Part 3

135 8 0
                                    


room chat
___remi___

kamu kemana saja?
kita sudah lama tidak mengobrol

Jeno sedikit terkekeh karena membaca pesan dari seseorang yang bernama pena remi. Saat itu Jeno bertemu dengan remi di ruang chat anonim Princeton. Aktivitas bertukar pesan dengan user remi ini sudah ia lakukan kurang lebih dua bulan. Ia langsung mengetikkan balasan pesan remi di komputernya.

room chat
___remi___

kamu kemana saja?
kita sudah lama tidak mengobrol

apa maksudmu haha
kita baru saja mengobrol tadi pagi

aku tidak bisa berhenti memikirkanmu,
hows your day so far?

yah, seperti biasanya...
ibu tiri yang marah, bekerja, dan anak-anak manja yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri.

apa kamu pernah merasa menjadi seseorang yang bukan dirimu?

tentu, aku sering dikelilingi banyak orang namun tetap merasa sendirian
but, then i think of you.

Jeno tersenyum membaca pesan itu. Remi ini sungguh telah membuatnya jatuh cinta karena pesan-pesannya. Katakan saja ia bodoh karena telah menyukai seseorang yang ia temui di internet, namun memang begitu adanya.

room chat
___remi___

sudah coba beri tahu ayahmu soal Princeton?

andai saja aku bisa melakukannya,
aku belum memberitahunya
soal kampus impianku

dulu ayahku selalu meyakinkanku untuk mengejar impianku

yah... itu bukan hal yang mudah bagi ayahku
ayahku punya rencana sendiri untuk hidupku...

umm remi, apa menurutmu
kita pernah bertemu?

entahlah... sekolah kita
memiliki banyak siswa

itu memperkecil kemungkinannya

setidaknya aku bisa mengeleminasi kemungkinan laki-laki,
kamu bukan laki-laki kan?

Jeno menatap pesan terakhir yang remi kirim. Ini yang Jeno takutkan. Ia tidak ingin menghancurkan ekspektasi remi bahwa ia adalah seorang laki-laki. Ia terlalu takut untuk mengatakan bahwa ia adalah laki-laki karena remi telah menganggap bahwa dirinya adalah perempuan.

room chat
___remi___

hey, apa kau masih disana?

Ini sudah sangat larut malam,
kita sudah bertukar pesan
selama lima jam

kita harus tidur sekarang,
goodnight, remi

tunggu dulu
tolong temui aku di pesta dansa musim ini. aku sangat ingin bertemu denganmu

aku akan menunggumu di lantai dansa pada pukul 11. aku harap kau akan datang

goodnight, sweet dreams.

————————

"Apa kau gila? Ini kesempatanmu,"
"Sudah saatnya kau bertemu dengannya"

Haechan yang mendengar cerita Jeno terkejut saat Jeno mengatakan bahwa remi ini menemuinya di pesta dansa musim ini. Ia yang semula sedang fokus memakan makanannya sekarang atensinya telah beralih berpusat pada Jeno.

"Aku tidak tahu, aku terlalu takut,"
"Kelihatannya dia sangat sempurna"

"Ayolah, kau sudah lama mengenalnya secara anonim. Kalian sudah lama saling bertukar pesan"

"Aku tahu, tapi bagaimana jika aku tidak seperti yang dia bayangkan??"
"Mungkin hubungan ini tetap harus bersifat anonim"

"Hey, dengarkan aku. Kau harus pergi ke pesta dansa itu dan temui dia atau kau akan menyesali itu."
"Jika kau mau aku akan pergi bersamamu"

"Really? Thank you Haechan"

Mereka kembali fokus pada makanannya sebelum ponsel Jeno mulai berdering. Panggilan dari Ibu Tirinya mengacaukan makan siangnya.

"Jen,"

"Halo?"

"Seseorang sepertinya sudah menghabiskan makanan dietku"
"Cepat belikan lagi dan jangan lupa ambil bajuku di laundry"
"Oh ya, dan jangan lupa cucikan mobilku"

Panggilan itu kemudian langsung dimatikan sepihak oleh Ibu Tirinya itu.

"Huh... orang gila..."

"Kenapa kau selalu bertingkah seperti budaknya dan terus menuruti keinginannya?" Haechan lelah melihat Jeno terus diperlakukan seperti itu oleh ibu tirinya.

"Simpel. No stepmom, no money for college" Keduanya menghela nafas.

-

"Jadi, apa kau dan Shelby sudah baikan?" Jaemin membuka topik obrolan. Dilain tempat Mark yang sedang bermain basket menoleh kearahnya. Keduanya terlihat sibuk bermain sambil mengobrol.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau akan tidak pergi ke pesta dansa dengan Shelby?

"Yah, kurasa tidak."

"Lalu dengan siapa kau akan pergi"

"Entahlah, aku belum tahu pasti"

-

"Mark, kemarilah" Panggilan Ayahnya membuat Mark bingung dan berjalan menuju Ayahnya. Tidak biasanya Ayah memanggilnya untuk berbicara kecuali perihal masa depannya yang Ayahnya atur untuknya.

"Apa maksud semua brosur kampus yang ada di kamarmu?"

"Apa yang Ayah lakukan di kamarku?"
"Aku hanya ingin melihat banyaknya pilihan dan peluangku"

"Kau tidak butuh pilihan. Itu semua telah Ayah urus, kau tidak perlu khawatir lagi"
"Kita sudah merencanakan ini sejak kau masih kecil, kau akan melanjutkan bisnis Ayah. Masa depanmu sudah diatur" Mark hanya bisa terdiam saat mendengar Ayahnya bicara. Ia tidak bisa menjawab atau bahkan menolak perkataan Ayahnya itu. Ia kembali berdiri dan langsung pergi ke kamarnya tanpa mengucap apapun pada Ayahnya.

————————————————

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinderella (Markno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang