1 prolog

27 1 0
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Malam hari, Kirana dan Mahen tengah berada di halaman belakang rumah Kirana. Tempat dimana mereka bisa melepaskan semua beban yang mereka miliki.

"Mahen, ini marshmallow nya udah jadi, bagus kan?" Ucap Kirana

Mahen tersenyum, "iya, hasil bakaran nya bagus banget." Katanya.

"Eh iya, tangan kamu mana?" Tanya Kirana.

Mahen menyodorkan kedua lengannya, Kirana meringis saat melihat luka lebam dan beberapa sayatan disepanjang lengannya. "Banyak luka baru ya." Ucap Kirana, Mahen hanya mengangguk.

"Bentar, aku ambil kotak p3k dulu." Ucap Kirana yang kemudian melenggang pergi untuk mengambil kotak p3k yang selalu tersedia dirumah.

Saat di dalam Kirana melihat bi Eka yang tengah memasak, sepertinya kedua kak Teo dan kak Tian sudah pulang. "Halo bi, masak apa? Buat siapa?" Tanya Kirana.

Bi Eka yang sedaritadi memasak dengan tenang langsung terkejut ketika mendengar suara Kirana, Kirana pun tertawa melihatnya. "Dek Kiran emang suka banget ngagetin bibi ya." Ucapnya.

"Hehe, maaf bi, aku gak bermaksud buat bikin bibi kaget." Ucap Kirana.

"Bibi masak apa? Buat kak Teo sama kak Tian ya?" Tanya Kirana sekali lagi.

"Iya, den Teo sama den Tian baru aja pulang. Katanya laper, jadi mereka langsung minta dimasakin yang enak." Jawab bibi.

"Kak Teo sama kak Tian emang keterlaluan deh, jam segini baru pulang, udah gitu langsung minta dimasakin lagi. Padahal mereka bisa masak sendiri." Ucap Kirana.

"Suka-suka kita, lagian bi Eka aja gak masalah tuh. Kamu sendiri kok malah sewot." Kemunculan Teo dan Tian yang tiba-tiba membuat Kirana kaget. Tentu saja Teo dan Tian hanya tertawa saat melihat ekspresi wajah adik kecil mereka.

Kirana menatap mereka berdua dengan kesal, "bukannya begitu, tapi kalian kan bisa masak sendiri. Harusnya kakak jangan nyusahin bi Eka dong." Ucap Kirana.

Teo menghampiri Kirana dan langsung mengacak rambutnya, "aduh bocil gak usah ikut campur, main aja sana." Ucapnya.

Kirana langsung membenarkan rambutnya, "ihh kakak jangan diacak-acak, susah nih ngaturnya. Dan aku bukan bocil! Aku udah jadi maba!" Ucap Kirana.

"Heleh, masih maba udah sok-sok kamu. Di mata kita kamu tetep bocil." Ucap Teo.

"Nih, kamu mau ngambil ini kan? Dah sana main lagi aja" Ucap Tian sembari menyodorkan kotak p3k pada Kirana.

Kirana langsung menerima kotak p3k itu, "makasih." Ucapnya sebelum kembali ke halaman belakang.

Di halaman belakang Kirana melihat Mahen yang masih sibuk memanggang marshmallow, ini adalah kegiatan kesukaan mereka sejak kecil. Setiap malam minggu mereka pasti akan melakukan kegiatan ini.

Kirana pun langsung menghampiri Mahen, "Mahen sini tangannya." Ucap Kirana.

Mahen menurut, ia langsung menyodorkan lengannya, dan Kirana mulai mengobati luka-lukanya. Hal ini mengingatkanku ketika kami masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Tepat saat tahun keempat Kirana dan keluarganya pindah ke kota ini, dan bertemu Mahen...

.
.
.
.
.

TBC...

Kirana Raespati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kirana Raespati

Mahendra Lesmana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mahendra Lesmana

Mahendra Lesmana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teo Pradipta

Tian Pradipta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tian Pradipta

Childhood friendWhere stories live. Discover now