BAB 3: Terimakasih!

4 1 0
                                    

Miranda menatap toples-toples berisi mata yang berada di dalam rak itu, ia tersenyum puas begitu tahu bahwa koleksinya telah bertambah lagi.

"Benar-benar anak baik," ucapnya seraya tertawa terbahak-bahak.

Ia menoleh, melihat meja operasi miliknya kini penuh dengan darah segar, serta peralatan operasi lainnya telah tergeletak dengan mengenaskan di atas troli yang terdapat genangan dan cipratan darah.

Miranda berjalan keluar dari ruangan itu, kembali ke ruangan di mana ia meletakkan para pemuda menyedihkan itu.

Saat memasuki ruangan, dapat ia lihat mereka telah terduduk dengan mata kanan mereka yang di perban menggunakan kapas dan dililit kasa. Ia terkekeh melihat salah satu dari mereka terlihat tengah menangis dengan tubuh bergetar.

"Kenapa menangis hm?" tanya gadis itu seraya membelai pipi pemuda bernama Iden.

"Jangan ... Jangan .... " ucap pemuda itu dengan suara yang lirih dan serak.

"Kenapa hm? Aku tidak akan menyakitimu," ucapnya dengan suara lembut dan seringaian lebar miliknya.

Tubuh pemuda itu semakin menggigil, ia berteriak ketakutan. Hingga tak lama yang lainnya terbangun dari pingsan, Keenan yang pipi kirinya disayat meringis begitu ia ingin berbicara. Sedangkan Keegan tengah berteriak histeris kala mengetahui jari manisnya yang tersemat cincin couple bersama pacarnya telah putus.

"Kalian benar-benar berisik yah!" dengus Miranda lalu melepaskan ikatan mereka satu persatu. "Jadi anak baik dan jangan mengadu ya! Ingat! Anak manis masih bersamaku!" ucap Miranda dengan senyum lebar.

***

Flashback

Tak!
Tak!
Tak!

Suara itu terus menggema dan terus terdengar, hingga orang-orang yang mendengarnya bisa mendapatkan gangguan kecemasan karena hal tersebut. Tetapi berbeda dengan Miranda kecil, gadis itu malah acuh dan sibuk mengemut permen lolipop rasa coklat itu.

Dari kejauhan datanglah seorang pria berusia kisaran 20-an tengah berjalan dengan sempoyongan, di tangannya terdapat kapak berlumur darah.

"Kakak, jika kamu terus bermain tanpa mengajakku—aku akan marah denganmu!" rajuk Miranda kecil seraya berlari menghampiri pria itu.

Pria itu tersenyum tipis, lalu menggendong gadis kesayangannya. "Maaf hm? Lain kali akan kakak ajak," ucapnya dengan lembut seraya mengecup bibir Miranda dengan sayang.

"Good!" ucap Miranda senang, lalu dengan paksa memasukkan permen itu ke mulut sang kakak.

Bukannya marah, pria itu malah terkekeh dan menikmati permen bekas adiknya itu.

***

"Ugh! Kakak ... Kakak .... " racau Miranda kecil kala tubuh sensitif nya terus disentuh sang kakak.

Sayangnya kakak ... Kamu sangat harum hm .... " ucap pria itu seraya terus mengendus tubuh milik adiknya sendiri.

"Kakak ingin sekali memasukimu, sayangnya kamu masih terlalu kecil sayang .... " ucap pria itu seraya mendengus kesal.

"Ngh ... Aku sudah besar kakak! Aku sudah 9 tahun!" dengus gadis itu seraya terus mendesah merasakan tubuhnya diberi rangsangan terus menerus.

TBC

Gua kasih tau aja, ini bakal agak berat dan... Agak gelap yah kawan-kawan... 😁

13/09/24

Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang