Kadang kala Yoshi berpikir, masa iya dengan kekuatan lebih dari satu tubuhnya baik-baik saja? Memangnya tubuhnya sekuat itu menerima dan menahan kekuatan yang bertolak-belakang?
Walau dia bukan manusia biasa, tetap saja itu tidak wajar. Normalnya setiap makhluk sepertinya memiliki maksimal dua atau tiga kekuatan, bukan lebih dari tiga sepertinya. Memang ada yang jarang digunakan, tapi tetap saja. Sejak dulu Yoshi memikirkan hal itu berulang kali di kala senggang, tapi ia anggap itu sebuah keistimewaan untuknya. Tidak seharusnya ia berpikir negatif. Namun, ucapan kakeknya tentang ia yang sakit terus terulang.
Ia sakit? Selama ia hidup, Yoshi tidak pernah merasa sakit yang amat sangat atau sakit parah. Bila sakit pun hanya demam, bukan sakit sampai tidak berdiri. Sejak hari itu, Yoshi terus memandang dirinya dari pantulan cermin. Tidak ada yang berubah selain rambutnya yang perlahan-lahan berubah menjadi merah.
Yoshi takut. Sang ayah sudah tiada. Itu tandanya, penobatan akan dipercepat agar kursi raja tidak kosong. Namun, tentu saja pihak kakeknya tidak terima setelah ia membunuh sang kakek dengan kejam. Bila terus seperti ini, musuh akan terus menyerangnya dari segala sisi sampai ia menyerah dan mundur dari penobatan.
"Beberapa hari berlalu, tapi gue gak ada kemajuan. Gue beneran bisa gak, sih? Kakek tua itu emang udah mati, tapi gimana dengan orang-orang di pihaknya? Gak lama lagi pasti bakal terjadi perang saudara... gak ada yang memihak gue, gue berdiri sendiri, gantiin posisi ayah dan berusaha mempertahankannya.
"Keluarga ayah gak ada yang peduli sama ayah. Sejak dulu, mereka gak suka ayah jadi raja, tapi mereka diam karena mereka sadar diri kalau mereka tidak mampu. Cuma kakek yang terang-terangan benci ayah. Sekarang setelah ayah meninggal, mereka mulai maju buat nyerang kerajaan ini. Mulai dari rumor gak berdasar sampai ancaman. Gue harus gimana...?"
Semua sedang berkabung. Suasana istana sedang buruk sejak Sang Raja meninggal dunia. Rakyat diselimuti kesedihan mendalam. Mereka juga diserang rasa cemas. Berita Sang Pangeran membunuh mantan raja sudah tersebar luas. Mereka bukan cemas Yoshi akan membuat mereka tidak sejahtera, bukan begitu. Mereka cemas bila perang benar-benar tiba. Mau bagaimana pun, mereka sebagai rakyat harus membantu Yoshi mempertahankan kerajaan.
"Ah... bentar lagi rapat ya..."
Pertemuan dengan para petinggi kerajaan iblis. Tujuannya untuk membicarakan perihal posisi raja pada Kerajaan Selatan, yaitu wilayah Yoshi. Yoshi yakin betul tidak hanya itu. Pasti mereka akan membahas perihal tindakan Yoshi saat mengakhiri hidup kakeknya.
Pasti.
"Pangeran Yoshi menyalahgunakan kekuasaan. Ia memang pangeran, tapi bukan berarti ia bebas menentukan hukuman mati bagi bangsawan lain, apalagi keluarga sendiri. Bila hal itu dibiarkan, bagaimana nasib Kerajaan Selatan? Bagaimana nasib rakyatnya? Apa kalian membiarkan Pangeran Yoshi memimpin dengan semena-mena?"
"Keputusan Pangeran Yoshi memang tidak bisa kita biarkan, tetapi kita perlu melihat dari sisinya juga. Mantan raja adalah pelaku dibalik kematian raja. Hukuman mati adalah hukuman paling tepat."
"Hei, jangan sebut 'mantan raja', tidak sopan sekali."
"Kalau begitu, tolong sopan kepada pangeran kami." Tangan kanan Sang Raja, Riki, memberi penekanan dan peringatan sebelum para petinggi itu melewati batas. "Mau bagaimana pun, Pangeran Yoshi akan tetap menduduki posisi raja. Hanya ia satu-satunya penerus saja, bukan orang lain."
"Siapa kalian berani memutuskan?" Petinggi Kerajaan Utara bertanya tak senang. "Ini masalah serius, tidak bisa diputuskan sepihak. Kalian harus mendapat persetujuan dari berbagai pihak. Kalian ingin menjadi pemberontak dengan mengabaikan semua petinggi yang hadir di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The King | Kanemoto Yoshinori
FantasySpin off dari Ghory Series dan Zweitausend Series Yoshi akan membuktikan kalau dia pantas menjadi raja. Karena tahta raja adalah miliknya, hanya miliknya.