01. Prolog

349 50 2
                                    

PERINGATAN❗❗

1. Novel ini adalah karya fiksi dan segala kesamaan dengan orang hidup atau mati hanyalah kebetulan semata.

2. Karakter, peristiwa, dan dialog dalam novel ini dibuat untuk tujuan naratif belaka dan tidak bermaksud untuk menggambarkan kehidupan nyata apalagi disesuaikan oleh kehidupan tentara maupun abdi negara yang lain.

3. Penulis tidak bertanggung jawab atas interpretasi pribadi pembaca serta imajinasi pribadi pembaca terhadap tema atau pesan yang disampaikan dalam cerita ini.

4. Novel ini mengandung gambaran kekerasan, bahasa kasar, atau tema dewasa yang mungkin tidak sesuai untuk semua pembaca.

 Novel ini mengandung gambaran kekerasan, bahasa kasar, atau tema dewasa yang mungkin tidak sesuai untuk semua pembaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, di tengah hiruk-pikuk ibukota yang tak pernah tidur, langit Genovia tampak lebih gelap dari biasanya. Kilatan petir menyambar langit, menyoroti gedung-gedung pemerintahan yang berdiri megah namun menyimpan banyak rahasia. Di salah satu gedung tersebut, Revaruna Adelio seorang pemuda yang berdedikasi, duduk termenung di depan tumpukan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, namun Adel masih belum beranjak dari kursinya. Hanya cahaya dari lampu meja yang menerangi ruangan kerjanya. Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka dan terlihat Rekan kerjanya, Zeevano Asadel, masuk dengan membawa sebuah amplop coklat untuk diberikan kepada Adel.

"Lapor Kapten,ada surat dari markas besar" ucap zee sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal.

Dengan hati-hati, Adel membuka amplop itu dan membaca pesan yang tertulis diatas kertas dari dalam amplop coklat itu. Matanya membelalak saat melihat isi dari amplop tersebut. Pasukan Angkara ditugaskan untuk melakukan pengawalan kepada presiden yang akan berkunjung dan melakukan perbincangan pembuatan tambang baru di pulau timore. Pulau itu adalah salah satu pulau yang memiliki sumber daya emas yang sangat melimpah, rencananya presiden Genovia akan bertemu dengan investor asing yang akan menanamkan modal di pulau itu.

Sementara Adel membaca surat yang dikirim oleh markas besar, Zee melihat berkas yang ada diatas meja milik Adel. Setelah sedikit membaca berkas yang ada diatas meja Zee dibuat terkejut karena isi dari berkas itu adalah perintah penyelamatan dari markas besar.

"Misi Pasukan Perdamaian dunia? Sepertinya itu bukan tugas dari pasukan kita sekarang" Tanya Zee kepada Adel.

"Markas besar sudah kehabisan pilihan untuk pasukan yang memenuhi syarat untuk dikirim kesana" Jawab Adel sambil melihat kearah Zee.

"Terus kapan del rencananya misi itu dilaksanakan?" Tanya Zee kepada Adel.

"Setelah selesai pengamanan besok kita akan segera dikirim kesana" Jawab Adel kepada Zee.

"Tapi sekarang sedang ada wabah virus dan banyak negara yang melakukan penutupan akses dari luar negeri Del, mereka yakin mau ngirim kita ke luar negeri?" Tanya Zee kepada Adel kembali.

Pengabdian Dalam Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang