapa tahun Jeongguk tak menyentuh tubuh permaisurinya.

Menggeleng pelan saat rasa pilu menyergap hatinya. Menghiraukan celana dalam berwarna putih gading yang senada dengan hanfu yang sebelumnya dipakai, Jeongguk menatap tulang pinggul Taehyung yang memar kebiruan. Mengelusnya lembut, Taehyung pasti akan kesakitan ketika bangun nanti.

The Empress Ordered; KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang