Setelah berdamai dengan Nam kami pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli video game console dan dari situ kami langsung menuju apartemen Nam, disana kami bermain, makan, minum dan bersenang-senang seperti yang biasa kami lakukan semasa kuliah.
"Satu pertandingan lagi dan kita akhiri" Nam
"Kamu belum memenangkan satu pun dariku"
"Terkadang aku sangat tidak menyukaimu" dia berbicara sambil matanya berkaca-kaca.
"Kamu mencintaiku, kemarilah" Aku membuka tanganku dan dia segera datang ke sisiku.
"Apakah kamu mencintaiku freen?" Nam
"Ya, aku mencintaimu sama seperti kamu mencintaiku."
"Dan kenapa kamu tidak memberiku liburan."
"Apakah kamu ingin liburan" dia mengangguk dengan kepala di dadaku
"Baiklah, kamu akan berlibur, liburan untuk adik perempuanku"
"Oh ya, aku baru saja memikirkan sesuatu." Nam
"Kamu selalu punya ide bagus, kamu tahu itu, kamu luar biasa."
"Tidak sebanyak kamu, kamu seperti megamind tapi dengan kepala yang lebih kecil" Nam
"Apakah itu pujian?"
"Tentu saja bodoh, tapi kita harus menaklukkan NESKY" Nam berteriak.
"Nesky?"
"Tidak, tidak, Becky, jika kita ingin MENAKLUKKAN Becky" Nam
"Tapi setelah permainan lainnya aku akan mengalahkanmu!"
"Tidak, TIDAK!" Nam
"Nam, menurutmu ini ide yang bagus?"
"Tentu saja, iyakan Will?" Nam
"Menurutku itu bukan ide yang bagus nona-nona, kondisimu terlalu buruk, kamu terlalu mabuk dan aku ragu bagaimana caramu memperbaiki keadaan dengan Ny. Becky" Will
"Aku tidak mabuk, kamu mabuk Nam?" aku menunjuk ke arahnya dan dia menyangkal.
"Lihat, kami tidak mabuk."
"TENTU SAJA TIDAK, diam ssst, ayo teman-teman duduk, dalam hitungan ketiga bernyanyi, satu, dua, delapan, sepuluh SEKARANG… "
Nam mulai bernyanyi dengan suara yang melengking, lagu apa yang dia nyanyikan. Becky melihat ke atas dan memerintahkan kami untuk diam. karena hari sudah agak larut dan anak-anak kami sudah tertidur dan bukannya aku ingin melebih-lebihkannya. Tapi Niran sungguh menyebalkan jika bangun.
"Freen, Nam ada apa dengan kalian?" Becky
"Apa. Ada apa dengan kita, Nam?"
"Kami sedih...sedih Becky" Nam
"Hei, aku akan turun untukmu, Will jaga mereka" Becky
"YA nyonya." Will
"Tunggu Becky, aku minta maaf, aku tahu ini salahku, karena tidak tahu cara menangani masalah ini, kita sudah terlalu menderita, kehilangan bayi kita menyakitiku dan aku akan menanggung rasa bersalahku seumur hidupku, tapi aku tidak ingin kehilanganmu juga, aku tidak menginginkannya, tidak. Aku tidak ingin kehilangan semua yang telah kita bangun."
"Becky lihat bagaimana dia seperti ini, jadi, jadi, aku tidak tahu bagaimana caranya. Tapi dia mencintaimu dan harus ku katakan bahwa tidak semuanya salahnya, itu adalah salah nenek lampir yang menjijikkan, nenek lampir, dia ibarat ular berbisa, yang mau nyerang semuanya, buang saja dia ke laut." Nam
"YA aku mendukungmu, kita harus menggunakan dia sebagai umpan untuk menangkap hiu tetapi kita tidak boleh durhaka atau kita akan menjadi angsa."
"Bukankah katak?" Nam
"Angsa, katak, sama saja mereka punya kaki."
"Benar sekali, betapa cerdasnya kamu." Nam
Nam mendekatiku, meletakkan tangannya di pipiku "Aku sangat mencintaimu."
"Aku juga sangat mencintaimu" kami saling berpelukan.
"Freen ayo masuk ke dalam" ucap Becky
"Becky? kamu sudah ada di sini, aku juga mencintaimu, apakah kamu mencintaiku?" kataku
"Ya aku juga mencintaimu, tapi kecilkan suaramu, kamu akan membangunkan anak-anak." Becky
"YA KALIAN SALING MENCINTAI UUUUUUU" Kami berpelukan lagi. Tapi sekarang Becky ada di tengah.
"Will berhenti tertawa dan tolong bantu aku." Becky
"Baik nyonya." Will
"Pelukan untuk semua yang saling mencintai, aku juga mencintaimu Will. kita saling mencintai, kita saling mencintai, kita saling mencintai, kita saling mencintai" teriakku bersama Nam sambil terus melompat-lompat.
-
Sinar matahari menyinari wajahku, dengan susah payah aku membuka mata dan setelah beberapa detik menganalisis segala sesuatu di sekitarku, aku dapat mengenali bahwa aku ada di kamarku dan bagaimana aku bisa sampai di sini?
Sebenarnya aku tidak punya jawaban sedikit pun saat ini, satu-satunya hal yang aku tahu adalah kepalaku terasa seperti akan meledak, dengan susah payah aku berhasil sampai ke kamar mandi.
Saat aku selesai mandi dan berpakaian aku menuruni tangga masih dengan kepala berputar, pandanganku bertemu dengan Becky yang sedang menggendong Niran dan di salah satu sisinya ada domba yang rupanya sedang mewarnai di buku catatannya namun tak butuh waktu lama untuk menyadari kehadiranku, ia berlari ke arahku, untuk pertama kalinya aku merasakan domba semakin berat.
"Selamat pagi."
"Ini sudah siang freen" Becky berbicara sambil menempatkan Niran di kereta dorongnya.
"Selamat siang Ny. Freen" Mena
"Selamat siang Becky, selamat siang Mina."
"Saya Mena, nyonya." kata wanita itu sambil tersenyum.
"Mena dan Mina tidak banyak perbedaan."
"Mena, bisakah kamu pergi dan memberi Freen air, dia pasti haus."
"Baik nyonya." Mena
"Aku ingin Jus" kataku
"Oke saya akan membuatkan nyonya jus yang enak. "
"Daddy Freen, aku juga mau jus" Mon
"Baiklah Mina pergi ke dapur dan buatkan jus terenakmu.
"Aku ingin membantu, boleh?" Mon
"Pergilah sayaang" kataku.
Ketegangan yang bisa aku rasakan cukup kuat ketika gadis itu pergi bersama Mon, tatapan Becky tertuju padaku.
"Hari yang sangat cerah."
"Bisakah kita bicara? apakah masih pusing" Becky
"Tentu, jika kamu berbicara lebih lembut" bisikku.
"Apa yang kamu katakan?" Becky
"Tentu saja kita bisa bicara, aku baik-baik saja."
"Sempurna, ayo pergi ke kamar." Becky
Sekali lagi aku menaiki tangga dengan susah payah dan dengan sangat beruntung aku berhasil sampai ke kamar tanpa terjatuh di anak tangga terakhir
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life (freenbecky) G!P
FanfictionFreen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan.